Sabtu, 17 Mei 2014

Kiss The Rain


Annyeong haseyo..... uri readers
Vita kembali dengan ff yang sedikit menyayat hati nih.
Gara- gara dengerin Kiss The Rain nya Yiruma, Vita g bisa nahan untuk g nulis ff satu ini.
Bagi readers lama mungkin udah pada pernah baca ff di blog Wordpress Vita yang judulnya “ The Last Day With My Prince” dan kalian bakal sadar kalau ff itu g pernah selesai. Nah inilah akhir dari ff itu. Mian karena ngepostnya berjarak jauh banget, jadi ingat dari Teuk oppa mau wamil sampai sekarang bakal keluar wamil. Kalau gitu pas dong momennya, hehehe..... mencari pembenaran diri.
Yaudah langsung ajah deh dibaca, tanpa menunggu lama- lama lagi.......





Kiss The Rain



 

Di sini aku, berdiri di bawah guyuran titik- titik air yang jatuh dengan derasnya dari atas langit. Langit malam yang begitu pekat, tanpa satupun bintang yang menerangi. Bunyi gemericik air yang terus turun terdengar sangat indah di telingaku. Seluruh tubuhku basah, rambut, mata, hidung, bibir........ semuanya. Hujan pertama yang begitu lama kunanti akhirnya datang. Saat melihatnya aku tak bisa menahan diri untuk keluar, hanya untuk memainkan tanganku di udara ingin menyentuhnya. Perasaan apa ini? Sangat damai, begitu tenang, aku tersenyum, bibirku tak bisa menahan untuk tidak melengkung manis, menyambutnya. Merasakan dinginnya air menyentuh bibirku, kupejamkan mataku mengingatnya. Benar mencium hujan, membuatku bisa mengingatnya..........

“ Sora...... cepat masuk, diluar sangat dingin.... kau bisa sakit sayang......!!” Ommaku tersayang memanggilku, aku segera berlari kecil meninggalkan kebahagian sesaatku tadi. Omma langsung menyelimutiku dengan handuk tebal. Dia tak pernah bertanya mengapa aku melakukan kebiasaan ini, kebiasaan yang mulai kulakukan sejak dua tahun silam. Dimana selalu disaat hujan turun aku akan menyongsongnya, menyambutnya dengan senyuman.

“ Appa belum pulang omma?? Apakah appa tidak terlalu memaksakan diri bekerja sampai larut begini??” Tanyaku pada omma, kulihat omma hanya tersenyum lalu tangannya membelai rambutku pelan.

“ Tidak sayang, appamu memang harus melakukan ini. Tanggung jawab perusahaan ada di tangannya, dan saat ini perusahaan sangat membutuhkannya. Appamu akan baik- baik saja, kau tidak perlu cemas....!!” Aku tahu omma hanya ingin menenangkanku. Aku bisa merasakan omma juga sangat gelisah, kupeluk tangannya erat dengan jemari tanganku. Kami seolah berdoa dalam diam, semoga appa bisa mengatasi semuanya. Memang sekarang perusahaannya sedang dalam masalah. Perusahaan yang sudah dibangunnya selama puluhan tahun itu seperti hidup kedua bagi appa. Terkadang aku merasa bersalah karena tak bisa membantunya. Seharusnya aku menuruti keinginan appa dulu untuk menuntut ilmu di bidang bisnis, membantu appa mengurus perusahaannya. Bukan malah terjun ke dunia modelling dan menjadi aktris. Dan sekarang aku malah bukanlah siapa- siapa. Orang hanya akan mengingatku sebagai Kang Sora yang tiba- tiba menghilang dari dunia keartisan yang gemerlap itu.

Apa aku keluar karena kenginanku? Bukan, ini semua murni karena keterpaksaan. Aku terpaksa karena tidak berkompeten lagi, aku tidak mungkin dan tidak akan pernah bisa kembali ke dunia itu lagi.

Sekilas kulirik pundakku yang kini tak terbalut apapun, secepat itu pula aku memejamkan mata. Karena perasaan pahit itu terus menyerang ketika aku melihatnya. Kugigit bibir bawahku menahan pedih...

Tidak lagi, sudah terlalu lama aku meratap dan terpuruk karena ini. Aku tidak akan mengeluarkan air mata lagi, itu janjiku, itu tekadku.

Demi omma, demi appa, demi orang- orang yang menyayangiku dan yang terpenting adalah demi diriku sendiri.

Segera kubasahi tubuhku dengan hangatnya air keran, setelah kurasa tubuhku bersih dari sisa- sisa sabun kupakai piyamaku secepat yang kubisa. Aku bahkan tak perlu menatap cermin lagi dan langsung bergegas keluar.

Ranjangku yang hangat menyambutku sesaat setelah aku merebahkan tubuhku di sana, bergelung dalam selimut dan mulai bersiap tidur. Baru beberapa saat aku memejamkan mata, seseorang terdengar membuka pintu dan berjalan masuk. Tanpa melihatnya aku tahu siapa itu, appa....... dia berjalan menghampiriku dalam kegelapan.

Aku diam saja, berpura- pura tertidur.

Kurasakan appa mengecup keningku pelan.

“ Sora ya........” Begitu panggilnya, suara appa bergetar, apakah appa menangis?

“ Kau tidak perlu cemas sayang, appa tidak akan semudah itu terpuruk. Pikirkanlah dirimu sendiri, kebahagianmu Sora.... karena itu juga yang akan menjadi kebahagiaan appa sayang.........!!”

Ingin aku terjaga, namun aku terlalu takut. Aku takut tak bisa menguasai perasaanku dan menjadi rapuh di depan appa.

Beberapa saat hanya keheningan yang menyeruak, sebelum akhirnya appa benar- benar beranjak pergi meninggalkan kamarku.

****



Pagi sudah menjelang, dan aku sudah bersiap- siap menuju tempat kerja. Dari dalam mobil aku masih bisa melihat sisa- sisa hujan semalam. Membasahi jalanan yang kini sedikit licin. Memang semalam hujan sangat deras dan berlangsung lama. Hampir menjelang pagi hujan baru mereda.

Tak butuh waktu lama bagiku untuk sampai ke tempat ini. “Avenue” sebuah butik sekaligus studio foto, tempat dimana banyak pasangan mengabadikan moment spesial mereka dalam sebuah pemotretan pre wedding.

Aku mengenal owner tempat ini, karena dulu aku pernah memakai jasanya seperti pasangan lain. Bahkan foto- foto itu masih kusimpan, hanya sebagai kenangan indah tentunya.

Dan secara tak sengaja kami bertemu kembali, saat itu aku sedang mengikuti pameran foto bertema sweet of love, dan Han Hyo Joo merekrutku untuk bekerja padanya.

“ Sora kau sudah datang, tepat sekali waktunya, sudah ada pasangan yang membutuhkan keahlianmu. Mereka sedang berganti kostum, kau bisa bersiap- siap dulu....!!” Ucap Hyo Joo unnie menyambutku ramah. Aku mengangguk tak lupa membalas senyumannya kemudian segera bergegas ke tempat pengambilan gambar.

Sebuah taman sudah disetting menjadi set yang indah. Kelopak bunga mawar merah bertaburan di atas rumput hijau membentuk pola sulur-sulur dedaunan. Beberapa meja dengan vas bunga kaca berisi lily putih diletakkan di ketiga sisi penjuru mata angin dan sebuah bangku panjang di sisi lainnya. Ranting- ranting pohon kering dibentuk sedemikian rupa dengan bunga warna- warni di setiap ujungnya membentuk kubah lengkung yang indah.

