Senin, 29 Juli 2013

Give Me a Baby-2




Leeteuk benar- benar tidak bisa tidur malam ini. kejadian tadi terus saja membayangi pikirannya. Gadis yang selama ini berusaha dia cari tiba- tiba muncul di hadapannya.

Angannya kembali melayang pada peristiwa di malam musim semi.

Saat itu Leeteuk dan beberapa member Suju mendapatkan sebuah undangan jamuan di salah satu diskotik. Ini hal baru baginya karena sebelumnya Leeteuk sendiri tak pernah menginjakkan kaki di diskotik manapun. Di sana ternyata Leeteuk tak menemukan kesenangan yang sering dibicarakan banyak orang. Menurutnya lebih baik dia tinggal di dorm dan menuangkan inspirasinya menulis dan menggubah lagu daripada duduk bersantai menghadapi bau wisky yang bahkan untuk meminumnya saja Leeteuk tidak sanggup. Tetapi bagaimanapun juga dia harus menghormati orang yang mengundang mereka. Untung saja Leeteuk datang bersama membernya yang mampu membunuh kepenatannya.

Tak begitu lama masuklah seorang gadis yang secara ajaib menarik perhatian Leeteuk. Gadis itu tinggi semampai dengan kulit putih susu dan rambut coklat tergerai di bawah pundak. Mengenakan gaun malam berwarna merah semakin menunjukkan bentuk S linenya yang mampu membakar siapapun yang melihatnya.

Gadis itu datang sendirian, dan secara kebetulan duduk tak jauh dari tempat Leeteuk dan membernya berada.

Leeteuk tak dapat sedetikpun mengalihkan pandangannya dari gadis itu. ada suatu magnet yang secara tak langsung menariknya untuk terus melihat dan mengawasi. Ada sesuatu dalam diri gadis itu yang membuat Leeteuk penasaran.

Suatu ketika mata mereka tak sengaja bertemu, namun dengan cepat gadis itu memalingkan muka kembali menyibukkan diri menghabiskan minumannya.

Melihat gadis itu yang tak berhenti minum, membuat Leeteuk menjadi sedikit khawatir. Entah mengapa dia menerka bahwa gadis itu bukan tipe gadis yang suka menghabiskan waktunya di diskotik semacam ini. sebuah perasaan untuk melindungi muncul di hati Leeteuk.

Beberapa jam kemudian tiba- tiba gadis itu beranjak dari tempat duduknya, dia mulai berjalan menuju pintu seperti hendak keluar. Leeteuk tanpa sadar mengikuti si gadis. Ada semacam kekuatan aneh yang menarik Leeteuk untuk terus mengikuti, dan kekuatan itu berasal dari dalam diri Leeteuk sendiri.

Gadis itu terjatuh, Leeteuk berusaha menolong. Tapi satu yang membuat Leeteuk sangat syok....

Gadis itu dengan jelas berbisik “ Give me a baby .....please.........!!!”Tentu saja Leeteuk harus menolak, permintaan aneh yang tak mungkin dapat dia penuhi. Bahkan mereka tak saling mengenal sebelumnya. Tetapi sebuah keanehan terjadi, Leeteuk terlalu jatuh dalam mata indah gadis itu. Matanya seolah- olah memancarkan sihir aneh yang membuat Leeteuk tak bisa menolak permintaannya.

Leeteuk pun dengan sadar melakukan (itu).



Saat terbangun keesokan harinya ternyata gadis itu sudah menghilang. Bahkan Leeteuk belum sempat menanyakan siapa namanya.

Sejak saat itu Leeteuk tak pernah berhenti memikirkannya. Secara diam- diam terus mencari dimana keberadaan gadis misteriusnya, namun semua usahanya gagal sampai malam ini. Leeteuk benar- benar melihat gadis itu lagi, tepat berdiri di hadapannya.

Dengan penampilan yang sedikit berbeda dari sebelumnya, karena Leeteuk melihat perut gadis itu sedikit membesar.

