Selasa, 18 Juni 2013

Destiny Of Love (My Memories) Bag. 4





Donghae Pov



Kubersihkan mantel yang kupakai dari sisa- sisa guyuran hujan. Hujan hari ini sangatlah deras. Sejak pagi cuaca memang sudah tak bersahabat. Bila cuaca seperti ini biasanya aku lebih suka menghabiskan waktuku di dorm untuk hanya minum kopi dan menonton tv, atau bergelung dengan selimut hangatku. Tetapi tidak untuk hari ini, aku sangat ingin mengunjungi Teuki hyung dan bayi kembarnya.



Aku sudah berdiri di depan apartementnya, tak lama setelah ku pijit tombol pintu secepat itu pula kudengar sambutan dan senyuman hangat dari hyung ku.

“ ah.......... Donghae ya........... kau datang lagi hari ini?? “ Tanya Teuki hyung segera menyuruhku masuk. Hampir setiap hari aku datang kemari.

Kulihat rumah ini tampak sepi, ada sesuatu yang kurang dari suasana rumah ini. Hyungsunim ku, Kang Sora.

Dulu setiap kali aku kemari pasti Sora selalu menyambutku dengan hangat, memperlakukanku dengan sangat baik sampai aku merasa dia sudah seperti saudara perempuanku sendiri. Aku sangat merindukan cookies buatannya, bercanda dengannya seharian, dan belajar memasak bersama meskipun terkadang, masakan buatanku tak layak disebut makanan.

Aku benar- benar merindukan moment- moment itu.

Kuperhatikan Teuki hyung diam- diam, jika aku saja merasa sangat merindukan sosok Sora bagaimana dengan Teuki hyung. Aku tak bisa membayangkan bagaimana perasaannya saat ini.

“ Ada apa Hae ya?? kenapa kau menatapku seperti itu?? Aku sangat tampan ya??” Canda Teuki hyung, tawanya kembali mengudara. Tawa yang sama, sikap yang sama, seperti tak pernah terjadi apapun. Tapi aku sanksi itu ekspresi hyung yang sebenarnya, tidak ada yang tau bagaimana sebenarnya isi hatinya saat ini.

“ hahahahah............ ya karena kau lebih tampan dariku, puas.........” Aku ikut tertawa bersamanya, tawa yang memang sangat kupaksakan, karena sebenarnya aku tak ingin tertawa.

Bisakah kita menyudahi akting ini, berpura- pura bahagia padahal sedang menanggung kesedihan. Aku bukan orang seperti Teuki hyung, yang selalu bisa menyembunyikan perasaannya.

“ Ngomong- ngomong, kemana bibi Kang dan Ommamu hyung??” Kini aku sedang mengikuti Teuki hyung yang sedang menyiapkan air hangat di dalam bak kecil. Sangat hati- hati dia mengecek temperatur air dengan termometer, hingga sesuai dengan keinginannya.

“ Oh........... mereka sedang keluar membeli kebutuhan sehari- hari, sebentar lagi juga pulang........!!” Ya, selama ini memang bibi Kang dan bibi Park yang membantu Teuki hyung secara bergantian mengurusi si kembar.

“ Donghae ya...... apa kau mau membantuku memandikan Hansu dan Nara??”

“ ne........... bisakah kita melakukannya???” Aku meloncat kegirangan mendengar nama mereka disebut. Kedua keponakanku ini sangat menggemaskan, sampai- sampai aku ingin memasukkan mereka secara diam- diam ke dalam tas dan membawa mereka pulang untuk bermain seharian. Tapi segera saja kuurungkan niatku itu, karena aku masih sayang nyawaku, aku tak ingin digorok Teuki hyung bila berani melakukannya.

Sesampai di kamar si kembar, kudapati Nara sedang asyik bermain sendiri dengan jari- jari mungilnya. Sedangkan Hansu terlihat tidur pulas di sebelah Nara.

“ Annyeong Nara ya........ paman tampan datang nih, owh......... kasihan kamu sayang, bermain sendiri ya??” kupegang tangan Nara yang sangat kecil itu, dia tertawa melihatku.