Seorang namja dengan jas abu- abu, celana hitam dan dasi kupu- kupunya terlihat sedang menunggu di bawah. Aku berhenti di anak tangga, ikut menanti pasangan namja ini. tak lama kemudian seorang yoeja dengan gaun putih indahnya turun berjalan menapaki tangga. Dia terlihat sangat cantik, berdiri di sana sambil tersipu malu. Si namja langsung menghampirinya dan menuntun yoeja ini turun. Keduanya sama- sama tersipu, saling mengagumi masing- masing. Si namja masih sempat jahil dengan diam saja saat yoejanya bertanya apakah dia cantik. Si yoeja sedikit kesal, tapi dari ekspresinya aku tahu si namja sangat mengagumi kekasihnya ini. Mereka terlihat bahagia, sama seperti pasangan yang lain.

Dan saat itulah aku turun, menyapa mereka, saling memperkenalkan diri sebelum kemudian mengarahkan agar keduanya bersiap- siap.

Aku menunjukkan beberapa contoh angle foto yang akan mereka lakukan.

Sesuai instruksiku mereka saling berhadapan,si namja melingkarkan lengannya di pinggang sang yoeja dan mereka menempelkan dahi masing- masing.

Aku bersiap di balik kameraku, setelah mendapatkan fokus terbaik aku segera membidik beberapa gambar.

Fotografer.......

Itulah profesiku sekarang. Dunia ini sudah lama kuminati, hanya saja aku tidak terlalu mengasahnya karena awalnya hanya menganggap sebagai hobi. Tetapi semakin ditekuni aku semakin sayang dengan dunia potret memotret. Dari semua keterpurukan yang kualami, ternyata masih ada sebuah bakat yang mampu membuatku bangkit.

Keakuratan tangan dan ketajaman mataku dalam membidik objek, serta keahlianku mencitrakan sebuah gambar memberiku kesempatan kedua.

Pemotretan akhirnya selesai, dan kedua pasangan tadi terlihat puas dengan hasil kerjaku.

Sedikit lelah aku berjalan hendak masuk ke ruang kerjaku, saat tak sengaja aku mendengar pembicaraan Han Hyo Joo dan Lee Seung Hun.

“ Lalu bagaimana?? Masih ada pasangan yang harus kau tangani. Mereka hanya bisa melakukan pemotretan hari ini, keduanya selebriti papan atas Seung Hun sshi, kita dibayar mahal oleh sponsor untuk menjadikan mereka model. Bagaimana bisa kau melalaikan tugasmu!!” Hyo Joo yang selalu terlihat tenang itupun kini terlihat sangat gusar.

“ Tapi noona, istriku sudah hampir melahirkan dan aku ingin menemaninya, kau pasti juga mengerti........” Seung Hun oppa selalu berdedikasi pada pekerjaannya, dan ini pertama kalinya dia memohon seperti itu. kulihat Hyo Joo unnie juga kesulitan mengambil solusi.

“ Aku mengerti Seung Hun ah, tapi ini terlalu mendadak, aku belum menyiapkan fotografer lain untuk ini.......!!”

“ Unnie........ bagaimana kalau aku saja........ maaf bukan maksudku ikut campur tapi saat ini aku sedang free dan kurasa Seung Hun oppa harus segera menemani istrinya......!!” aku masuk setelah terlebih dulu mengetuk pintu dan mengalihkan perhatian mereka padaku.

“ Benar, noona...... Sora pasti bisa melakukannya, iya kan Sora ya.......!!” Seung Hun oppa menatapku berbinar, mungkin kini baginya aku adalah seorang dewa penolong.

Segera kuanggukkan kepalaku menyetujui ucapannya.

“ Tapi Sora tidak mungkin melakukannya, dia tidak boleh......!!”

“ Kenapa??” Tanyaku dan Seung Hun oppa hampir bersamaan.

Hyo Joo unnie tak mau menatap kami, dia tampak berpikir dan terlihat bingung. Entah apa yang sebenarnya dia pikirkan.

Apakah Hyo Joo unnie tidak percaya dengan kemampuanku??

Apakah itu alasannya, menyadari hal itu sedikit membuatku kecewa.

“ Memang aku masih baru dan amatir, tapi aku akan berusaha melakukan yang terbaik.....!!” Tambahku lagi berusaha meyakinkan. Aku tidak bermaksud sombong, aku hanya ingin membuktikan bahwa diriku bisa.

“ Tidak, bukan itu maksudku Sora...... aku hanya tidak mau kau.......!!” Unnie tak lagi meneruskan ucapannya. Tatapannya mengiba kepadaku, ada apa ini.

Aku semakin penasaran dibuatnya.

“ Kau tidak perlu melakukannya Sora ya, aku akan menghubungi temanku mungkin dia bisa membantu kita. Dan kau Seung Hun ah, pergilah..... sampaikan salamku juga untuk istrimu, semoga kelahirannya lancar..”

Seung Hun oppa membungkuk berterima kasih, menepuk pundakku dan akhirnya berlalu meninggalkan kami berdua.

“ Kenapa unnie?? Kau tidak percaya dengan kemampuanku??” kata- kata yang sedari tadi kusimpan kini kusuarakan.

“ Sudahlah Sora...... jangan membahas ini lagi......!!” Unnie pergi begitu saja, meninggalkanku dalam pertanyaan menggantung yang semakin membuatku penasaran.



Beberapa saat kemudian.



Tak sengaja aku berpapasan dengan Tae Min, asisten pribadi Hyo Joo unnie yang masih termasuk hobaeku.

Kuperhatikan wajahnya yang tidak begitu baik.

“ ada apa Tae Min ah??”

“ Ibu Han membuatku susah Sora noona, aku sudah berusaha mencari fotografer terbaik yang kukenal, tetapi semuanya tak memiliki jadwal kosong. Aku bingung, kenapa beliau tidak menyerahkan proyek ini padamu saja, jadi aku tidak perlu kesulitan seperti ini.....!!”

Jadi Hyo Joo unnie belum menemukan fotografer yang tepat.

“ dan lagi modelnya sudah bersiap- siap, mereka sudah menunggu di dalam sana.......!!”

Tae Min menunjuk studio yang biasanya disetting menjadi sebuah restoran itu. Jadi di sana pemotretannya.

“ Tenanglah Tae Min ah, serahkan semua padaku..!!” Aku berkedip pada Tae Min dan langsung bergegas menuju studio itu. Tak kuindahkan panggilan Tae Min yang melarangku masuk dan mengingatkanku bahwa pasti Han Hyo Joo akan marah.

Tapi aku sudah terlanjur sampai di ambang pintu. Tidak ada siapa- siapa di dalam. Hanya seseorang dengan setelan jas hitam terlihat duduk di salah satu kursi memunggungiku.

Seketika kurasakan jantungku berhenti berdetak.

Tidak mungkin.

Kenapa diantara semua model harus dia.

Kurasakan sebuah tangan di pundakku, membuatku menoleh membentur mata Hyo Joo unnie yang sudah berdiri di belakangku.

“ Ini yang kutakutkan Sora ya, makanya aku melarangmu........!!” Kudengar bisikan maaf darinya, tapi terlambat sudah. Benar- benar terlambat, orang itu sudah mengetahui kehadiranku. Karena kini dia menatapku seolah tak percaya.

“ Sora ya............” Benar, itu memang dia. Dia sudah sangat berubah. Berbeda dari bayangan yang tersimpan dalam benakku.

Kini dia terlihat lebih maskulin, lebih dewasa, dan lebih matang.

Dengan rambutnya yang masih pendek, masih terlihat bekas- bekas kemiliteran di sana.

Leeteuk oppa, kini benar- benar berdiri di hadapanku.

Bagaimana ini apakah aku harus lari?? Itu pasti terlihat sangat pengecut.

Atau aku harus berpura- pura dingin dan tidak mengenalnya?? Itu tidak mungkin.

