Senin, 21 April 2014

LIE TO ME part 2




Aku berjalan dengan tergesa menuju kamar yang baru ditunjukkan suster jaga. Perasaan cemas dan takut terus saja menghantuiku sepanjang perjalanan. Tadi aku sedang melakukan rapat penting saat tiba- tiba sekretarisku menginterupsi jalannya rapat. Dengan keras dia membuka pintu berteriak mencariku,

“ Direktur, Presdir Park, dia collapse.......”

Mendengar ucapannya seakan waktuku berhenti berputar, harabouji...... bagaimana bisa ini terjadi. Tadi pagi waktu aku meninggalkannya beliau masih sehat- sehat saja. Memang tadi sempat terjadi perdebatan kecil dan mungkin aku telah mengecewakannya tentang masalah perjodohan kemarin. Tetapi seperti yang sudah- sudah harabouji pasti bisa mengerti dan tak lagi mempermasalahkannya.

Perasaan bersalah menggelayuti hatiku, benarkah ini terjadi karena diriku.

Seharusnya aku menjaga haraboeji dan tidak membiarkannya terlalu keras berpikir tentang kehidupanku. Penyakit Jantungnya yang lemah bisa saja tiba- tiba kambuh, namun kenapa aku tidak memikirkan itu. Tak seharusnya aku lebih mengikuti egoku. Beliau adalah keluargaku satu- satunya yang tersisa, bagaimana bila.....

Tidak, tidak akan aku biarkan itu terjadi.

“ Dokter Yun, bagaimana kondisi kakek sekarang??” Tanyaku lemah pada dokter keluarga yang sudah bertahun- tahun merawat kakek.

“ Masa kritisnya sudah lewat, untung dia segera mendapat penanganan. Kondisinya kali ini benar- benar serius Teuk ah, kurasa dia seringkali melewatkan waktu untuk meminum obatnya. Seharusnya kau bisa lebih mengingatkannya.......”

Mendengar itu aku hanya bisa menunduk penuh penyesalan, kurasakan tepukan dokter Yun dipundakku.

“ Sebaiknya kau buat hati kakekmu senang Teuk ah, penuhi apa keinginannya, mungkin itu bisa menaikkan semangat hidupnya.......” Pesan dokter yang sebagian rambutnya telah memutih ini. Aku mengangguk mengerti dan mulai berjalan mendekati harabouji.

Beliau terbaring lemah di sana, kerutan di wajahnya semakin tampak menunjukkan seberapa senja usianya kini.

“ Haraboeji......... “ Suaraku bahkan tidak bisa terdengar di telingaku sendiri, yang keluar hanya gumaman tidak jelas bercampur dengan serak karena nyatanya aku berusaha untuk tidak menangis.

“ Cucu macam apa aku ini membiarkan kakeknya seperti ini...... orang yang sudah merawatku, membesarkanku saat kedua orang tuaku telah tiada, inikah balasan yang bisa kuberikan untuknya.....”

“ Teuk apa kau sudah membawa istrimu? Apa aku akan segera menimang cicit Teuk??”
Selalu igauan seperti itu, aku sudah tidak asing dengannya. Bahkan dalam kondisi sakit haraboeji masih mengharapkan aku segera menikah.

“ Haraboeji, aku bisa memenuhi semua keinginanmu, semuanya. Tetapi bukan yang ini....”
Perkataan dokter Yun kembali terngiang di telingaku.

“ Sebaiknya kau buat hati kakekmu senang Teuk ah, penuhi apa keinginannya, mungkin itu bisa menaikkan semangat hidupnya.......”
***



Kulangkahkan kakiku tak tentu arah menyusuri padatnya trotoar. Kutinggalkan mobilku dan lebih memilih berjalan kaki sendirian. Mungkin dengan begini aku bisa sedikit menghilangkan beban berat dipundakku.

Seperti tak menemukan jalan keluar lagi aku sudah hampir berada pada ambang keputusasaan.

Saat tak sengaja aku lewat di depan sebuah bangunan yang bertuliskan

“ Agen serbaguna, membantu apapun masalah Anda dengan cepat, tepat, dan tuntas...

Keputusasaan Anda adalah tantangan bagi kami, kami siap membantu...”


Kalimat itu tertulis sangat besar di atas pintu dengan warna kuning menyala.

Baru kali ini aku mendengar ada agensi seperti ini.