“ Aigooo........ Hansu ya, kau ini memang mirip appamu ya, tukang tidur. Kasihan dong Nara harus bermain sendiri...........!!” Langsung saja kurasakan sebuah jitakan mendarat di kepalaku, rasanya sangat sakit membuatku refleks menjerit.

“huusssttttttt, jangan berisik Hae ya, kau bisa membangunkan Hansu. Dan siapa yang kau maksud dengan tukang tidur huh??” Teuki hyung menatapku tajam, aku hanya cengengesan menanggapinya.

“ Kita mandikan dulu Nara, setelah itu baru Hansu.............” Teuki hyung sudah menggendong Nara di tangannya saat tiba- tiba Hansu terbangun.

Awalnya bayi lelaki berusia dua bulan ini diam saja sesekali mengerjap- ngerjapkan matanya melihat kami, kemudian bibirnya mulai mengerucut, mata bulatnya menyipit, dan

“ Oeekk.......... ooeekkk..............oooeeekkkk...........” Tangisannya yang sangat keras mengagetkanku, suara tenor Teuki hyung sepertinya sudah diwarisi oleh Hansu.

Hyung memberikan Nara padaku, sedangkan dia menggendong Hansu, kami berjalan keluar untuk memandikan keduanya.



Air hangat, baby soap, sampo, bedak bayi, minyak, handuk, pakaian, popok semuanya sudah tertata dengan rapi di atas meja. Perlengkapan mandi sudah lengkap, tetapi bagaimana dengan skill memandikan bayi. Apa Teuki hyung benar- benar bisa melakukannya. Tidak mudah memandikan seorang bayi, apalagi ini dua bayi.

“ Hyung apa kau yakin bisa memandikan mereka?? Tidakkah sebaiknya kita menunggu bibi saja??” Tanyaku sedikit khawatir, ini pengalaman pertama bagiku, kupikir juga begitu dengan Teuki hyung.

“ eeng........... ya, tentu saja aku bisa, omma sudah mengajariku, dan kupikir aku sudah menguasainya....” Jawab Teuki hyung, dia sendiri terlihat ragu.

“ Kau pikir hyung?? Memang sudah berapa kali kau memandikan anakmu??” Tanyaku padanya.

Dia menggeleng.........

“ Ini yang pertama sih..........” Teuki hyung menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“ Tapi aku harus mencobanya Hae ya, makanya aku meminta bantuanmu. Kita bisa melakukannya bersama, kita kan teamwork........” Sepertinya dia sangat percaya diri ingin melakukannya.

“Apa?? Jadi ini yang pertama??” Dia mengangguk sembari tersenyum, sedangkan aku hanya bisa ternganga dibuatnya.

Tapi apa boleh buat, semuanya sudah disiapkan. Mau tak mau aku harus membantu Teuki hyung. Saat memandikan Nara tak banyak kendala yang kami hadapi, karena memang bayi perempuan ini sangat kalem dan tidak banyak tingkah.

Teuki hyung memandikan Nara dengan sangat hati- hati. Membasahi kepalanya perlahan dan memakaikan sampo, menggosok lembut seluruh tubuh Nara dengan sabun sambil sesekali mengajaknya bercanda. Nara juga terlihat menikmati proses mandinya, dia terlihat senang dimandikan oleh Teuki hyung. Nara tak berhenti tertawa dan menggerakkan tangannya di dalam air, menimbulkan bunyi kecipak- kecipuk air akibat pukulan tangan mungilnya.

Tanpa sadar aku tersenyum, ternyata Teuki hyung bisa melakukannya. Dia sekarang benar- benar menjadi Appa yang baik bagi anak- anaknya. Melihat keakraban ayah dan anak ini membuatku sedikit iri, aku juga ingin cepat- cepat menikah dan memiliki bayi seperti Teuki hyung.

Kira- kira siapa ya, yang mau jadi istri dan ibu anak- anakku???

# Siapa hayo??? Cepetan deh readers pada daftar, Donghae oppa cari istri idaman tuh............ kekekeke.................#

Memikirkan itu berhasil membuatku cengar- cengir sendiri, Teuki hyung mengejutkanku.

“ Hae ya....... kau baik- baik saja??” Dia menatapku khawatir, aku segera berlagak seolah- olah tak memikirkan apapun.