Atau aku harus menangis dan menghambur memeluknya?? Aku tidak serapuh itu.

“ Annyeong haseyo, Leeteuk sshi........!!” Ternyata itulah yang keluar dari bibirku. Aku menyapanya kikuk, benar- benar canggung. Kupaksakan untuk bisa bersikap sesantai mungkin, tapi sulitnya bukan main.

Dia berjalan mendekat, semakin dekat, hampir sangat dekat ketika tiba- tiba beberapa orang masuk dan sedikit membuatku meminggir ke pojok, memberi mereka jalan, karena nyatanya aku berdiri di tengah- tengah pintu.

“ Maaf Leeteuk oppa, kau pasti sudah menunggu lama...... ayo kita lakukan sekarang...!”

Seorang yoeja dengan gaun tradisional cina berwarna merah menyala, terlihat sangat seksi memamerkan kakinya yang jenjang, dari belahan samping gaunnya. Rambut coklatnya disanggul keatas dengan tusuk konde giok mungil. Aku mengenal siapa yoeja ini, tentu saja aku mengenalnya dia Kim Taeyeon.

“ Omo..... Kang Sora sshi, benarkah ini dirimu?” Dia membekap mulutnya menatapku kaget. Sedangkan aku hanya tersenyum membalas keterkejutannya.

Han Hyo Joo unnie langsung menyela kini membelakangiku, sepertinya dia berusaha melindungiku.

“ Maaf Sora sshi adalah fotografer kami, dan sekarang dia harus memotret pasangan lain. Fotografer kalian akan segera datang, jadi kumohon tunggulah sebentar, ayo Sora.......!!” Unnie sudah berhasil menarikku bersamanya saat tiba- tiba Leeteuk oppa mencegah kami keluar dengan kata- katanya.

“ Benarkah Sora ya?? kalau begitu kenapa bukan kau saja yang menjadi fotografer kami. Kami selebriti dan kami tidak suka menunggu lama, waktu adalah segalanya bagi kami kau pasti juga mengerti..........!!”

Ucapannya terdengar tajam dan terkesan dingin. Leeteuk oppa sepertinya mencoba mengukur seberapa tahan aku menghadapinya.

“ Leeteuk sshi benar unnie, kita tidak bisa membiarkan mereka menunggu lama. Biarkan aku saja yang melakukan tugas ini.........!!”

“ Sora ya, tapi kan.........!!” Kecemasan itu benar- benar terpancar dari mata Hyo Joo unnie. Dia tahu semua kisahku, dia tahu bagaimana perjuanganku selama ini, jadi tentu saja dia berusaha melindungiku, agar hatiku yang sangat rapuh ini tidak semakin hancur berkeping-keping.

Tapi aku meyakinkannya bahwa aku akan baik- baik saja.

Tidak selamanya aku bisa bersembunyi, menghindari pertemuan ini.

Kurasakan tanganku gemetaran saat memegang kamera dan mulai memasang lensanya. Kuakui aku sangat tegang, tapi tentu saja tak kutunjukkan itu.

Aku harus bisa profesional, kutekan semua perasaanku hingga ke dasar.

“ Baiklah Leeteuk sshi..... silahkan menuju ke belakang dan perlahan berjalan menuju ke tengah. Dimana Taeyeon sshi akan menunggu dengan elegan di tengah dan aku akan mulai mengambil gambar......!!”

Keduanya melakukan sesuai instruksi yang kuberikan.

Pertemuan di era 90 an, itulah konsep yang kami usung.

Leeteuk pun mulai berjalan dengan ekspresi dinginnya, matanya menatap tajam ke depan seolah melihat Taeyeon namun nyatanya aku menangkap dia terus menatap dingin kepadaku, itulah yang kutangkap dari lensa kamera.

Jantungku berdetak semakin cepat, aku sangat gugup hingga tanganku terus gemetar memegangi kamera.

“ Sora unnie, kau baik- baik saja kan??” Kudengar Tae Min berbisik di belakangku, aku tahu dia pasti melihat tanganku yang gemetaran.

“ Tidak apa- apa Tae Min ah, jangan cemas....!!” Balasku menenangkannya, sebenarnya kata- kata itu lebih kutujukan pada diriku sendiri.

Leeteuk sampai di dekat Taeyeon, dia melingkarkan lengannya di pinggang ramping Taeyeon. Taeyeon menolehkan sedikit wajahnya ke samping dan tersenyum hangat.

Aku terus mengambil gambar.

Taeyeon menaikkan tangannya dan seolah mengerti Leeteuk mengambil tangan itu dan mengecupnya.

Membuatku terkesiap.

Sepertinya dia sengaja melakukannya.

“ Sekarang adegan kissing, itu akan menjadi yang paling ditunggu sponsor......!!” Tiba- tiba kepala manager majalah yang menangani pemotretan ini menyela. Dia ikut memberikan instruksinya. Di otaknya pasti hanya keuntungan dan keuntungan saja yang melintas. Dan memang benar, gambar mesra selalu yang menjadi sorotan di kalangan pembaca.

Sekilas seolah aku melihat Taeyeon seperti menatapku, tapi aku tidak yakin untuk apa dia melakukan tatapan itu. Seolah dia meminta maaf dan merasa tidak enak padaku. Mengapa? Ah itu hanyalah halusinasiku saja.

Sedangkan Leeteuk setelah tatapannya tadi yang begitu dingin kini tak sedikitpun seolah mengakui keberadaanku.

Leeteuk semakin merapatkan jaraknya dengan Taeyeon memeluk gadis ini dengan erat menggunakan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya sudah mendarat di tengkuk Taeyeon.

Benarkah dia akan melakukannya.

“ Sora sshi, ambil gambarnya.......!!” Kini kepala manager itu berganti memerintahku. Aku tidak menaruh hormat sedikitpun pada sikapnya yang semena- mena itu.

Dan Leeteuk benar- benar melakukannya.

Dengan kasual dia mencium bibir Taeyeon, bahkan tidak hanya ciuman ringan, dia memagut bibir atas Taeyeon dengan bibirnya.

Ironisnya akulah yang mengabadikan moment menyayat hati itu.

Semua orang bertepuk tangan akan kerja bagus yang ditunjukkan Leeteuk dan Taeyeon. Tapi aku malah bergeming, berpura- pura hanyut dalam kameraku padahal sebenarnya aku sedang menahan sakit hati yang sangat dalam. Ternyata aku tidak semudah itu menerimanya, ternyata rasa itu masih ada. Dan akan selamanya ada.

Hanya saja sebelum ini perasaan itu kusimpan di sebuah kotak kaca di sudut hatiku yang paling gelap. Tersentuh sedikit saja kotak kaca itu bisa pecah dan perasaan itu muncul diiringi rasa perih yang sangat dalam. Seperti serpihan kacanya menusuk hatiku dari dalam. Sangat sakit dan tak tertahankan.

Aku menyadari Leeteuk sudah sangat berubah. Aku bahkan tak mengenali sikapnya itu.

Leeteuk yang kukenal dulu adalah namja yang hangat, meskipun mengaku playboy dan mampu menaklukkan hati semua wanita tetapi sebenarnya dia adalah namja yang sangat pemalu. Aku dulu bersyukur karena ke-playboy-an yang disandangnya hanyalah sebuah image yang dibangun untuknya.

Namun sekarang aku melihat dia begitu ahli, bahkan tak ada kecanggungan saat melakukan ciuman di depan umum seperti tadi.

Setelah semuanya selesai, Hyo Joo unnie segera menggiringku keluar bersamanya. Dia bahkan terlihat lebih tegang dariku.

Aku berusaha tertawa melihat ekspresinya.