Entah dorongan apa yang membuatku melangkah masuk dan membuka pintu kaca yang menjadi satu- satunya jalan masuk.

Beberapa lampu masih menyala pertanda kantor ini masih buka meskipun diwaktu selarut ini.

Keadaan sudah sangat sepi, aku tak melihat seorang pun di dalam.

“ Mungkin memang tidak ada orang!”

Saat hendak melangkah keluar suara seseorang membuatku berbalik.

“ Annyeong haseyo.... ada yang bisa dibantu tuan?? Kami menyediakan jasa apapun, dan sepertinya itu adalah solusi bagi Anda....”

Seorang yoeja, tampak menyembulkan kepalanya dari balik meja kerjanya.

Aku sedikit terkejut karena kurasa tadi aku tidak melihat siapapun berada di sana.

Apa dia hantu?

Oh tidak mungkin, dia berjalan ke arahku dan jelas- jelas kakinya menapak tanah.

Dia menarik dan sedikit memaksaku duduk di kursi depan mejanya.

“ Pasti kau terkejut ya, hahaha..... mianhae, tadi aku sedang mencari sesuatu di kolong meja, uppss..... ini sudah ketemu......”

Kurasa gadis ini sedikit, dia mengangkat tinggi – tinggi sebuah pena emas yang sepertinya sudah lama dia cari, ekspresinya sangat senang..... berulang kali dia membersihkan pena itu seakan merupakan benda paling berharga di seluruh dunia.

Padahal hanya sebuah pena....

Dia sepertinya menyadari aku terus memperhatikannya, segera dimasukkannya pena itu ke dalam laci dan kini beralih menatapku.

Melihatnya sangat fokus memperhatikan wajahku, membuatku sedikit tidak nyaman.

Kualihkan pandanganku mengitari seluruh isi ruangan.

“ Apa benar disini aku bisa mendapatkan bantuan apapun?? Tanpa terkecuali??” Tanyaku berusaha terdengar serius setelah tadi untuk sepersekian detik aku melengos menghindari tatapannya.

“ ah, ne, ne..... tentu saja, disini kami memang menyediakan jasa seperti itu. Apapun bisa kami lakukan asalkan, eemm.... Anda tahu lah, pembayarannya memuaskan.....” Gadis ini tertawa kecil.

“ Oh, kalau itu tidak menjadi masalah bagiku...... tapi benarkah kalian bisa melakukan apapun??”

“ Ne.......” Dia mengangguk sangat percaya diri.

“ Benar, APAPUN?? Aku kembali menekankan kata itu.

“ Ne, apapun tuan......!!” Dia mencondongkan tubuhnya kearahku, sangat dekat bahkan hanya berjarak beberapa inchi saja hidungnya dari hidungku, refleks aku menjauh.

“ Oh, baiklah aku percaya.........” Ucapku sedikit salah tingkah dengan tindakan tak terduganya barusan.

“ Kalau begitu bisakah kau berpura- pura menjadi istriku??” Ucapku pelan, melihatnya tidak bereaksi namun tetap memperhatikan setiap ucapanku, aku yakin dia mendengarkan.

“ Dan juga, emm.... mengandung anakku!!” Oh mati aku, sepertinya aku salah bicara. Dia terlihat sangat marah dan menjuruskan tatapan tidak senangnya.

Aku berdiri dan mundur beberapa langkah dari tempatku duduk, gadis ini membuatku takut dengan ekspresinya.

“ Yaaakss, tuan yang kaya raya. Jangan karena aku bilang bisa melakukan apapun kau memandang rendah diriku. Bukankah aku sudah bilang tidak ada kekerasan atau free sex disini.... dasar namja mesum.........” Dia marah- marah tidak jelas dan terus saja menuduhku yang bukan – bukan.

“ Kapan kau bilang seperti itu?? Aku tidak mendengarnya, dan bukan itu sebenarnya maksudku!! Bagaimana ya aku menjelaskannya.....!!” Aku kebingungan mencari kata- kata yang tepat tapi yoeja ini sudah lebih dulu salah sangka.

Dia terus memarahiku dengan kata- kata pedasnya, baru kali ini aku melihat yoeja seperti dia. Memang kuakui aku salah ucap tapi reaksinya terlalu berlebihan. Aku berputar mencari tempat berlindung, sebelum vas bunga di tangannya melambung dan mendarat dengan telak melukaiku.

“ Tunggu dulu, kau seharusnya mendengarkan.......”