“ ah....... ne, hyung...... aku tidak apa- apa. Oh iya, apa yang harus kulakukan??” Tanyaku segera mengalihkan topik.

“ Kau bisa membantuku mengeringkan Nara dengan handuk...........” Teuki hyung memberikan Nara padaku. Dengan sedikit bantuannya aku berhasil memakaikan baju Nara.

“ Sepertinya kau sudah bisa menjadi Appa, Donghae ya...............!!” Ucapan Teuki hyung membuatku berbinar.

“ Benarkah hyung?? Kau pikir juga begitu??”

“ Ya, tapi siapa yang mau menikah denganmu?? Namja aneh, berdekatan dengan yoeja saja kau sudah berkeringat dingin dan kikuk setengah mati.........hehehehe................” Ucapan awalnya sangat menyanjung, tetapi yang kedua ini membuatku emosi. Enak saja dia bilang aku namja aneh. Kupukul lengan Teuki hyung keras.

“ Jangan sembarangan hyung, kau tidak tau saja sudah banyak gadis – gadis yang antri di luar sana ingin menjadi istriku...........” Jawabku asal, tetapi kira- kira siapa ya?? Ayo siapa saja cepat hubungi aku ya...... call me, call me...............!!!! hehehehehe............ lagi mupeng banget nih.

Namun saat tiba giliran memandikan Hansu, Teuki hyung terlihat kewalahan. Begitu menyentuh air Hansu langsung saja menangis dan tak bisa tinggal diam. Kakinya menghentak membuat air bercipratan kemana- mana. Tak terkecuali diriku, badanku basah semua karena ulahnya.

“ yahh......... Hansu ya, kau membasahi bajuku.............!!” Teriakku marah, ini kan baju mahal.......... huhuhuhu............. bukannya apa, baju yang kupakai ini milik Hyukjae, aku meminjamnya tadi. Bisa dibunuhnya aku kalau sampai dia tahu baju jutaan Won nya basah dan kotor seperti sekarang.

“ Hyung.......... kau yakin bisa memandikannya, anakmu ini terlalu brutal hyung........!!” Aku berlari menjauh membawa Nara yang sudah cantik di gendonganku.

“ Ahh......... ini sudah biasa, aku bisa mengatasinya.............” Teriak Teuki hyung, padahal dia sudah kewalahan menangani Hansu.

“ Andai saja ada Sora di sini, pasti dia bisa mengatasinya...................” Omo.......... langsung kubekap mulutku sendiri. Aiisshhh......... mulut tak tau diri, bisa- bisanya mulut ini bicara seperti itu. Mendengar ucapanku, Teuki hyung langsung terdiam. Dia menunduk, entah apa yang sedang dipikirkannya.

“ Hyung..............ma.....ma.....maaf, aku......... tidak.......... bermaksud............!!” Ah apa yang harus kukatakan, aku sendiri bingung bagaimana caranya membuat hyung ku tak merenung seperti ini.

Kudekati Teuki hyung........

Aku melihat butiran bening di matanya....... aku tau air apa itu,

“ Ah......... ini air mandi Hansu, airnya terciprat sampai ke wajahku...........” Dia tertawa, dia bisa saja tertawa di depanku. Tapi aku tau di dalam hatinya dia menangis, Teuki hyung yang malang.



****



Leeteuk Pov



“ Andai saja ada Sora di sini, pasti dia bisa mengatasinya...................” Ucapan Donghae tadi pagi terus saja terngiang- ngiang di benakku. Andai saja Sora ada di sini pasti kehidupan kami akan sempurna, Andai saja Sora ada di sini pasti aku tidak akan kesepian, Andai saja Sora ada di sini pasti Hansu dan Nara bisa merasakan belaian lembut seorang ibu. Tetapi kenyataannya semua itu hanyalah pengandaian belaka. Kenapa harus ada kata andai saja, aku sangat membenci dua kata itu. kata ini membuatku harus menderita setengah mati.

Kulangkahkan kakiku memasuki sebuah ruangan yang sudah akrab dengan pandanganku beberapa bulan terakhir ini. Segera kubuka jendela kaca besar di salah satu sudut ruangan, agar udara sore hari yang hangat bisa masuk. Kuletakkan puring flowers pot yang kubawa di atas meja. Beberapa deretan novel terlihat tak jauh dari tempat dimana aku meletakkan flowers pot tadi. Kuambil salah satu buku yang letaknya agak menyembul daripada yang lain.