“ Ada apa denganmu unnie?? Kau seperti baru melihat hantu saja, rileks unnie.....!!” Meskipun sudah dua tahun lebih aku mundur dari dunia perfilman namun skill aktingku masih sangat baik. Dengan cepat aku bisa mecairkan suasana. Unnie yang awalnya tidak yakin aku akan baik- baik saja, kini mulai tampak santai dan bisa tertawa membalasku.

“ Syukurlah Sora ya, kau memang tidak bisa terus berdiam di masa lalu. Syukurlah......!!”

Unnie memelukku, “ aku tidak akan membiarkan kejadian seperti ini terulang lagi. Maafkan aku Sora ya, sekaligus terima kasih karena kau sudah membantuku keluar dari masalah....!!”

Aku kembali tersenyum pada Hyo Joo unnie. Sekali lagi senyum tulus yang sesungguhnya sangat sulit kuulaskan.

Namun senyumanku langsung pudar dan berubah menjadi tangisan histeris saat tak ada seorangpun di dekatku. Saat aku mengunci diri di toilet. Satu- satunya tempat yang bisa meredam suara tangisanku dari dunia luar.

Setelah puas menangis dan menenangkan diri aku berjalan menuju ruang utama, keadaan sudah berangsur- angsur sepi karena sepertinya semua orang luar yang terlibat pemotretan tadi sudah pergi.

Aku sudah mendapat ijin Hyo Joo unnie untuk pulang lebih awal, akupun berjalan ke parkiran yang letaknya agak jauh karena aku harus berjalan menyusuri jalanan sepi di depan.

“ Aku tidak menyangka kita bisa bertemu di tempat ini, apa kau masih mengingat tempat ini Sora sshi??” Suara itu tertawa, kemudian melanjutkan....

“ Kurasa kau pasti sangat mengingatnya, buktinya kau bekerja di tempat ini. Tapi yang tidak aku sangka kau mampu bekerja di tempat yang menyimpan kenangan kita, tempat kita pre wedding, sangat ironis...... itu membuktikan moment di tempat ini tidaklah berarti bagimu, mungkin kau bahkan menganggapnya tidak pernah ada dalam kenanganmu. Tidak seperti aku yang semalam tak bisa tidur bila memikirkan akan kembali ke tempat ini........”

Aku tak berusaha mendengarkannya, terlalu menyakitkan mendengar kata- katanya yang seolah sembilu bagiku.

“ Sora sshi..... kau tidak mendengarkan aku??”

“ Aku bertanya padamu, kemana saja kau selama ini?? Apa kau benar- benar orang yang setega itu?? Begitu mudahnya mencampakkanku??” Kini nada suaranya terdengar penuh amarah. Dia menyalahkanku, dan aku tidak mengelak karena itu kenyataannya.

“ Leeteuk sshi kau ini bicara apa?? Dan lepaskan tanganku kau menyakitiku....!!” Teriakku tak kalah kalap karena saat ini Leeteuk mencengkeram erat tanganku dan tidak membiarkanku pergi.

“ Oh ternyata kau bisa merasakan sakit juga, lalu bagaimana denganku. Apakah kau tidak membayangkan bagaimana sakitnya aku?? Sakitku lebih parah Sora ya. tiba- tiba kau menghilang di hari kepergianku memasuki kemiliteran. Aku menguatkan hati bahwa kau hanya ingin menenangkan diri atas kepergianku, tapi kemudian tak ada surat tak ada kabar kau seolah menghilang ditelan bumi, bahkan saat aku libur dan memiliki waktu keluar dari kemp aku mendengar kabar kau sudah pergi meninggalkan semua dan juga meninggalkanku. Kau tidak bisa membayangkannya Sora bagaimana sakitnya aku saat itu??” Dia memandang tanganku yang kemerahan karena cengkeramannya.

“ Ini bahkan sakitnya tak seberapa!!” Dan dengan keras Leeteuk menghempaskan tanganku.

“ Iya memang aku memilih pergi, aku memilih melepaskanmu dan meninggalkanmu karena ternyata aku tidak sanggup menunggu. Aku bukan orang yang bisa bersabar menunggu cintanya, aku memiliki kehidupanku sendiri dan akan terus berjalan. Lebih baik aku mencari cinta lain dan tidak harus menunggu cinta yang perlahan akan membuatku kesakitan. Aku tidak mau cinta seperti itu.........!!” Semua itu kuucapkan tanpa jeda, dia terperangah mendengarnya. Memang ini yang kuinginkan, membuatnya sangat membenciku dan akhirnya tidak mau lagi melihatku.

“ Kau, benar- benar egois Sora ya. Seolah cinta yang sudah kita jalin tak ada artinya di matamu.....!!”

“ Memang, cinta bukanlah satu- satunya hal yang kupuja. Saat itu aku mungkin hanya terbuai romansa percintaan sesaat, setelah itu aku bisa dengan mudah melupakanmu Leeteuk sshi.......!!” Kutambahi bom waktu yang pasti kini sudah mampu meledakkan hatinya, begitu pula dengan hatiku yang sudah hancur berkeping- keping.

“ Kumohon pergilah Leeteuk sshi, jangan mengingatku lagi..... pergilah......” Doaku diam- diam menatapnya dingin. Sepertinya Tuhan masih berbaik hati padaku, nyatanya Leeteuk kemudian benar- benar pergi tanpa berbalik lagi.

Setelah tak ada lagi bayangannya di depanku, aku langsung berlutut lemas di jalanan.

Sekali lagi aku harus mendorongnya menjauh. Demi kebahagiaannya, aku rela mengorbankan hatiku sendiri.



Beberapa hari kemudian



Aku terbangun dengan keringat sudah membanjiri tubuhku, mimpi buruk itu datang lagi. Padahal sudah lama mimpi itu menghilang, tetapi setelah pertemuanku dengan Leeteuk seminggu yang lalu mimpi itu terus datang menghantuiku setiap malam.

Suara hujan di luar menuntunku menuju jendela. Hujan di pagi hari, sangat indah untuk disaksikan.

Kubuka pintu kacaku, dan aku berjalan menuju balkon kecil di depanku. Kamarku yang terletak di lantai dua memberiku kesempatan untuk memiliki balkon ini. Balkon yang menjadi tempat favoritku menenangkan diri.

Memeluk hujan, seperti yang kulakukan sekarang.

“ Hai...... kau datang lagi, gomawo.......” Bisikku pada tetes- tetes hujan yang tidak begitu deras tapi sudah mampu membalas pelukanku dengan rasa dinginnya.

Kenapa aku sangat menyukai hujan?? Karena hujan membawa air, air yang merupakan musuh api yang sangat kubenci.

Aku menenggelamkan kebencianku pada api dalam guyuran hujan.

Api yang sudah merebut semua masa depanku.

Api yang sudah merusak semua mimpiku.

Api yang sudah menjauhkan Leeteuk dariku.

Kebencianku pada api berawal dari kecelakaan tragis yang kualami dua tahun yang lalu.

Anganku seakan ditarik kembali pada kenangan itu.

Pagi- pagi sekali aku terbangun, begitu aku menyadari aku tertidur sendirian di dalam kamar rumah baru kami. rumah masa depanku bersama Teuk oppa. Aku tak menemukan Leeteuk oppa dimanapun, kecemasan segera menyerangku saat itu. kemudian aku melihat secarik kertas yang tergeletak di bawah setangkai bunga mawar.

Yang kutahu adalah surat dari Leeteuk oppa setelah mengenali tulisannya.Surat itu berisi.....

Sora ya, maafkan oppa yang tidak berani membangunkanmu. Akan sangat sulit bagiku untuk pergi disaat melihat air mata jatuh di matamu yang indah saat melepasku pergi.

Aku pergi Sora ya, aku pergi untuk mengemban tugasku.

Tapi aku hanya pergi untuk sementara, dan waktu akan berlalu dengan sangat cepat.