“ ahhh..................... mungkinkah ini terjadi?? Apakah dia mengandung anakku???” Leeteuk menjambaki rambutnya sendiri kasar. Bagaimana bisa dia seteledor ini. Namun bila benar bayi yang ada dalam perut gadis itu adalah anak Leeteuk, Leeteuk harus bertanggung jawab. Dia bukan orang yang akan dengan mudah melepaskan tanggung jawabnya. Apalagi ini masalah yang terlalu rumit untuk diselesaikan. Ini menyangkut hubungan, menyangkut masa depannya, dan darah dagingnya.

“ Tapi kenapa dia menghindar?? Kenapa dia tidak mencoba untuk mengatakannya padaku??” Gumam Leeteuk lagi. Dia tak habis pikir kenapa gadis itu tiba- tiba lari saat Leeteuk berusaha mengejarnya. Padahal Leeteuk hanya ingin menanyakan kebenaran. Sangat aneh bila gadis itu tak meminta pertanggungjawaban dari Leeteuk. Jika memang benar bayi itu adalah bayi mereka berdua.

Leeteuk mengambil secarik kertas dari saku bajunya, sebuah nama dan nomor tertulis di kertas itu......

“ Kang Sora..........” Itulah nama si gadis. Leeteuk memaksa Heera untuk memberikan nama dan nomor ponsel Sora.

“ Apakah aku harus menghubunginya??” Tanya Leeteuk pada dirinya sendiri, dia masih menimbang selama beberapa saat. Rasa penasarannya sudah terlalu dalam membuatnya sangat frustasi. Leeteuk pun menekan nomor itu dan berusaha menghubungi Sora.

Satu detik.....

Dua detik.....

Tiga detik.........

Leeteuk hanya mendengar nada sambung

Empat detik.......

“ Yoboeseyo..........” Mendengar suara yoeja di seberang, Leeteuk membeku sesaat. Dia kesulitan mengeluarkan suaranya.

Keheningan menyeruak.....

Sampai akhirnya,

“ Yoeboseyo..... Sora ssi, ini aku Leeteuk.... bisakah kita bertemu???” Itulah kata yang berhasil Leeteuk ucapkan. Dia menunggu, menunggu jawaban dari Sora yang tak kunjung bersuara.

“ Sora ssi??!!” Leeteuk berusaha meyakinkan dirinya apakah Sora masih mendengarkannya atau tidak.

“ Ne.......... Leeteuk ssi.......” Terdengar Sora mendesah, dia menarik nafas dalam.

“ Baiklah....... kita bertemu besok..........”

Itulah jawabannya. Jawaban yang memang sudah ditunggu oleh Leeteuk.



***



Aku baru saja menyelesaikan pemeriksaan rutin pada beberapa pasien saat ponselku tiba- tiba berdering. Bergegas aku menuju taman kecil di halaman rumah sakit. kulepas stetoskop yang masih kupakai lalu kumasukkan ke dalam saku jas putihku. Aku menuju sebuah kursi kayu di bawah pohon. Disanalah dia menungguku.

Dia duduk membelakangiku. Aku berhenti sejenak, mencoba mengatur nafas dan perasaanku secara bersamaan. Kureka ulang setiap kata- kata yang ingin kukatakan padanya.

“ Leeteuk ssi..............” Sapaku saat aku sudah berjarak dekat dengannya. Dia berdiri, berbalik dan memberikan senyum termanisnya untukku.

Aku duduk di sampingnya, sedikit mengambil jarak.

“ Bagaimana kabarmu Sora ssi..........”

Dia menatapku, berusaha mencari manik mataku. Namun aku menolaknya, aku hanya menatap lurus ke arah beberapa pasien yang sedang berjalan- jalan di taman.

“ Baik, dan kau??” Tanyaku berusaha untuk bersikap sewajar mungkin.

“ Buruk..............” Jawabnya singkat.

Dia mendesah......... “ Aku tidak bisa tidur semalaman, jujur saja aku memikirkannya terus sampai pagi ini. Kenapa kau tiba- tiba pergi, menghilang begitu saja, dan kini kembali lagi dengan......................” Dia tak melanjutkan ucapannya, tapi aku tahu apa maksudnya. Kubiarkan dia terus berbicara, aku hanya diam mendengarkan.