“ Dengar apa?? Dasar namja mesum. Cari saja yoeja seperti itu di tempat lain, jangan di sini......” Teriaknya kasar.

Sepertinya situasi sudah tidak bisa dikendalikan, sebaiknya aku segera kabur sebelum terjadi sesuatu.

Bersamaan dengan itu seseorang masuk dan berusaha melerai perkelahian kami, dia lelaki dengan rambut pirang bermata sipit. Namja ini memegangi yoeja sadis yang begitu ingin melukaiku dengan kata- katanya.

“ Hei, apa- apaan ini, sudah hentikan!!” Dia memegangi si yoeja berusaha membelaku.

“ Lee Hyuk Jae , kau tidak usah ikut campur.... pergi sana, aku ingin mengajari dia bagaimana caranya bersopan santun!!”

Kubiarkan mereka perang mulut sendiri, aku lebih memilih membetulkan rambutku yang acak- acakan dan kemejaku yang kusut karena amukannya.

“ Padahal aku akan membayar lebih jika nona ini bisa melakukannya, hanya berpura- pura hamil, itu maksudku..... bahkan bila rencana ini sukses aku bisa memberikan sebuah rumah sebagai bonusnya!!” Gumamku sendiri kesal, Dia belum tahu saja siapa aku. Apapun bisa kudapatkan hanya dengan menjentikkan ujung jari.

Seketika aku tak mendengar suara apapun, kenapa tiba- tiba hening seperti ini?

Kudongakkan kepalaku, dan benar saja keduanya memandangku seolah takjub.

“ Bb...bb...benarkah bonusnya rumah??” Tanya mereka hampir berbarengan.

Aku mengangguk cepat,

“ Chinca?”

“ Ne, apa aku terlihat seperti pembohong di mata kalian?”

Mendengar itu sambutan mereka berubah drastis, mereka menggiringku agar duduk kembali, menyodoriku minuman, bahkan mengipasiku seperti raja.

Ada apa dengan dua orang ini, apa mereka salah minum obat.

“ Kenapa Anda tidak bilang dari tadi tuan kalau tugasku hanya berpura- pura hamil, hahahaha....... kalau itu sih aku bisa melakukannya, ahhh........ itu masalah mudah.....!!” Aku bergidik ngeri mendengar ucapannya yang sangat lembut dan santun, kemana yoeja yang tadi mengumpatku dengan kata- kata kasarnya.

“ Iya, maafkan rekanku ini, mungkin karena dia terlalu lelah jadi agak ngelantur.... !” Si rambut pirang tertawa, begitu pula dengan yoeja ini bahkan aku melihat mereka bertukar pandang seperti memberikan kode satu sama lain.

Satu saja sudah membuatku pusing, kini malah ada dua orang sejenis. Apa benar mereka bisa diajak bekerja sama.

Kegigihan mereka mempromosikan jasa serta tak ada lagi cara lain yang lebih baik dari ini membuatku akhirnya menyerah.

Aku akan memakai cara ini apapun resikonya.

****

Sora duduk sendirian menatap kerlipan bintang dari sebuah bangku panjang. Bangku yang diletakkan di atas loteng kantornya itu selalu menjadi tempat Sora menenangkan diri.

“ Sora ya, ada apa?? Mukamu terlihat kusut sekali?? Ini!!” Eun Hyuk menyodorkan sekaleng bir pada Sora.

“ Gomawo Hyuk ah, kau belum pulang??” Tanya Sora saat Eunhyuk mengambil tempat duduk di sebelahnya.

“ Ne, aku baru saja menyelesaikan tandatangan kontrak dengan Leeteuk sshi.........!!!” Jawab Eun Hyuk sembari menyesap bir dari lubang kaleng yang dia pegang.

“ Hyuk, ah tidak jadi deh......!!” Sora tidak jadi meneruskan kata- katanya.

“ Ada apa Sora ya?? Apa ini ada hubungannya dengan kontrak Leeteuk sshi??” Tebakan Eun Hyuk ternyata benar, Sora mengangguk pelan.

“ Apa kau pikir ini tidak terlalu berlebihan Hyuk ah. Waktu yang sangat lama dan kontrak yang mengikat serta sulit dilakukan, apa kau pikir ini akan baik- baik saja?? Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi selama 9 bulan kedepan, aku sedikit khawatir.....” Sora mencoba mengutarakan kecemasan di hatinya.