Jagalah dirimu untukku, dan jangan menangis lagi atau aku akan sangat marah padamu.

Semua memberku akan menjagamu Sora ya selama aku pergi, kau tahu aku harus menekan rasa cemburuku untuk yang satu ini.

Tapi itu tidak sebanding dengan perasaan tenangku bila mengetahui kau akan selalu baik- baik saja bersama mereka.

Jangan bersedih My Baby Princess..... oppa akan segera mengunjungimu disaat mendapat libur, dan seperti janjiku aku akan selalu berusaha menghubungimu atau mengirim surat.

Leeteuk oppa pergi Sora ya, jaga dirimu ya yoebo....

Dari namja paling tampan yang akan selalu mencintaimu

Park Jung Su


Park Jung Su bodoh, kau pikir aku akan selemah itu melepasmu dengan air mata. Aku ingin melepasmu dengan senyuman Jung Su sshi......

Itu yang terus kupikirkan selama perjalanan menuju kemp kemiliteran. Kupacu mobilku cepat melintasi jalanan karena aku tidak ingin menyia- nyiakan kesempatan terakhirku melihatnya sebelum masa libur yang dia janjikan datang.

Aku ingin menyimpan wajahnya selama mungkin dalam benakku.

Aku terlalu antusias berkejaran dengan waktu sehingga tak menyadari sebuah truk yang melintas di tikungan. Dan dalam hitungan detik mobilku menghantam keras truk itu.

Kurasakan tubuhku terpelanting sangat keras, tapi untungnya aku masih sadar. Di tengah kesadaran itu aku berusaha keluar dari mobil sebelum semua orang datang dan menahanku sehingga aku tak bisa mengantar kepergian Leeteuk oppaku.

Kepalaku berdenyut dan darah segar mengalir di pelipisku.

Aku tidak memperdulikannya.

Kudengar bunyi letupan dari belakang.

Mataku terbelalak melihat mesin mobilku terbakar.

Aku sudah hampir melompat dari mobil, tapi keberuntungan sepertinya tak menaungiku untuk yang kedua kalinya.

Mobilku meledak, dan apinya mengenaiku.

Aku tergeletak begitu saja di aspal jalan. sayup- sayup kudengar orang berdatangan.

Dan setelah itu aku tak mengingat apa- apa lagi.



Aku tersadar di sebuah ruangan serba putih yang kukenal dengan nama rumah sakit, dengan omma yang terus memegangi tanganku dan sepertinya air mata tak pernah kering meninggalkan wajahnya yang cantik, juga appa yang berdiri membeku memandangku sedih.Melihat tatapan mereka untukku aku tahu semua mimpiku sudah hancur.



Aku harus menjalani pemulihan di New York selama tiga bulan. Semuanya seolah bisa kembali normal namun buktinya tidak. Aku tidak bisa benar- benar normal seperti dulu lagi. kecelakaan itu telah meninggalkan bekasnya padaku seumur hidup.

Awalnya aku ingin mencoba bunuh diri, sepertinya semuanya sudah tidak ada artinya lagi.

Buat apa aku terus mempertahankan hidup, saat itu aku benar- benar terpuruk.

Hingga suatu malam omma menyadarkan betapa egoisnya diriku bila memang sanggup mengakhiri hidupku.

Kedua orang tuaku membutuhkanku.

Aku anak tunggal mereka.

Dan keputusan konyolku untuk mati tentu saja akan menyakiti mereka.

Setidaknya aku harus bertahan demi omma dan appa.

Dan setelah berangsur- angsur pulih aku sadar hidupku masih sangat berharga, tidak hanya untuk diakhiri begitu saja.



Bulir- bulir hangat air mata yang tak kusadari sejak kapan jatuh itu seketika menyadarkanku dari lamunan.

Ternyata aku masih berdiri di bawah guyuran hujan di atas balkon.

“ Sora ya, astaga putriku..... kau bisa sakit kalau terus- menerus hujan- hujan seperti ini. Masih pagi Sora ya, dan udara sangat dingin ayo cepat masuk......!!” Omma entah sejak kapan berdiri di kamarku. Omma memaksaku masuk kembali dan segera menutup pintu balkon melarang hawa dingin ikut masuk bersama kami.



****



Aku sedang berjalan di salah satu Mall terbesar di Seoul bersama Tae Min. Aku mengajaknya menemaniku untuk membeli lensa kamera baru. Tae Min anaknya sangat seru bila diajak hang out seperti ini, padahal sesungguhnya ada modus lain dalam benakku, yaitu mendekatkan Tae Min dengan Na Eun sepupuku.

Aku merasa kalau diam- diam Tae Min menyukai Na Eun. Itu kusadari saat kami mengadakan pesta perayaan ulang tahun Avenue beberapa bulan lalu, dan sepertinya gayung bersambut, Na Eun juga merasakan hal yang sama. Hanya saja mereka terlalu malu mengakuinya, ah.... dasar remaja.....

Aku memang terkadang sok tua dan dewasa padahal umur kami tak berbeda jauh.

Biar sajalah........

Tapi aku tidak memperhitungkan hal ini, kalau sampai Tae Min dan Na Eun langsung memutuskan berkencan, lalu aku jalan dengan siapa?
jadilah seperti sekarang ini, aku berjalan sendirian di Mall yang besar sedangkan dua orang yang dengan susah payah kucomblangi itu kini sedang bersenang- senang.

Ah Kang Sora, kau selalu saja kurang perhitungan.....



“ Kang Sora sshi.........!!” Aku mencari- cari asal suara yang menyapaku. Sudah dua tahun menjalani kehidupan sebagai orang biasa aku masih terbawa kebiasaan dulu sehingga sering kali bersembunyi bila orang lain memanggil di tempat umum.

“ Hei...... kenapa kau sembunyi di sini??” Seorang yoeja dengan hodie dan kacamata hitam serta masker yang menutupi wajahnya menggiringku yang tiba- tiba sudah menyudut ke dinding.

“ Taeyeon sshi......!” ternyata Taeyeon yang memanggilku. Apa dia tidak takut berjalan- jalan di tempat umum seperti ini.

Aku segera mengajaknya minggir ke sebuah kafe tak jauh dari tempat pertemuan kami.

Kami mengobrol layaknya teman lama yang baru saja bertemu, sudah tak terlihat lagi bagaimana dulu kami selalu bersitegang karena dia masih tak terima Leeteuk oppa menjalin hubungan denganku.

“ Lama sekali ya kita tidak bertemu, dan beberapa minggu kemarin di Avenue aku juga tidak bisa menegurmu lama, yaahh... namanya pekerjaan, kita tidak bisa menggunakan waktu seenaknya sendiri saat bekerja.” Dia terkekeh menyelami gumamannya sendiri.

“ Iya, memang sudah sangat lama. Dan sepertinya kalian, maksudku SNSD semakin terkenal saja. Kudengar bahkan kalian sekarang sedang merambah Amerika ya?? benar begitu??” Taeyeon lagi- lagi hanya terkekeh menanggapi ucapanku.

“ Ah, bukan aku yang paling terkenal, mungkin maksudmu Im Yoona Sora sshi. Dongsaeng ku yang ini sangat beruntung semenjak kisah asmaranya terkuak dengan Lee Seung Gi semakin banyak orang yang mendukungnya, bahkan mereka menjadi couple terfavorit saat ini. Andai saja kau dan Teuk oppa juga masih seperti dulu, pasti Seung Gi- Yoona kalah, aku jamin hubungan kalian akan lebih menghebohkan........!!”

Kenapa lagi- lagi aku harus mendengar nama itu disebut.

“ Maaf Taeyeon sshi, apakah bisa kita tidak membahas hal ini.......!!”

Kukira Taeyeon akan berhenti, tetapi ternyata tidak dia malah terlihat semakin menyudutkanku.