“ Sora.............” Suaranya yang khas menarikku untuk menatapnya. kulihat dia terus memperhatikan perutku.

Segera kututupi perutku dengan jas yang kupakai.

“ Jangan menyembunyikannya Sora........ jangan...........” Dia melarangku, mencegah tanganku menutupi perutku.

“ Jika memang benar bayi ini adalah anakku aku akan bertanggung jawab Sora. Jangan takut, aku kini yang akan menjagamu........... kita besarkan anak ini bersama- sama......” Mendengar kata- katanya aku tidak setuju. Dari awal hanya aku yang bisa memiliki bayi ini, aku tak mengharapkan orang lain juga memilikinya. Selain itu aku bukan orang yang lemah dan mau menyusahkan orang lain.

“ Siapa yang bilang kalau bayi yang kukandung ini adalah anakmu Leeteuk ssi. Kau jangan membuat spekulasi sendiri, bayi ini bayiku dan aku bisa menjaganya SENDIRI..........” Ucapku menekankan kata ‘sendiri’ padanya kuharap dia bisa mengerti dan tak lagi berharap terlalu jauh.

“ Kau berbohong Sora, aku yakin bayi ini adalah darah dagingku. Kenapa kau begitu egois Sora, kau ingin memilikinya sendiri?? Dia juga pasti membutuhkan seorang ayah.......”

“ Tidak, dia bukan anakmu. Aku mendapatkan bayi ini dari program inseminasi yang kujalani. Jadi hanya aku ibunya, dan dia tak membutuhkan ayah karena aku juga yang akan menjadi ayah baginya.............”

Dia malah tertawa, membuatku tidak nyaman dan was- was. Sejelas itukah dia mengetahui bahwa aku tengah berbohong.

Tidak, ini tidak boleh terus terjadi. Hari ini juga aku harus membuatnya menjauh dariku.

“ sepertinya tidak ada lagi yang harus kita bicarakan Leeteuk ssi. Dengarkan aku, bayi ini bayiku, dan aku bisa menjaganya seorang diri. Jangan pernah berpikir kau juga harus ikut bertanggung jawab terhadapku, karena aku tak mengharapkannya. Kau seorang idola, dan semua orang pasti melihatmu. Jadi jangan jatuhkan karirmu hanya karena merasa kasihan padaku........” Aku bangun dari dudukku dan tanpa melihatnya lagi kuputuskan untuk pergi. Aku tak bisa menerima rasa kasihan darinya, biar saja semua seperti ini. Aku melepaskannya, karena dari awal memang tak ada niatku untuk mengikatnya dengan masalahku.



***



Namja ini sepertinya tak bisa mengerti apa yang kukatakan padanya beberapa hari yang lalu. Buktinya sejak saat itu, setiap hari dia datang ke rumah sakit membawakanku berbagai macam barang dan makanan.

Hari pertama dia datang membawa rangkaian bunga. tidak tanggung- tanggung puluhan buket bunga terjajar di depan pintu ruang praktekku. Membuatku harus meminta bantuan petugas keamanan untuk membersihkannya, karena tak ada akses bagi pasien untuk masuk ke dalam.

Hari berikutnya dia membawa sekeranjang apel, memaksa masuk ke ruanganku padahal aku sudah melarangnya. Tak ada yang bisa kuperbuat, kubiarkan saja dia mau melakukan apa. Berjalan menuju sofa di sudut ruangan, dia duduk di sana sambil mengupas apel- apel yang dibawanya dan menyusun di dalam piring. Memaksaku memakan apel- apel itu atau dia yang akan menyuapiku. Antara kesal dan malu kuturuti saja apa maunya, karena saat itu semua orang memperhatikan kami.

Dia bilang tak usah memperdulikannya lakukan saja apa yang sedang kukerjakan. Memang saat itu aku sedang sibuk melakukan pemeriksaan USG. Melihat bayi berkembang sehat di rahim ibu itu kontan membuatku tersenyum. Aku membayangkan bayiku juga sedang tumbuh di dalam rahimku.