Sambil duduk di kursi pinggir ranjang, kubuka novel yang sedang kupegang. Aku dengan mudah dapat menemukan halaman terakhir yang telah kutandai, ya hampir separuh halaman sudah kubaca. Sebuah novel berjudul Penantian Wanita Langit. Novel yang sangat diinginkan Sora, namun dia belum sempat membacanya.

Mulai kubaca dengan keras novel ini................



Di sebuah padang rumput di tengah hutan. Berdiri kokoh sebatang pohon ek yang mungkin sudah berumur puluhan tahun. Akarnya yang kokoh mencengkeram kuat tanah- tanah di bawahnya. Dahan bercabangnya menggenggam erat dedaunan yang rimbun dan lebat. Entah mengapa pohon ini terlihat berbeda dari yang lain, tak ubahnya seperti saksi bisu dari suatu peristiwa penting yang akan membuat penasaran siapapun yang melihatnya.

Tiba- tiba langit menampakkan keanehan, sebuah cahaya aurora seketika muncul, semakin lama semakin jelas dan membesar, membuka pintu langit diatasnya. Perlahan dari sana turun sesosok wanita bersayap di belakang punggungnya. Malaikatkah, atau bidadarikah?? Apapun sebutan yang kau berikan tak akan dapat mengungkapkan betapa sempurnanya sosok itu. Seluruh tubuhnya memancarkan cahaya, memakai gaun putih selutut dengan rambut kecoklatan tergerai panjang yang jatuh diantara sayap putih besarnya.

Bulu- bulu putih halus berjatuhan dari kepakan sayapnya, semakin lama semakin banyak seiring dengan turunnya sosok itu ke bumi. Begitu menginjakkan kakinya di tanah dengan ajaib sayap putih itu menghilang. Dengan kaki telanjang sosok tadi berjalan mendekati pohon ek. Berdiam di sana seperti menunggu seseorang, ya dia tengah menunggu.

Awalnya tak jelas bagaimana paras wanita itu, namun saat angin berhembus dan menyibak rambut panjangnya............

“ Sora ya.....................” Pekikku kaget melihat Sora di depanku, namun aku tak kalah kaget saat menyadari diriku sendiri tengah bersembunyi di balik semak- semak dengan baju aneh yang menutupi tubuhku.

 # bayangin deh Jung Su oppa pake baju kayak gini.......... bbeeeehhhh keren banget......... kekekekeke......#

 Kugelengkan kepalaku tak menerima kenyataan yang terpampang di depanku, ini seperti ilusi.......

Tanpa pikir panjang aku berlari menuju Sora, aku sudah tak dapat menahan lagi rasa rinduku padanya. Biar saja ini hanya mimpi atau apapun, asalkan bisa menemui Sora aku sudah tak mementingkan yang lain.

“ Sora ya..................” Panggilku saat aku sudah berada di dekatnya. Dia menoleh, memandangku sejenak. Mata kami bertemu. Sebuah tanda tanya besar memenuhi kepalaku, apa Sora sudah melupakanku? Kenapa dia bereaksi seperti ini, seakan- akan dia tak mengenaliku.

Namun pikiranku seketika pupus saat kulihat senyumannya yang sangat kurindukan.

“ Akhirnya kau datang........ sudah lama aku menungumu.............” Ucapnya sangat lembut, masih menatapku penuh rindu. Aku langsung memeluknya, mendekap Sora sangat erat dalam pelukanku.

“ Ne............ Sora ya....... aku datang, aku datang karena aku sangat merindukanmu...........” Aku tak dapat menahan perasaanku yang sepertinya hampir meledak karena terlalu gembira, bisa memeluknya seperti ini dan merasakan kehangatannya lagi merupakan hal yang paling kunantikan.

Kami duduk di bawah rindangnya pohon ek, dia bercerita bagaimana setiap hari di waktu yang sama dia turun dari langit hanya untuk menungguku.