“ Kenapa Sora sshi, kenapa kau melakukan hal ini pada Leeteuk oppa. Dulu saat aku mengira kau tidak pantas menggantikan posisiku di hati Leeteuk oppa kau mati- matian menunjukkan padaku seberapa besar cintamu padanya. Tetapi setelah aku percaya dan akhirnya menyerah kau malah begitu saja meninggalkan Leeteuk oppa. Saat mendengar kau meninggalkan Teuk oppa aku sangat ingin menemui dan menghinamu Sora sshi. Aku tidak tahan melihat Teuk oppa patah hati seperti itu. Cintanya padamu sangat besar bahkan melebihi cintanya dulu padaku, itu yang membuatku juga akhirnya rela melepaskannya. Tetapi apa yang Leeteuk oppa terima darimu....... kau mencampakkannya Sora sshi........!!!”

“ Cukup Taeyeon sshi, sebaiknya aku pergi.........perbincangan ini sudah tidak menarik lagi!!”

“ Kenapa Sora sshi?? Apa kau tidak sadar bahkan sampai sekarang laki- laki bodoh itu masih terus mencintaimu?? Itu alasannya kenapa di pemotretan itu dia terlihat begitu emosi. Aku tahu ciumannya untukku hanya untuk membuatmu cemburu saja...... !!”

Aku berusaha tak mendengarkannya lagi. bila diteruskan percakapan kami akan menarik perhatian pengunjung yang lain.

“ Sora sshi...... kau gadis paling egois yang pernah kukenal, kau jahat Sora sshi........!!” dan umpatan itu terus saja terngiang- ngiang di telingaku. aku gadis egois, jahat, tak berperasaan, apa lagi hinaan yang akan kusandang nantinya?

Aku benar- benar merasa hilang dan terasing di dunia ini.

Aku ingin lari tetapi tak tahu harus berlari ke mana.

Aku ingin sembunyi tapi tak tahu harus bersembunyi di mana.

Aku benar- benar linglung dan bimbang, membuatku hanya mampu menyeret kakiku tak tentu arah. menabrak orang di sana- sini, berjalan terhuyung- huyung seperti orang mabuk. Dan tiba- tiba kepalaku terasa sangat berat, sakit yang menusuk itu datang lagi.

Apa aku akan mati sekarang??

Kalau memang kematian semudah itu.

Tapi nyatanya aku justru bertemu dengan orang yang bahkan lebih tak ingin kutemui daripada malaikat maut.

Dan aku malah terjatuh tak berdaya dalam pelukannya.

Tiba- tiba semuanya menjadi gelap.............



***

Masih bisa kurasakan kepalaku yang terus berdenyut, tapi sakitnya sudah tidak separah tadi. Tadi? Memangnya apa yang sudah terjadi. Kegelapan masih menaungiku. Dalam sakit yang timbul tenggelam sekuat tenaga kucoba membuka mata. Perlahan cahaya putih memenuhi penglihatanku menerobos pupil mataku dan mengirimkan citra sebuah ruangan bersih ke saraf sensorikku. Rumah sakit, itulah kata yang direspon oleh otakku. Sedikit menengok ke samping aku melihat Leeteuk sedang menatapku dalam diam. Kenapa dia memandangiku seperti itu. sorot matanya memperlihatkan keterkejutan mendalam, seolah berusaha membenarkan diri bahwa apa yang dilihatnya adalah salah. Ada juga kesedihan, penyesalan, dan semua perasaan menyakitkan terpancar dari raut wajahnya. Hingga kusadari sebenarnya dia tidak benar- benar memandangku, matanya lurus menatap bahuku yang ternyata entah sejak kapan sedikit terbuka.

Tidak mungkin, apakah Leeteuk melihatnya??

Secepat kilat kutarik keatas kerah kemejaku, membetulkan bagaimana posisinya yang seharusnya. Siapa yang memberinya ijin mengekspos tubuhku.

Seperti tahu akan ketidaknyamananku Leeteuk segera menimpali,” Tadi dokter sudah memeriksa kondisimu, dan dia bilang kau hanya kelelahan dan butuh istirahat, jadi kau harus dirawat dulu di sini untuk pemulihan.........”

“ Tidak, antarkan aku pulang sekarang juga Leeteuk sshi, aku mau pulang.....”

“ Tapi Sora,”

“ Baiklah aku akan pulang sendiri kalau begitu.......!!”

Leeteuk tidak bisa memaksaku untuk tinggal lebih lama lagi.

Dalam perjalanan pulang hanya kebungkaman yang menaungi. Aku pun tidak berusaha untuk membuka obrolan dengannya. Pikiranku terlalu kacau, menimbang dan menerka apakah dia sudah benar- benar melihatnya.

Kalau sudah, kenapa dia diam saja.

Tapi kalau belum, kenapa tadi ekspresinya seperti itu.

“ Sora ya....... luka di pundakmu itu, aku tak sengaja melihatnya tadi saat dokter memeriksamu. Apakah luka itu.........” Leeteuk berhenti di tengah- tengah kalimatnya.

Sedangkan aku hanya terpekur dalam diam.

Terjawab sudah, dia melihatnya.........

“ Sora ya......”

Kupejamkan kedua mataku, aku sudah takut air mataku merembes masuk. Hal yang selama ini ingin kusembunyikan terkuak sudah. Entah apa yang ada dalam pikiran Leeteuk kini. Jijik, dia pasti jijik melihatku.

“ Leeteuk sshi, bisakah kita tidak membahas apapun, aku sudah terlalu lelah..... dan hanya ingin cepat sampai di rumah....!!” Jawabku tak bersemangat.

Sepertinya Leeteuk bisa mengerti, dia tidak lagi berusaha memaksaku menjawab pertanyaannya.

Dia hanya fokus mengemudikan mobilnya, memberiku waktu untuk menenangkan diri.



Sesaat setelah sampai di rumah aku langsung mengunci diri di kamar. Kutinggalkan Leeteuk sendiri bersama omma karena aku sudah tidak mampu membohongi diriku untuk terlihat tegar di hadapannya.

Kupandangi refleksi tubuhku di depan cermin.

Tubuh yang dulu sangat kukagumi kini harus cacat dengan bekas luka bakar yang melebar dari bahu hingga bagian atas dada. Tanganku gemetar saat meraba kulit yang kasar dan menjijikkan ini. kerutan dan lipatan acak yang menyeramkan begitu mengganggu penglihatanku. Aku yang bahkan sudah sering memandanginya masih saja jijik melihatnya, apalagi Leeteuk.

Air mataku berderai, hatiku sakit hingga rasanya tak mungkin sembuh.

Tatapan Leeteuk tadi begitu membekas, seolah menamparku, menyadarkanku bahwa aku seorang gadis cacat.

Gadis cacat yang tak berdaya, tapi masih bisa bersikap egois.

Aku terlalu tinggi menjaga harga diriku.

Padahal nyatanya aku hanyalah gadis dengan luka menjijikkan.

Menjijikkan.........

Kulempar begitu saja botol parfum di atas meja, memecahkan cermin rias yang kini semakin merefleksikan tubuhku dengan buruk.

Tak bisa kutahan jeritan histerisku, mungkin dengan menjerit dadaku yang terasa sesak bisa berangsur membaik.

Tapi aku salah, rasanya malah semakin sesak.

Aku tak mampu lagi menanggungnya.

Entah sudah berapa benda yang kurusak dan kupecahkan.

Aku hanya ingin meluapkan emosiku.

Kalau terus- terusan seperti ini aku bisa gila.

“ Lepaskan........ lepaskan aku!!!” Teriakku kalap karena Leeteuk sudah memegangi tubuhku dan mengunciku dalam dekapannya.