“ Sora........ apa kau pernah melakukan USG seperti ini??? Bagaimana dengan bayimu, apa kau juga tidak ingin melihatnya??” Tiba- tiba Leeteuk sudah berdiri di dekatku. Ikut memperhatikan gambar janin yang aktif bergerak di layar monitor.

Aku menggeleng,

“ Kenapa??” Tanyanya.

Entahlah, aku sendiri tidak tahu kenapa. Aku sangat menyayangi bayiku tentu saja, tetapi ada ketakutan dalam diriku. Aku tidak berani melihatnya karena aku takut menghadapi kenyataan anak ini akan mirip dengan appanya.

“ Aku ingin melihatnya Sora........... kau mau ya????“ Dia menatapku penuh harap. Membuatku tenggelam dalam kolam obsidiannya, tanpa diduga aku mengangguk mengiyakan. Padahal awalnya aku takut, tetapi kenapa saat dia berkata seperti itu sambil menggenggam tangannku ketakutan itu berangsur sirna. Sangat aneh, aku tak bisa mencari alasan darimana keberanian itu muncul.



Dokter Jin yang akan membantuku melakukan USG. Dia menyuruhku berbaring kemudian perlahan menyingkap kain yang menutupi perutku. Aku sedikit canggung sekaligus gugup, ini pertama kalinya Leeteuk melihat perutku yang sudah membesar. Aku tak bisa mengartikan tatapannya ketika melihat padaku. Kualihkan perhatianku pada Dokter Jin yang sedang menyiapkan peralatan. Dia justru tersenyum ke arahku.

“ Dokter Kang, tidak perlu setegang itu rileks saja...... bukankah kau sudah sering melakukannya pada pasienmu.... ne??”

“ Kau benar Dokter Jin, tetapi ini sangat berbeda akulah pasiennya. Aku bisa mengerti sekarang kenapa banyak pasienku mengaku tegang, akupun merasakannya saat ini...........” Jawabku mencoba tersenyum. Mengusir rasa gugup yang menggelayuti diriku.

“ Bagaimana denganmu Leeteuk ssi, apa kau juga tegang seperti dokter Kang??? Ini kali pertamamu kan??” Pertanyaan dokter Jin membuatku berpaling menatap Leeteuk. kuperhatian dia diam saja, entah sedang memikirkan apa. Ingin sekali aku bertanya bagaimana perasaannya karena jujur itu membuatku penasaran. Tetapi dengan cepat kuurungkan niatku.

“ Tidak Dokter, aku malah merasa bahagia bisa melihat keajaiban yang diberikan Tuhan ini........”Tanpa terduga Leeteuk menyentuh perutku lembut, membuatku terkesiap. Selama beberapa detik aku membeku dalam kekagetan, namun tak lama kemudian aku mulai bisa merasakan kehangatan sentuhannya. Ajaib, sentuhan Leeteuk bisa membuatku tenang dan rileks. Begitu pula dengan janinku, dia seperti tersenyum di dalam sana.

“ Baiklah....... mari kita lihat...........” dokter Jin mengoleskan krim di seluruh permukaan perutku kemudian perlahan memutar pelan alat transduser USG mengelilingi setiap sisi perutku mencari di mana keberadaan si bayi. Mata kami semua tertuju pada layar segi empat di samping kami. layar itu menampangkan gambar empat dimensi seorang bayi yang sedang bergerak pelan. Kepala, mata, tangan, kaki, dan beberapa organnya sudah tampak sempurna. Itukah bayiku??? Mataku berkaca- kaca melihatnya. Suatu keajaiban menyadari bayiku berkembang dengan baik di dalam sana. Dia tampak sangat tenang di dalam sana, bergerak jika tanpa sengaja tangan Leeteuk tepat menyentuhnya dibalik kulit perutku.