Eun Hyuk merangkul pundak sahabatnya itu, dia ikut memandang ke atas langit“ Siapa yang selalu bilang bahwa tidak ada yang tidak bisa dilakukan oleh Kang Sora?? “

“.....................”

Sora terdiam, “ Tapi kan.............!!”

“ Huusssttt...........” Eun Hyuk menutup bibir Sora dengan ujung jari telunjuknya.

“ Sora sshi percayalah padaku, tidak akan terjadi apa- apa dan semuanya akan berjalan sesuai rencana. Bukankah itu sudah seringkali kita buktikan??”

Eun Hyuk melecut semangat Sora,tidak biasanya Sora memikirkan suatu tugas sampai seserius ini.

“ Bisakah aku percaya padamu?? Kau menjaminku bahwa aku tidak akan mengalami kejadian atau permintaan aneh nantinya??”

Eun Hyuk hanya mengangguk mantap sambil tersenyum

Sora ikut tersenyum, “ Baiklah kalau begitu aku percaya padamu, pak Lee!!!”

“ Nah seperti itu seharusnya nona Kang Sora, lakukan dengan penuh semangat.”

Eun Hyuk mengacak- acak rambut Sora gemas. Mereka berputar- putaran saling mengejar seperti yang selalu mereka lakukan saat kecil.

Sora bahkan sudah tidak lagi membebani pikirannya, dia tidak tahu apa yang sebenarnya sudah menunggunya kelak.



****

Hari ini pun tiba, hari dimana aku akan memperkenalkan istri bohonganku pada kakek. Kenapa istri? Karena aku tidak mau melalui acara pernikahan yang rumit nantinya. Apa gunanya, toh ini hanyalah pernikahan palsu yang hanya disetting selama sembilan bulan. Itulah yang tertulis di surat kontrak yang dibuat dadakan di kantor agensinya malam itu.

Kulirik diam- diam yoeja di sebelahku, dia terlihat anggun dengan gaun chiffon selutut yang dikenakannya. Rambutnya tergerai indah jatuh di bawah bahu. Polesan make up nya juga tidak berlebihan, tapi sudah sangat cantik dengan tampilan alami darinya. Bibirnya mungkin dipoles lipgloss berwarna pink karena terlihat sedikit berair dan seksi.

“ Leeteuk sshi, apa ada yang ingin kau katakan??!!!” Dia tiba- tiba menoleh dan tersenyum padaku. sontak aku terkejut, bisa gawat kalau sampai dia tahu sedari tadi aku terus memperhatikannya.

Aku menggeleng menanggapi pertanyaannya.

“ Itu kamar kakek, sebaiknya kau tunggu di sini aku akan bicara dulu dengan kakek.......”

Aku pun berjalan meninggalkannya, namun aku masih sempat melihatnya tersenyum dan mengepalkan tangannya ke atas memberi semangat.

Fighting

Baru berjalan beberapa langkah, aku melihat dokter Yun dan beberapa suster bergerak terburu- buru masuk ke kamar kakek.

Ada apa ini? aku segera berlari menyusul mereka.

Di dalam kulihat kakek berontak dan tidak mau diberi obat.

“ Haraboeji........ ada apa dengannya??”

Dokter Yun mengangkat bahunya seolah kebingungan melihat perilaku kakek yang membelot.

Aku pun ditolak oleh kakek, dia bilang dia sudah sangat kecewa padaku.

“ Kakek, kumohon jangan seperti ini...... kakek bisa menghukumku, tapi jangan menyakiti diri kakek sendiri......!!”

“ Aku sudah tidak ada gunanya hidup di dunia ini, lebih baik aku mati daripada menunggui cucu yang hanya mengurusi dirinya sendiri.......”

“ Kakek......!!” Aku tidak sadar berteriak, bukan seperti itu maksudku. Darimana kakek mendapat pikiran seperti itu.



Leeteuk POV End



Leeteuk berteriak menolak tuduhan kakeknya, tidak hanya tuan Park yang kaget hampir semua orang di ruangan itu juga ikut kaget, termasuk Sora. gadis ini diam- diam ikut masuk dan menyaksikan semua yang terjadi.

Melihat kehadiran Sora, Leeteuk langsung menariknya mendekat dan membawanya pada kakek.

“ Kakek, sebenarnya aku datang kesini untuk mengakui sesuatu......”

Tuan Park yang tadinya tidak mau memandang Leeteuk kini berbalik.