“ Lepaskaaannn......!!” seperti kesetanan aku terus berontak.

Dia malah semakin mengeratkan pelukannya.

“ Tenanglah Sora ya, tenang......!!”

“ Tidak.......!!” Teriakku sangat kasar dan keras.

“ Sora sayang, sudah hentikan.......!!” Kini kudengar suara omma yang memohon, suaranya yang kecil begitu menyayat hati.

Kulihat omma menangis memandangiku,

Hanya omma yang tahu bagaimana sakitnya hatiku, “ Aku kesakitan omma....... aku sakit........ di sini, didalam hatiku........” kuucapkan itu dalam tatapanku pada omma, omma mengangguk, dia mengerti.

Lalu kenapa omma pergi, meninggalkanku hanya berdua saja bersama Leeteuk.

Omma kumohon jangan pergi, aku tidak bisa bersamanya, aku terlalu malu dengan diriku omma.

“ Sora ya........ Sora ya......” Kudengar suara Leeteuk yang serak terus memanggil namaku.

Mungkin berusaha mengembalikan kesadaranku, karena sejak tadi aku hanya menerawang kosong.

Kualihkan pandanganku menatapnya, kulihat Leeteuk juga menangis.

Itu pasti tangis kasihan, dia mengasihaniku. Memang aku pantas dikasihani...

“ Tidak Sora, jangan berpikir aku hanya merasa kasihan padamu, aku juga sakit Sora. aku sakit karena tidak menyadari keadaanmu. Aku sakit karena terlalu bodoh dengan perasaanku sendiri, maafkan aku Sora ya, maafkan aku.........!!”

Sudut bibirku terangkat, aku tidak benar- benar percaya ucapannya. Dia hanya kasihan melihatku, hanya itu.

Aku semakin menertawakan air matanya......

“ kau pasti jijik melihatku sekarang Leeteuk sshi......”

“ Tidak.....”

“ Akui saja, kau jijik padaku. Kenapa kau mempersulit dirimu Leeteuk sshi, bukankah aku sudah melepaskanmu, aku membiarkanmu bebas dan tidak harus lagi bersama gadis cacat sepertiku. Tidakkah kau mengerti Leeteuk sshi.... sekarang kau bebas, jadi pergilah......!!”

Ucapanku terdengar sangat getir, bahkan hatiku teriris saat mengucapkannya.

“ Tidak Sora ya, jangan mendorongku pergi..... aku tidak bisa.....!!” Leeteuk semakin menenggelamkanku dalam pelukannya.

Harus bagaimana lagi aku mengusir namja ini.

“ Tidak, pergi Leeteuk sshi..... pergi dan jangan pernah kembali.......!!” Sergahku kasar, menarik tubuhku menjauh darinya.

“ Kumohon pergilah........ “ Mataku menyalang, menyapu seluruh sudut kamarku.

Sebuah gunting....

Aku mengambil gunting itu dan mengarahkannya pada urat nadi di tanganku, “ Pergi....... atau kalau tidak aku akan memotong nadiku Leeteuk sshi....... cepat pergi......!!” Usiranku yang terakhir sepertinya mengena, Leeteuk perlahan mundur dan melarangku agar tidak berbuat bodoh. Tidak ada cara lain untuk membuatnya pergi, hanya ini yang bisa kulakukan.

“ Kalau kau ingin melihatku hidup menjauhlah dariku Leeteuk sshi, lupakan aku.... dan carilah kebahagianmu sendiri.......”

Leeteuk menyerah, dia akhirnya melangkah keluar meninggalkanku sendiri.

Sepeninggal Leeteuk, kujatuhkan gunting yang kupegang hingga menggores lantai. Dan aku kembali terdorong dalam tangisanku yang pasti tak akan surut hingga beberapa waktu.



***



Hujan kembali turun, disaat hatiku sudah berangsur- angsur membaik, meskipun masih ada bekas- bekas luka di dalam sana yang tidak akan pernah sembuh.

Seperti biasa aku berjalan ke arah balkon, dan segera pula hujan menyapaku.

Aku menengadah ke atas, membiarkan tetes- tetes air yang dingin membasahi wajahku.

Mencium bibirku.....

Aku tidak tahan untuk tidak berlari keluar, menyambut hujan sebanyak yang aku bisa merasakannya, memeluknya.

Tidak ada siapa pun di rumah yang bisa melarangku

Aku bisa sepuasnya bermain dengan hujan

Alasan kedua aku sangat menyukai hujan karena......

Aku bisa merasakan ciumannya lewat ciuman hujan

Ciuman Leeteuk yang paling membekas adalah saat kami berciuman di bawah guyuran hujan.

Dengan memejamkan mata

Merentangkan tanganku tinggi- tinggi

Mendongakkan kepalaku sedikit lebih ke atas

Hujan menciumku

Meninggalkan perasaan hangat di dalam hatiku yang selalu dingin

Benarkan, aku kini bisa merasakan ciuman Leeteuk.

Ciumannya yang hangat dan sangat menggelora.

Awalnya lembut, sangat lembut seolah tak ingin merusakku.

Tapi perlahan ciuman itu semakin panas, tapi tetap lembut tidak memaksa, melakukannya dengan sabar.

Mengajakku untuk juga merengkuhnya dalam kehangatan bibirku.

Imajinasiku sepertinya terlalu liar.

Aku bahkan bisa merasakan tangan hangatnya menggenggam tubuhku.

Menelusuri punggungku hingga turun ke pinggang. Menyalurkan gelitik aneh yang menyengat sekujur tubuhku.

Aku tak bisa menahan senyum, biarlah anganku berkelana seliar mungkin. Aku tidak mau merusaknya dengan membuka mata.

Kini jemarinya mulai memijat tengkukku, mendorongku agar semakin masuk ke dalam pagutannya.

Perlahan jemari itu semakin turun, dengan gerakan sangat lembut mencoba masuk melewati gaun tidurku. Menemukan tempatnya, dimana seharusnya tangan itu berada. Mempermainkan payudaraku, memberinya remasan- remasan lembut.

Membuatku terkesiap, melenguh semakin keras.

Jemari itu semakin bebas mengekspos tubuh atasku, memberikan sensasi luar biasa dalam diriku.

Hingga kurasakan jemari itu mulai meraba bagian dadaku, perlahan naik ke atas dan beristirahat di bahu kiriku.

Tempat lukaku berada.

Sontak aku membuka mata.

Kudapati wajah Leeteuk yang terus menciumiku mesra, dengan matanya yang juga terpejam.

Dia bukan hayalan, dia nyata.....

Segera kutarik diriku menjauh darinya.

Tapi dia menolak sikapku dan malah menarik tubuhku untuk mendekat padanya.

Leeteuk menggendongku,

Membiarkan aku meronta tak berdaya dalam gendongannya.

Dia membawaku ke kamar

Mengeringkan rambutku

Melepas bajuku yang basah

Mengeringkan tubuhku

Dan memakaikan baju yang lebih hangat

Semua dia lakukan tanpa kata, matanya tak sedikitpun berusaha membalas tatapanku

Dia hanya fokus pada apa yang sedang dilakukannya.

“ Leeteuk sshi kenapa kau kem......”

“ Hussstt...... “ dia melarang bibirku bicara, dengan menautkan ujung jarinya.

“ Seharusnya ini yang kulakukan dari dulu, sekuat apapun kau mendorongku menjauh Sora ya, aku akan terus kembali karena kaulah rumahku.........!!”

“ Jadi jangan usir aku dari rumahku, karena aku tidak memiliki tempat kembali lain selain di sini, bersamamu.......!!” Dia menyentuh dadaku, tepat dimana jantungku berdetak.

Aku melihat ketulusan itu, ketulusan yang kupungkiri karena aku terlalu takut menghadapi kenyataan bahwa dia akan menolakku.