“ Sepertinya dia menyukaiku Sora, lihat dia bereaksi.........” yah kurasa benar apa yang Leeteuk katakan. Seorang anak pasti bisa merasakan sentuhan orang tuanya.

“ oh...... suara apa itu???” Leeteuk memekik dengan ekspresi terkejutnya yang lucu.

“ Itu detak jantungnya.......” Jawabku.

“ Detak jantungnya?? Bisa sekeras itu??” Kembali Leeteuk berteriak takjub.

“ Wuuuahhh........ berarti dia anak yang sangat kuat, aku yakin dia akan tumbuh sehat dan menjadi orang hebat kelak...........!!!” Dia tertawa kegirangan, aku ikut tertawa bersamanya. Sudah tidak sabar ingin cepat- cepat melihat bayi ini lahir ke dunia.



Kami keluar dari ruangan dokter Jin dengan senyuman, sambil terus melihat foto hasil USG yang sengaja kuminta sebagai kenang-kenangan. Aku tak sadar berjalan sepanjang lorong sambil menggenggam tangan Leeteuk. Membuat beberapa orang yang berpapasan dengan kami saling berbisik. Aku mencoba mempertajam pendengaranku bermaksud menguping apa yang sebenarnya mereka bicarakan.

“ Huussstt............ jangan berisik, asal kau tau saja Dokter Kang itu kekasih Leeteuk Super Junior lho....... “ Ucap seseorang pasien terhadap pasien lainnya yang samar- samar tertangkap pendengaranku.

“ Benarkah??”

“ iya benar, dan sekarang mereka sedang menunggu kelahiran bayi mereka......” Dua orang itu masih berbisik menatap kami.

Jengah mendengar obrolan mereka, kuhempaskan tangan Leeteuk keras.

“ Leeteuk ssi......... lepaskan tanganku, dan kuharap cepatlah pergi dari sini.........” Aku memaksa menarik tanganku dari genggamannya. Ini salahku karena terlalu longgar membiarkannya terus bersamaku.

“ Kau kenapa Sora ya??? kenapa tiba- tiba mengusirku seperti ini??? bukankah tadi kita sedang membahas bayi kita???” Dia terlihat bingung dengan perubahan sikapku. Tapi ini semua memang salahnya, kehadirannya sudah membuat semua orang membicarakanku.

Gosip berhembus dengan cepat, dokter, perawat, pasien, bahkan keluarga pasien juga membicarakan kedekatanku dengan Leeteuk. seperti bola panas yang siap meledak, di setiap sudut rumah sakit pasti akan membahas tentang kami.

“ Berapa kali harus kuingatkan........ ini bayiku, bukan bayimu...........!!” Aku marah padanya,

Kutinggalkan dia begitu saja. aku tak berbalik ketika Leeteuk terus memanggil namaku.

“ Jangan pernah kembali lagi.........!!!” teriakku berharap dia memang benar- benar tidak akan kembali.



***



Sore ini udara terasa segar, angin berhembus pelan menerbangkan beberapa kelopak bunga yang mulai gugur dari ranting pohon. Aku berjalan menuju tempat parkir bergegas pulang setelah seharian ini berkutat dengan pekerjaanku. Tidak seperti biasa, keadaan sore ini sangatlah sepi. Hanya terlihat beberapa orang saja yang masih berlalu lalang.

Ingin membuka pintu mobil, tiba- tiba ada seseorang yang menarik tas ku. Sontak aku berteriak meminta tolong. Seseorang dengan pisau di tangannya berdiri tepat di depanku. Melarangku berteriak ataupun meminta tolong.

Aku berdiri ketakutan, apapun akan aku berikan padanya. Asalkan dia tidak melukai diriku dan bayiku. Kupegang perutku erat, sambil berlinangan air mata aku memohon padanya agar tidak berlaku kasar. Sepertinya dia sedikit iba melihatku, dia hanya mengancam dan menyuruhku menyerahkan jam tangan dan perhiasan yang kupakai.

Dengan tangan gemetar kulepas semua benda berhargaku, memberikan semuanya sesuai kemauannya.