“ Kakek lihat gadis di sebelahku ini...... dia..... dia..... dia istriku kek........!!”

Leeteuk menarik pinggang Sora semakin mendekat dengannya.

“ Kau kira bisa membodohi kakek Teuk. Mudah bagimu membawa seorang gadis dan mengenalkannya sebagai pacar bahkan istrimu. Tapi kakek tidak akan tertipu, sebaiknya kakek mati saja......!!” Tuan Park mencabut selang infus di tangannya, melihat itu Leeteuk langsung melompat mencegah.

Si kakek terlihat seperti kehabisan nafas, dia bernafas pendek- pendek dan sangat berat. Semua orang dibuat syok olehnya, namun tanpa ada yang tahu sebenarnya tuan Park hanya pura- pura melakukan itu.

“ Kakeeeek..... jangan pergi dulu......!!!” Teriak Leeteuk,

“ Aku belum selesai bicara kek, Sora, istriku sekarang tengah hamil kek. Apa kakek rela tidak melihat cicit kakek sendiri!!!” Leeteuk mengucapkan kata- katanya sangat cepat, seolah dia akan kehilangan waktu berharganya.

“ Mwo?? Benarkah??” Tuan Park yang awalnya sangat hebat memerankan akting sakitnya kini terbelalak sempurna. Dia langsung duduk dan melupakan bahwa dia tadi sedang dalam keadaan sekarat.

Dia melambaikan tangan agar Sora mendekat, Sora kebingungan dan menoleh pada Leeteuk meminta saran. Leeteuk yang senang melihat kakeknya tiba- tiba bangun malah mendorong Sora agar maju kedepan, membuat Sora gugup setengah mati. Apa yang diinginkan kakek ini, mungkin itu yang sekarang ada di benak Sora.

“ Siapa namamu sayang??” Suara tuan Park yang melunak, membuat kegugupan Sora berangsur- angsur hilang.

“ Sora, Kang Sora.....!!”

“ Kang Sora?? maksudmu Park Sora??” Tanya kakek lagi, kini dengan senyumannya.

“ eh, ne, Park Sora.....!!” Jawab Sora sedikit terbata. Sungguh aneh terdengar di telinganya maupun diucap di lidah. Marga itu begitu saja dicantumkan pada namanya.

Tangan tuan Park tiba- tiba meraba perut Sora, “ Benarkah di sini ada bayimu Teuk?? Jadi dia penurus kakek??” Tanya tuan Park masih terus memutar tangannya di perut Sora yang hanya tertutup kain tipis.

Menerima perlakuan seperti itu Sora malah bergelinjang kegelian, “ ahh...hahaha...... geli, aduh, geli kek.......!!”

Dia menggeliat- geliat melupakan karakter yang seharusnya dimainkannya yaitu gadis pendiam, anggun dan lemah lembut. sesaat Sora kembali pada sifat aslinya, cuek , ceroboh, dan tidak berpikiran panjang. Leeteuk langsung mengingatkan Sora dengan menginjak kakinya, membuat Sora terpekik tertahan takut ketahuan yang lain.

“ Jaga sikapmu Sora sshi.... jangan sampai kita ketahuan padahal masih hari pertama......!!” Bisik Leeteuk di dekat Sora.

Sesaat memanyunkan bibirnya kesal, Sora langsung bisa menguasai situasi lagi. Dia tersenyum ramah pada tuan Park yang sudah pucat oleh Sora.

“ Maafkan aku kakek, aku mengejutkanmu ya?? maklum kek aku belum biasa diperlakukan seperti itu, bahkan Teuki oppa yang menyentuh perutku saja terkadang aku marahi karena ganjil rasanya.... hehehe.....!!” Jawab Sora mengarang cerita, tuan Park mengangguk- angguk saja pertanda memaklumi. Sedangkan Leeteuk terbengong mendengar Sora memanggilnya dengan begitu sayang untuk yang pertama kali.

“ Oh, begitukah?? Hahahaha.... ya aku bisa maklum sayang, kemarilah............!!” Tuan Park memeluk Sora dengan hangat.

“ Senang sekali akhirnya aku bisa istri cucuku, kau yang selama ini kakek tunggu- tunggu Sora ya.....!!” Gumam kakek Park, matanya berkaca- kaca terbawa luapan kebahagian.