“ kukira aku tidak akan pernah bisa melihatmu lagi........” Komentarnya yang mengambang tak pelak membuatku menatapnya kebingungan. Aku butuh penjelasan lebih, apa maksud semua ini, dimana aku sebenarnya.

“ Kenapa kau bisa berpikiran begitu??” Kuusap lembut wajah Sora, diraihnya tanganku lalu digenggamnya.

“ Karena takdirmu bukanlah bersamaku. Kita dari dua dunia yang berbeda dan tak seharusnya kita bersama...........”

Aku tertawa mendengar ucapannya.

“ Takdir?? Kau masih percaya dengan takdir?? Ayolah Sora ya, takdir itu sangat kejam, kita tidak harus mengambil pusing dengan apa itu takdir, bagaimana kita harus menjalani takdir.......” Aku menatapnya dalam berharap Sora mengerti tetapi sepertinya dia tak sepaham denganku.

“ Yang kita harus pikirkan adalah bagaimana kita harus selalu bersama.......... dan tak ada apapun atau siapapun yang bisa memisahkan kita.........” Ucapku panjang lebar. Aku sudah terlalu lelah dengan semua suratan takdir yang harus kujalani. Mengapa Tuhan begitu sulit mengabulkan harapanku yang hanya ingin hidup bahagia bersama Sora.

“ Tapi kenyataannya takdirlah yang mempertemukan kita. Saat itu aku sedang dihukum turun ke bumi, tepatnya di tempat ini. Secara tak sengaja kulihat seseorang tergeletak di sana!!” Dia menunjuk tempat dimana tadi aku bersembunyi.

“ Keadaannya sangat parah, dia terluka tusukan di dadanya. Kukira aku tidak bisa menyelamatkan nyawanya, tetapi aku salah ternyata dia prajurit yang sangat kuat hanya sedikit pengobatan saja kondisinya berangsur- angsur membaik. Tapi sebelum dia tersadar aku harus meninggalkannya karena masa hukumanku sudah habis.” Seketika wajahnya berubah murung.

“ Jadi dia tak pernah mengenalku, aku secara diam- diam hanya mampu mengamatinya dari langit. Namun itu entah mengapa hal itu malah membuatku merana, karena itu aku memutuskan turun ke bumi untuk menunggunya disini..............”

“ Jadi maksudmu lelaki yang kau tolong itu.............. aku??” Tanyaku memastikan.

Sora mengangguk...........

“ Bagaimana dengan lukamu?? Sudah lama sejak saat itu, kukira luka itu sudah mengering.........” Sora membuatku terkesiap saat dia dengan tiba- tiba membuka baju dan meraba dadaku. Sebuah bekas luka yang lumayan besar terukir tepat di dadaku.

Tunggu dulu, aku mulai mengerti jalan ceritanya. Seseorang dengan luka di dada karena peperangan, jangan- jangan aku ini.................

“ Achilles????” Gumamku lebih pada diriku sendiri.

“ Ya........... namamu Achilles........” Dia tersenyum padaku.

“ Dan kau Athena?? Dewi dari langit??” Pekikku semakin keras, apa- apaan ini. Ternyata aku benar- benar masuk dalam novel yang sedang kubaca.

“ Jadi kau sudah menyadarinya, karena itu kita tidak bisa bersama........ Kau di bumi dan aku dilangit, dua tempat berbeda yang tidak akan pernah menjadi satu.........”

“ Kumohon........ jangan pernah lagi mengucapkan kata perpisahan, sudah berulang kali itu terjadi pada kita berdua, rasanya sangat menyiksa. Jika sekali lagi itu terjadi entah apa yang akan terjadi padaku........ kumohon, jangan lagi...........” semakin kupeluk erat tubuhnya dalam dekapanku. Kang Sora, Park Jung Su, dan sekarang Athena, Achilles. Entah apapun nama atau sebutan kami, dimanapun kami tinggal asalkan aku bisa tetap bersama wanita dalam dekapanku ini sudah cukup bagiku. Aku tak membutuhkan yang lain lagi.