“ Berikan kalungmu juga........” Perintahnya masih tidak puas, dengan nada membentak.

“ Tapi kalung ini sangat berharga bagiku, ini satu- satunya peninggalan orang tuaku.......” Aku mengucapkannya dengan penuh memohon, berharap dia masih memiliki sedikit rasa kasihan.

“ Tidak bisa....... cepat lepaskan...........atau aku akan membunuhmu............!!!” Tatapannya sangat garang, dia sepertinya tak main- main dengan ucapannya. Dengan penuh paksaan dia menarik kasar kalung yang menggantung dileherku.

Aku berteriak keras

Bersamaan dengan teriakanku, seseorang datang dan menendang tangan si perampok dengan keras. Membuat pisau lipatnya terpental jatuh ke lantai.

“ Leeteuk ssi...............” Desahku diantara isakan tangis.

Leeteuk terlibat perkelahian sengit dengan perampok itu. Dengan beberapa pukulan telak, Leeteuk berhasil membuat tumbang si perampok dan membuatnya tak sadarkan diri.

Dia berlari menghampiriku.....

“ Sora ya......... kau tidak apa- apa?? Sudahlah jangan menangis, semuanya sudah berakhir....... ayo aku akan mengantarmu pulang.......” Dia mengusap air mataku dan membimbingku memasuki mobil.

Leeteuk benar- benar mengantarku dengan selamat sampai di rumah.

“ Gomawo Leeteuk ssi, kau sudah menolong dan mengantarku...........” ucapku setelah keluar dari mobil.

“ Cuma seperti itu??” Dia ikut keluar dari mobil.

“ Apa maksudmu??” Tanyaku tak mengerti.

“ Tidakkah seharusnya kau mengajak orang yang menolongmu untuk minum kopi sebentar di dalam, dan mengucapkan terima kasih dengan lebih akrab??” Dia tersenyum penuh harap. Oh ayolah jangan lagi.

Leeteuk pandai sekali memanfaatkan situasi. Dia bisa membuatku kehabisan cara untuk menolaknya. Dia memang benar, akan sangat tidak sopan bila aku tak menawarinya masuk ke dalam setelah apa yang Leeteuk lakukan untukku. Tetapi di satu sisi aku tidak mau dia masuk ke dalam rumahku. Belum pernah sekalipun aku mengajak namja masuk ke dalam rumah, kecuali teman- teman kuliahku dulu.

“ Ba.....baiklah........silahkan masuk............” Aku tak punya pilihan lain.

Kami berjalan melewati gerbang depan rumahku. Berjalan beberapa langkah menyusuri halaman yang penuh ditumbuhi tanaman hias. Sampailah kami di depan pintu utama, rumah yang hampir selama dua tahun kutempati seorang diri.

Kubiarkan Leeteuk melihat- lihat seisi rumah, sedangkan aku sibuk berganti baju dan menyiapkan minuman untuknya.

“ Leeteuk ssi, kau mau minum apa???” Tanyaku saat dia sedang memperhatikan beberapa pajangan seperti foto dan penghargaan yang pernah kudapatkan.

“ Bolehkah aku meminta hot choco....... oh please jangan menertawakanku Sora, aku tidak menyukai sesuatu yang pahit.............” aku harus menahan tawa mendengar permintaannya. Satu lagi hal baru dari Leeteuk. Bila dipikir banyak sekali perbedaan diantara kami, mulai dari selera, sifat, dan kharakter tetapi itu justru yang membuat terasa menyenangkan. Belajar hal- hal baru tentang diri masing- masing.



“ aaakkkhhh................” Teriaku keras memegangi perutku yang tiba- tiba terasa sangat nyeri. ligamen rotundum mungkin itu yang saat ini terjadi padaku. Beberapa hari ini aku sering mengalaminya, meskipun ini tidak berbahaya tetapi tetap saja aku tak bisa menahannya. Kali ini rasanya lebih sakit daripada sebelumnya. Membuatku harus terhuyung- huyung memegangi pinggiran meja. Menopang tubuhku agar tidak terjatuh.