“ Aku juga senang akhirnya bisa bertemu kakek. Oppa selalu menceritakan bagaimana baiknya kakek menjaga dan merawat Teuki oppa dari kecil.....!!” Sora membalas pelukan tuan Park, tanpa sepengetahuan tuan Park Sora mengacungkan jempolnya pada Leeteuk.

Daebak...... pertemuan pertama tidak ada kendala, aku salut padamu Sora sshi.....!!” Ucap Leeteuk dalam hati.

Kemudian mulailah cerita rekaan mengalir diceritakan oleh Leeteuk dan Sora. bagaimana awalnya mereka bertemu, yaitu di Sydney saat Leeteuk kuliah dulu. Keduanya diam- diam saling suka namun tak sampai mengungkapkan perasaan satu – sama lain. Sampai akhirnya Leeteuk kembali lagi ke Seoul. Namun tak berapa lama keduanya bertemu kembali secara tidak sengaja di menara Namsan dan saat itulah Leeteuk menyatakan perasaannya. Tuan Park sempat marah karena Leeteuk menikah diam- diam dan menyembunyikan segalanya darinya. Namun lagi- lagi cerita Leeteuk dan Sora yang menyentuh dan penuh perjuangan membuat kakek tua ini tak mampu marah berlama- lama karena tangisnya lebih dahulu pecah.

“ Seperti cerita dalam drama saja, aku tidak tahu kau mengalami cobaan seperti itu cucuku. Melihat keseharianmu yang suka keluar dan bermain- main saja kukira kau tidak mempedulikan hidupmu, makanya kakek ingin melihatmu berumah tangga..... “ Tuan Park menatap sayu pada Leeteuk.

“ Maaf kek, seharusnya aku tidak menyembunyikan ini padamu, hanya saja saat itu aku dan Sora belum siap. Kami takut kau akan menentang hubungan kami....!!” Leeteuk begitu meyakinkan saat mengucapkan itu, bahkan agar lebih terlihat nyata dia membelai lembut wajah Sora dan mencium tangannya pelan.

“ So sweet sekali kalian berdua, bagaimana mungkin kakek menghalangi cinta suci kalian berdua. Kakek bukan lelaki tua kolot seperti yang kalian tonton di drama- drama sore yang akan melakukan apapun untuk memisahkan ahli warisnya dari gadis yang dicintai.... “

“ Kakek ini kurasa korban drama TV dari tadi yang dia sebutkan hanya drama-drama-drama.....!!” Pekik Sora dalam hati.

“Bicara soal drama apa lagi ya yang seharusnya dilakukan pasangan suami istri agar terlihat lebih meyakinkan?” Kembali Sora terperangkap dalam imajinasinya sendiri. tiba- tiba sebuah ide meletup di otaknya.

“ Oh, oh, oh... yoebo.... !!” Panggil Sora pada sembari memegangi kepalanya seperti orang pusing, Leeteuk yang dipanggil hanya memandangi saja.

“ Kenapa cucuku??” Malah tuan Park yang terlihat gusar.

“ Sepertinya anak kita menginginkan sesuatu.....!!” Kata Sora sambil memegangi perutnya.

“ Apa- apaan yoeja ini?? apa harus dia bersikap berlebihan seperti itu??” Isi pikiran Leeteuk, tapi mau tidak mau Leeteuk mengikuti ke mana arah permainan Sora.

“ Yoebo.... apa lagi sekarang?? Bukannya tadi aku sudah menuruti semua kemauanmu??” Leeteuk berusaha menolak keinginan Sora secara halus.

Namun tuan Park memarahinya dan menasehati Leeteuk agar tidak menjadi suami yang tidak bertanggung jawab, “ Penuhi semua permintaan istrimu Teuk ah, meskipun kau harus pergi ke bulan untuk mendapatkannya. Wanita hamil tidak bisa ditolak.......!!”

Mendengar ucapan seperti itu dari kakeknya Leeteuk jelas sudah kalah.

“ Baiklah, kau minta apa sekarang Sora ku sayang??”

“ nah, begitu donk......... aku mau.....!!” Sora menjentikkan telunjuknya di pipi sembari menyebutkan sederet daftar permintaan yang aneh- aneh.

“Pertama gendong aku sampai mobil

Lalu bawa aku ke restoran paling romantis

Aku mau makan steak, pasta, pizza, cakes, dan semua makanan lezat...... harus yang terlezat, mmm.... yummie....

Dan terakhir bacakan aku dongeng untuk mengantar tidur

Otte?? Itu tidak sulit kan oppaku sayang???”