Aku sudah hampir mati karena merindukannya, aroma tubuhnya yang memabukkan membuatku melupakan segalanya. Kupegang wajahnya dengan kedua tanganku. Perlahan kucium bibirnya lembut, semakin lama semakin dalam aku menelusuri bibir seksinya. Kugigit pelan bibir bawahnya untuk memberiku akses masuk semakin dalam, saat dia mendesah dengan mudah lidahku memasuki rongga mulutnya. Dia mengalungkan kedua tangannya di leherku seakan memintaku untuk semakin memperdalam ciuman kami. Kusambut ajakannya dengan senang hati, suara desahan, panjang dan basah memenuhi udara sekitar kami.

Perlahan tanganku mulai turun menelusuri tangannya yang halus, diantara baju sutra yang dipakainya, jemariku dapat meluncur dengan sempurna mencari daerah- daerah yang sangat kurindukan.

Kutemukan juga buah surganya, kupegang dan kuremas berulang- ulang membuatnya semakin terbakar tentu saja...

“ ouuhhh......... eehhhmmmmmm.............” Desahan yang sudah tak bisa ditahannya, keluar begitu saja, membuatku semakin bersemangat menyenangkannya.

Kini bibirku merambat turun ke leher jenjangnya, sedikit kugigit lehernya meninggalkan tanda kemerahan yang sangat indah. Aku akan mengukir setiap bagian tubuhnya dengan tanda cintaku. Sehingga dia tak akan pernah bisa melupakan kenangan ini.

“ Nikmatilah semua yang kuberikan sayang.............” Ucapku menggoda, kukecup kembali bibirnya sebelum kubaringkan tubuhnya di atas rerumputan hijau yang sedikit basah.

“ Dengan senang hati.............” Balasnya diluar dugaan, dia tersenyum dan langsung menarikku ke atasnya. Kami pun melanjutkan apa yang memang harus kami lanjutkan.

Kubuka bajunya sebatas pinggang, mengekspos kulit putih susunya yang indah.

“Masih tetap sempurna dan tak ada yang berubah darinya............” Gumamku dalam hati, berapa kali pun aku melihatnya aku tak akan pernah bosan.

Kembali kulancarkan seranganku, menjajah wilayahnya yang tak pernah terjamah oleh siapapun kecuali diriku. Ada rasa bangga karena hanya akulah yang dapat memilikinya, merasakan setiap sentuhannya seperti sekarang di tubuhku berhasil menyulut api bercinta dalam diriku.

Tanpa menunggu lebih lama lagi kumasuki miliknya yang sudah sangat basah, membuat kami berdua melenguh penuh kenikmatan. Sangat sempit dan sesak itu yang kurasakan kini, milikku seperti terbakar di dalam sana, namun itulah kenikmatan yang sesungguhnya. Perlahan kuhentakkan tubuhku mengikuti irama hembusan angin, dia pun mengikuti simfoni yang kubuat.

“ oouuhhh........ kumohon..... aahhhh..... lebih ......cepat.............” Desahnya diantara nafasnya yang menderu.

“ aahhh..... yeahhhh......... baik....lah.... emmmhhh...... apapun.... untukmu.... my love......” balasku semakin memperdalam dan menyentuh puncak kepuasannya berulang kali.

Klimaks pun datang, tak bisa tertahan lagi..........

Perasaan hangat menyebar di seluruh bagian tubuhku, seperti mengeluarkan berjuta- juta rasa rindu yang sudah sangat lama kupendam. Hangat dan nyaman, mungkin seperti itulah yang kini juga dirasakannya.

Setelah lelah dengan romansa cinta kami, kurebahkan tubuhku di sampingnya, kami tidur menyamping dan saling bertatapan.

“ Aku mencintaimu................” Bisikku pelan, menatapnya penuh perasaan sembari memeluknya.

“ Aku juga mencintaimu..............” Jawaban yang sangat lama kutunggu untuk dia ucapkan lagi.



Tanpa sadar ternyata aku tertidur sangat lama, langit sudah berubah gelap saat aku terjaga. Kudengar suara tangisan tepat di dekatku, Athena menangis, Soraku menangis. Ada apa dengannya kenapa dia menangis sampai terisak seperti ini.

“ Ada apa denganmu.......... kenapa, apa aku sudah menyakitimu??” Tanyaku terlalu kalut, apa dia menyesali apa yang sudah kita lakukan beberapa saat lalu. Bagaimanapun disini ceritanya berbeda dia bukan sebagai Sora istriku. Dia Athena sang dewi langit, tentu saja dimatanya aku sudah menjadi lelaki yang jahat.