“ Sora ya........ ada apa?? Perutmu sakit lagi???” Leeteuk menghampiriku, tapi bagaimana bisa dia tau aku sering mengalami ini. Bukankah ini pertama kalinya dia melihatku setelah beberapa waktu aku melarangnya menemuiku.

“ Ba....bagaimana kau bisa tau?? kau membuntutiku Leeteuk ssi??” Tanyaku tak percaya, masih menahan rasa sakit yang semakin lama semakin menjalar dan membuatku hampir terjatuh.

Leeteuk mengangkat tubuhku dengan kedua lengannya, menggendongku.

Dia selalu seperti itu, padahal aku tidak memintanya.

“ Turunkan aku......... aku bisa jalan sendiri.........” Ucapku padanya saat dia mencoba membawaku ke kamar.

“ Sudah kesakitan seperti ini masih saja membantah...... ijinkan aku merawatmu Sora ya..... kumohon untuk kali ini. Kau tidak pernah tau bagaimana perasaanku saat hanya bisa melihatmu dari kejauhan, kau berjuang menahan sakit sedangkan aku seperti orang bodoh tak bisa melakukan apapun untukmu, rasanya sangat menyiksaku Sora ya...................” Nada suaranya terdengar sangat menyesal. Aku tidak menyangka Leeteuk akan memperhatikanku sampai seperti ini. Kukira dengan aku mengusirnya aku bisa membuatnya terbebas dari beban, tapi aku salah dia justru menderita karenanya.

“ Jadi bisakah kali ini kau diam dan biarkan aku membantumu??” Dia menatapku dalam, memberiku tatapan yang sama, tatapan yang bisa membuatnya melumpuhkan hatiku.

Aku diam saja saat Leeteuk membawaku menaiki satu- persatu anak tangga menuju lantai atas.

“ Maaf Leeteuk ssi, bolehkah aku bicara??”

“ Ya, silakan saja.............”

“ eeemmm............ Selama hamil kamarku pindah ke bawah, kau tau kan wanita hamil tidak boleh sering- sering naik-turun tangga??”

“ Oh......benarkah?? baiklah kita turun lagi............” seperti dugaanku, mukanya memerah. Aku tertawa melihatnya seperti itu.

Leeteuk berusaha memutar knop pintu, setelah terbuka dia berjalan menuju tempat tidur. Dengan perlahan Leeteuk membaringkanku di ranjang kemudian menyelimutiku. Sedangkan aku tak bisa melepaskan mataku darinya.

“ Apa masih sakit??”

Aku menggeleng...........

“ Kalau begitu cepatlah tidur, “

Kembali aku menggeleng.......

“ Kenapa?? Kau butuh sesuatu??”

Aku mengangguk “ Tolong ambilkan obat di dalam laci......”

Leeteuk mengambilkan kapsul berwarna kuning milikku.

“ Kau meminum ini??”

“ ya, terkadang. Jika insomnia ku kambuh aku harus meminumnya...........”

Dia melotot padaku, “ Tapi kau sedang hamil Sora , tidak....tidak.....kau tidak boleh meminum ini lagi......” Dia membuang obat itu entah kemana.

“ Yaaahhh..........kenapa kau membuangnya?? Obat itu tidak berbahaya bagi janin, aku tau mana yang bisa kuminum dan mana yang tidak........ Sekarang kau membuatku harus terjaga semalaman..........” Teriakku kesal,

“ Aku akan membuatmu tidur dengan caraku, dan ini sangat aman.............” Ucapnya sembari mengulaskan sebuah senyuman aneh. Apa lagi yang mau dia lakukan?? Membuatku tertidur dengan caranya??

I'm down on my knees again tonight
I'm hoping this prayer will turn out right
See there is a boy that needs Your help
I've done all that I can do myself
His mother is tired
I'm sure You can understand
Each night as he sleeps
She goes in to hold his hand
And she tries not to cry
As the tears fill her eyes


Leeteuk mulai bernyanyi, suaranya yang merdu bagai lonceng surga di telingaku. Sembari mengusap perutku lembut, Leeteuk berdoa dalam nyanyiannya.