Aku yang mendorongnya menjauh

Tak memberinya kesempatan hanya untuk bertanya kenapa

Aku yang membuatnya menjadi namja yang buruk

Juga sekaligus sangat kesepian

Sebenarnya siapa disini yang salah

Aku

Tanpa memberitahunya aku tiba- tiba memilih pergi

Tanpa mendengarkan tanggapannya aku memutuskan hubungan kami secara sepihak

Sebenarnya siapa di sini yang tak bertanggung jawab

Aku

Ternyata aku terlalu tenggelam dalam ketakutanku sendiri, penolakan yang sebenarnya tidak pernah Leeteuk tunjukkan, rasa ketidakpercayaan dirikulah yang menyakiti kami berdua.

Aku tidak ingin membuat Leeteuk menanggung beban?? Tapi aku malah memberinya penderitaan tanpa henti.

“ Sudah Sora ya, jangan pikirkan apapun, kau sudah terlalu banyak berpikir dan pikiran itu yang membuatmu semakin sulit. Hanya dengarkan suara hatimu..... hanya itu.....!!”

Tanpa sadar aku mengangguk mengiyakan ucapannya.

Dengarkan suara hati

Benar dengarkan suara hati

Karena hati tidak pernah memanipulasi

Leeteuk menarikku semakin mendekat, dia mengusap wajahku penuh kelembutan dan kasih sayang.

Namja di depanku ini, tatapannya yang sangat dalam dan menenangkan, menyadarkanku bahwa aku sangat merindukannya.

Benar- benar merindukannya

Sampai rasanya ingin meledak

Aku tahu dia merasakan hal yang sama, karena dia kembali menciumku dengan begitu hangat.

Ciuman yang sangat kurindukan, dan tidak lagi berusaha kutolak.

Aku menyambutnya sepenuh hati.

Ingin selamanya merengkuhnya dan tak pernah melepaskannya lagi.

Leeteuk benar.

Sangat mudah bila kita hanya mengikuti kata hati.

Dan hatiku menyuarakan untuk menerimanya.

Sepertinya Leeteuk sadar bila tubuhku tak lagi berusaha menolaknya, dia semakin bebas mengekspresikan ciumannya. Mengulum bibir bawah dan atasku secara bergantian, meminta jalan untuk semakin memelukku ke dalam ciumannya yang basah.

Tangannya tak lagi sungkan menyentuh setiap bagian sensitifku.

Menelusuri dengan lihai, meninggalkan bekas- bekas sentuhan yang mendalam.

Memutar ujung telunjuknya di putingku sebelum akhirnya melahap penuh dengan remasan tangannya.

“ Aaahh.........” Membuatku tak bisa menahan desahanku sendiri. Leeteuk sangat addiktif, terutama bagi tubuhku.

“ Sora ya..............aku sangat merindukanmu.....!!” Begitu bisiknya di telingaku, meniupkan nafasnya yang panas membara dari bibirnya yang terus mengecup telinga, leher, dan turun ke bahuku yang terbuka.

Perasaan deja vu yang sama saat dia memegang bahuku tadi di luar.

Aku cepat- cepat menolak dan menarik diri.

Tapi kali ini dia menggeleng

Melarangku melakukannya

Aku tak menemukan rasa jijik dalam sorot matanya

Benarkah dia menerimaku sepenuhnya

Walau dengan bekas luka bakar yang sangat jelek ini

Leeteuk menjawab pertanyaanku dengan memberikan ciuman mesra tepat dimana lukaku berada. Aku berjengat menerima perlakuannya itu, aku masih takut akan penolakannya.

Dia meraba kulitku yang rusak dan kasar

Seolah meraba benda terhalus yang pernah dirabanya

Dia tidak jijik melakukannya

Tanpa sadar aku menangis

Menyadari ketulusan cintanya yang tidak hanya memandang kecantikan tubuhku

“ Kau selalu cantik seperti dulu Sora ya..... “

Dia mencintaiku, semuanya yang ada pada diriku.

Leeteuk kembali menghadiahi tubuhku dengan ciuman.

Meninggalkan bekas- bekas cinta di sana- sini

Dia kemudian merebahkan tubuhku, dan kami pun melakukan hubungan cinta yang memang sudah lama terpendam dan harus diloloskan.

Kami bercinta,

Sepanjang hari, seolah tak pernah lelah Leeteuk terus saja memanggil namaku, menyuarakan perasaan cintanya.

“ Kang Sora,saranghae......” Begitu lagu lembut yang terus saja di suarakannya selama kami bercinta.

Leeteuk menerimaku, dan percintaan kami ini seperti ikrar darinya bahwa dia akan selalu berada di sisiku. Bagaimanapun keadaanku kini.

“ Nado Jung Su oppa, saranghae.....”

Dan kamipun terlelap, setelah apa yang kami lakukan dan begitu menguras tenaga. Aku tidur dalam pelukannya, dimana sayup- sayup kudengar alunan Kiss The Rain by Yiruma dari Iphodku. Memang lagu itu selalu kusetting untuk mengalun di setiap malamnya. Rekaman alunan piano Jung Su oppa, yang dia mainkan diawal perjumpaan kami.



Tamat

14 komentar:

  1. Ending yang cukup menguras perasaan... thanx vita...

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih dah suka dan mau komen jessi, kpn k-talk bareng nih... :(

      Hapus
  2. iya juga ya, dah lama kaya'a kita ga ngerumpi bareng lagi... hehe....

    BalasHapus
    Balasan
    1. lisa juga tuh kemana ya, jarang bnget nongol sekarang....

      Hapus
    2. Vita..minta pass ff last day w/ prince dong..thanks :)

      Hapus
    3. Ini siapa ya?? Apakah reader baru...???

      Hapus
  3. Sudah pernah baca bbrp ff nya fita tp blm bc yg itu..thanks ya :)

    BalasHapus
  4. Sdh sy baca hehehe..silahkan dihapus vit hehe

    BalasHapus
  5. hiks sedih bgt ini cerita,,biasa aku ga terlalu suka yg trlalu dramatis n makjang tp aku suka apapun yg teukso related hehe
    m rated partnya dibuat ga vulgar dan aku suka

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih dah suka lola, yup bner bngt apapun ttg teukso pasti menarik.. btw makjang tuh apaan ya??? Hehehe

      Hapus
  6. vitaaaaa... mewek pas baca inih,,,, apa lagi,aku jgaa bca sambil dengerin lagunyaa... jdnya malah makin mewek T.T sedihhhhhh... tp, akhirnya mereka bahagia... ending yang terbaik untuk mereka :D :D
    vita, this is your best oneshoot ff so far.... :)
    selalu suka sama gaya bahasamu dalam menulis tiap ff-mu... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih banget buat suka ff ini Annes, jujur aku juga menitikkan air mata pas nulisnya.....
      seneng bisa ngebuat reader ikut hanyut terbawa suasana cerita, Vita bukan apa- apa hanya penulis amatiran, dan makasih mau menghargai kerja Vita untuk buat ff yang terbaik.... makasih yah nes, ^^

      Hapus
  7. ketika kamu menulis karya-mu dengan hati, tentu para reader akan merasakan perasaan yang kamu tuangkan dalam ff kmu... aku hanyalah satu dari sekian banyak teukso lovers yang sangat mengagumi karya2 kamu...
    seharusnya, akulah yang harus mengucapkan terimakasih yg terdalam, karena kamu bersedia meluangkan waktu untuk menulis kisah2 indah ttg teukso couple, ga banyak yang seperti kamu Vit... :) terus berkarya yaa :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. yup betul banget makasih banyak vita sudah menulis cerita yang indah ttg our fave teukso couple,,your story really moves us readers,your story getting much more better,once again thank you vita ^^

      Hapus