“ Tidak........ kumohon jangan berpikir begitu, kau tidak mungkin menyakitiku....... hanya saja kini waktuku untuk kembali ke langit, aku tidak bisa terus berada di sini...........” Dihapusnya air matanya, sembari membenarkan letak pakaiannya. Kini dia berdiri di depanku.

Kuraih tangannya mencegah agar dia tak melangkah pergi.

“ Tidak....... aku tidak akan membiarkanmu pergi lagi........ kumohon jangan pergi..........” Teriakku marah melihatnya justru menolak genggamanku.

“ Maaf......... aku benar- benar tidak bisa, selamat tinggal...........” Tak berapa lama setelah itu kedua sayapnya secara ajaib kembali muncul. Perlahan dikepakkannya sayap itu, awalnya kedua kakinya tak lagi memijak tanah, semakin lama tubuhnya semakin terangkat ke atas.

“ Tidak......... jangan seperti ini lagi............ tidak...........!!!” Tolakku keras, sekuat tenaga mencegahnya. Kugenggam tangannya sekuat tenaga, namun sepertinya gaya tolak yang kuterima lebih kuat daripada tenagaku.

“ Tenanglah........ aku pergi........ untuk kembali.............” Dia tersenyum padaku, memberikan ucapan terakhirnya sebelum secara tiba- tiba dia melayang menuju langit dan tak dapat kulihat lagi..........

“ SORA YA..........................” Teriakku keras diantara tangisanku.

Tiba- tiba kurasakan tubuhku seperti tersedot dalam pusaran angin, aku kembali..............

Ternyata aku hanya bermimpi, semua yang kulihat dan kurasakan tadi hanyalah hayalan alam bawah sadarku. Karena sebenarnya Sora sedang tertidur tak sadarkan diri di dekatku. Ya, aku kini sedang menunggunya, yang sudah selama dua bulan ini koma akibat pendarahan pasca melahirkan yang dia alami.

Aku masih tak mau terjaga dari mimpi indahku, kupaksa mataku untuk terpejam dengan posisi kepalaku yang masih menelungkup di atas tempat tidur. Namun sekeras apapun aku berusaha, tak mungkin kejadian tadi akan terulang. Meskipun hanya sesaat aku sangat bahagia bisa melihat Sora kembali.

“ aaakkhh.........” Teriakku keras, semakin membenamkan wajahku di balik seprai. Tangisku pecah semakin keras, aku sudah tak bisa menahannya lagi, untuk apa aku hidup bila harus menanggung derita seberat ini.

“ Jung Su oppa.......... kenapa kau menangis??” Sebuah suara yang sangat kukenal dan sentuhan lembut di kepalaku membuatku mendongak.

Wajah itu kini kembali terpampang di depanku, wajah Athena yang kulihat di alam mimpi tetapi bedanya kini wajah itu terlihat lebih pucat dan tirus.

“ So.....Sora.......... be....be...benarkah ini dirimu??” Aku tak mau percaya lagi dengan pandanganku. Terkadang mataku sendiri juga menipuku. Berulang kali aku tak bisa membedakan mana itu mimpi dan mana itu kenyataan.

Dia hanya tersenyum.........

“ Tidak mungkin, ini pasti mimpi........... hahahaha............ aku sudah benar- benar gila, sebentar aku melihatmu, dan sebentar kemudian kau menghilang lagi.......... iya selalu saja seperti itu........hahahaha........... aku memang sudah tidak waras......” Ocehku sudah tak berakal sehat lagi, karena kini tak ada bedanya antara ilusi dan kenyataan, semuanya tampak sama.

Kulihat kedua alisnya bertaut, dia terlihat heran dengan reaksiku. Tanpa kuduga dia mencium bibirku.

“ Bagaimana apa semuanya hanya ilusi??? Apa kau tidak bisa merasakannya Park Jung Su??” Ucapnya menggodaku,

“ Ohh............ mungkin aku perlu mengingatkanmu lagi.........” Dia kembali melumat bibirku, gerakannya cenderung kasar dan bernafsu.