Can You hear me?
Am I getting through tonight?
Can You see him?
Can You make him feel all right?
If You can hear me
Let me take his place somehow
See, he's not just anyone
He's my son 


Mendengarnya mengucap “ Dia anak laki- lakiku” membuat air mataku seketika menetes. Bagaimana aku bisa menjadi ibu yang egois bagi anakku sendiri. Berusaha memisahkan bayiku dengan appanya, padahal Leeteuk sangat mengharapkan kehadiran bayi ini.....

Sometimes late at night I watch him sleep
I dream of the boy he'd like to be
I try to be strong and see him through
But God who he needs right now is You
Let him grow old
Live life without this fear
What would I be
Living without him here
He's so tired and he's scared
Let him know that You're there


Dia menghapus air mataku, berbisik agar aku memejamkan mata. Sebuah perasaan asing menggangguku. Perasaan tak ingin kehilangannya, aku mulai membutuhkannya. Atau mungkin aku sudah jatuh cinta padanya???

Can You hear me?
Can You see him?
Please don't leave him
He's my son



Leeteuk mengakhiri lagunya.

Meskipun aku memejamkan mata, aku tidak benar- benar tertidur.

Kurasakan sesuatu yang lembut menyentuh keningku, Leeteuk menciumku.

“ Good night my baby’s mommy.... have a nice dream......” Bisik Leeteuk mengantarku tidur. Kupererat genggaman tanganku tak membiarkannya untuk pergi.

“ Kwencana Sora ya, I will be here........for you......!!” Senang mendengar ucapannya, itu seperti janji terdengar olehku. Perlahan aku terbawa ke alam mimpi, bersama sentuhannya yang hangat dan menenangkan.



***



Pagi ini sangat cerah, dengan hati berbunga Leeteuk berjalan menyusuri jalanan yang sedikit menanjak. Di sebelah kanannya berdiri kokoh tembok- tembok dari batu yang menjulang tinggi memberi kesan klasik. Sedangkan di sebelah kirinya juga terdapat deretan tembok, namun yang berbeda tembok itu dijalari tanaman rambat yang terkesan alami. Di kawasan inilah Sora tinggal, sudah beberapa hari Leeteuk selalu menyempatkan untuk berkunjung dengan membawa makanan seperti sekarang.

Mulai terbiasa selalu berada di dekat Sora membuat Leeteuk cepat merasa rindu bila tak melihatnya walau sehari saja.

Tinggal melewati tikungan di pojok jalan Leeteuk akan segera sampai di rumah Sora.



Sebuah taksi melintas berlawanan arah di depan Leeteuk, seorang gadis menatapnya dengan mata berkaca- kaca.......... Dia Kang Sora.........

Maafkan aku Leeteuk ssi, aku harus pergi. Aku tidak akan mampu menahan perasaanku bila terus berada di sisimu. Aku takut tak akan bisa melepasmu lagi setelah aku membuka hatiku untukmu. Lebih baik kita tak pernah bersama karena memang bukan takdir yang menyatukan kita, tetapi keegoisanku yang membuatmu terperangkap bersamaku.

Selamat tinggal Leeteuk ssi.............



Kulihat wajahnya untuk terakhir kali dari kejauhan, mengingat dan menyimpannya sedalam mungkin di dalam memoriku. Hanya itu yang bisa kumiliki darinya, bukan yang lain.

Taksi yang kutumpangi terus membawaku pergi..........

Semakin lama Leeteuk semakin tak terlihat, dan dia menghilang.............

“ Maafkan omma sayang.......... maafkan omma, kelak kau akan mengerti mengapa omma melakukan ini..................!!!” Ucapku pada janin yang kukandung bersamaan dengan tangisan yang semakin meluap dari relung hatiku yang tak berdasar.






To Be Continue.......

2 komentar:

  1. oenniiii, ceritanya keren.
    di tunggu lanjutannya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih shella, iya ini masih dalam tahap menulis...
      ditunggu ya ^^

      Hapus