“ Kau sudah ingat?? “

Aku tak bereaksi, dan hanya terpaku di tempatku. Apa ini mungkin terjadi, ciumannya, bibirnya, belaiannya semuanya terasa sangat nyata. Apa aku masih harus berpikir bahwa ini hanyalah mimpi??

“ Yahhh........... Park Jung Su pabbo......... kenapa kau bereaksi seperti ini. Apa kau tidak senang melihat istrimu siuman??? Kau jahat sekali.............” Dia mencubitku gemas dan memukuliku dengan bantal, kini aku benar- benar yakin bahwa dia adalah Sora. Istriku sudah kembali.

“ Awwhh..... Awwhh........ sakit yoebo.... benarkah ini dirimu?? Kau sudah sadar sayang?? Terima kasih Tuhan, akhirnya aku bisa bersamanya lagi.........” Kupeluk Sora erat.

“ Aduhh....... oppa jangan memelukku sekencang ini, tubuhku masih sakit........” Protesnya, segera kukendorkan pelukanku, namun tak berniat melepasnya.

“ Mianhae yoebo....... aku terlalu bahagia karena kau sudah kembali..........” Kini aku justru menangis,

“ Lelaki cengeng...........” Ejeknya, tetapi biar saja inilah diriku yang sebenarnya dan hanya muncul bila aku didekatnya. Menangis dan merajuk seperti anak kecil.

“ Biar saja......... hikss.......... kau jangan coba- coba pergi lagi..... hikkss........ kalau perlu aku akan mengikatmu seumur hidup..........” Ucapku sembari mengusap ingusku yang sudah berceceran.

“ hahahaha......... ne, aku rela kau ikat terus oppa........ asalkan bersamamu aku rela..........” Dia tertawa melihat kelakuanku.

“ Terima kasih juga karena sudah bersabar menungguku.............” Bisiknya lagi, mampu membuatku tersenyum bahagia.

“ Ne............ sama- sama.............” Huhuhuhu............... aku semakin membenamkan kepalaku dipundaknya.
kurasakan tangannya menepuk punggungku perlahan, membuatku selalu nyaman bila berada didekatnya. Istriku Park Sora benar- benar sudah kembali.

Ribuan tahun pun aku akan menantinya, karena aku terlalu mencintainya..........





5 komentar:

  1. aku mao thor daftar jdi istri donghae ..... hhehe
    #pengen bgt yaaa #

    author nya daebak bkin lis law bca slalu terbawa suasana ... qra'in sora nya meninggal bneran ... mianhae ya thor .. author mang awesome .... ^^9

    oppa teuk pulang wamil cepet nikah ya ma sora hhaha #di tamparin elf#

    BalasHapus
    Balasan
    1. buruan daftar Lis siapa tau bisa di terima....... kekekeke.......

      oke, permintaan maaf diterima, author kan baik.... iya g??? hehehhehe.....

      dan untuk yang harapan terakhir Lis, Teuk oppa menikah ma Sora, aku dukung banget, aku juga Elf dan aku g akan namparin Lis kok...... malah seharusnya kita berpelukan bahagia, iya g??? ^^

      Hapus
    2. pastinya dong vit ... kita berpelukaaaaaan bahagia ....
      law perlu syukuran 7 hari 7 mlm ... hhahaha # L #


      di tunggu kelanjutan ff yg laen ya vit ... kangen jg ni ma ff yg laen ... hhehe ^^
      selamat berjuang untuk ujian nya .... hwaiting ^^9

      Hapus
  2. yaaaaaayyy happy ending :))))))

    mianhae jg thor kemaren qw jg protes pas ngirain sora meninggal......
    abis authornya siih pinter banget bikin prasaan jungkir balik pas baca ffnya, heheee...

    lanjut bikin cerita yg daebak" lg ya authornim :3

    BalasHapus
    Balasan
    1. waduhh............ belum lebaran udah pada banyak yg minta maaf nih..... hehehehe...... becanda kok, iya duwi g papa,,

      emank kadang2 aku agak aneh buat alur ceritanya, apa yang ada di kepala ku cetusin gitu aja deh tanpa mikirin gimana tanggapan pembaca entar......

      ^^

      Hapus