Mendengar semua permintaan Sora, Leeteuk bergidik ngeri.

Tapi dia tak berani memperlihatkannya di depan kakeknya.

Sang kakek cepat- cepat mendorong Leeteuk agar segera memenuhi keinginan Sora.

“ Kakek tidak apa- apa sendiri ?? Bukankah kakek bilang tidak mau sendirian??” Leeteuk masih berusaha mengelak. Meskipun kemungkinannya sangat tipis.

“ Tidak, kakek baik- baik saja di sini. Sebaiknya kau cepat memenuhi permintaan cucu menantuku dan juga calon anak kalian....... cepat, cepat.....!!”

Dengan sangat berat hati Leeteuk melangkah. Dia sempat berpegangan pada ujung tempat tidur namun Sora terus saja menariknya.

“ Gendong istrimu Teuk ah.......!!!” Perintah tuan Park sambil memelototi Leeteuk.

“ Ne, ne, ne haraboeji....!”

Dengan setengah hati Leeteuk menggendong Sora di punggungnya, yang digendong cengar- cengir kegirangan. Bisa memanfaatkan keadaan untuk kepentingannya membuat Sora mulai menyukai permainan aktingnya.

Leeteuk mengendong Sora sampai di luar, saat hendak menurunkan tubuh Sora, seorang perawat yang tadi mengobati kakek tampak memperhatikan mereka diam- diam.

“ Leeteuk sshi, mungkin perawat itu suruhan kakek, kau harus menggendongku sampai ke mobil!!” Bisik Sora pada Leeteuk, entah mengapa Sora senang melihat Leeteuk kesal seperti sekarang.

Sesampainya di mobil Leeteuk langsung menurunkan Sora dengan kasar membuat yoeja ini mengaduh kesakitan.

“ Yaahh... bisakah kau pelan- pelan Leeteuk sshi, pantatku sakit tahu...!!”

Leeteuk malah balas memarahi dan menyalahkan Sora kenapa melakukan hal yang tidak perlu seperti yang diucapkannya di depan kakek.

“ Jadi kau hanya mencari keuntungan saja??”

“ Ne, oh ani-aniya......... Aku tidak mencari keuntungan Leeteuk sshi, justru aku melakukan ini agar sandiwara kita lebih meyakinkan. Buktinya kakek tidak bertanya lagi tentang kebenaran kehamilanku kan??”

Leeteuk tidak menggubris perkataan Sora, dia malah menjalankan mobil dengan kencang membelah jalanan yang memang tampak lengang. Sora berulang kali memandangi Leeteuk, merasa bersalah karena mungkin sikapnya terlalu berlebihan. Tetapi Sora tidak bermaksud apa- apa. Baiklah sejujurnya Sora hanya ingin mengerjai Leeteuk, karena jarang- jarang Sora mendapat kesempatan mengerjai pemuda tampan. Omo..... heheheheh.....

Sora sudah akan meminta maaf saat tiba- tiba Leeteuk berhenti di depan stasiun bawah tanah.

“ Turun.......” Ucapnya dingin, masih tidak mau melihat Sora.

“ Apa??”

“ Aku bilang turun, apa kau tidak mendengarku Sora sshi?? Tugasmu hari ini selesai jadi sebaiknya kau pulang......”

“ Tapi kan........”

“ Sudah untung aku mengantarmu sampai ke stasiun, mau kuturunkan di pinggir jalan........??”

“ Aiisshh kau ini, tidak seru. Baiklah aku turun.....!!” Sedikit dongkol Sora pun turun dari mobil. Baru saja Sora menginjak aspal, mobil Leeteuk sudah melaju menjauh meninggalkannya.

“ Omo.... yaaahh.... dasar kau, aaiisshhh chinca, bahkan aku belum mengucapkan sampai jumpa, Leeteuk sshi itu benar- benar tidak berperasaan......!!”

Sora menoleh ke kanan dan ke kiri, kini dia sendirian di tengah jalan. Tiba- tiba rasanya sangat sepi.

Dia menghela nafas sebelum akhirnya berjalan turun masuk ke stasiun.

Sora POV

Setidaknya hari ini semua berjalan dengan lancar, tapi satu yang mengganjal hatiku. Sikap Leeteuk sshi tadi, saat menurunkanku dari mobil, entah kenapa membuat hatiku terasa sakit. Apa harus dia bersikap seperti itu??

Kualihkan pandanganku keluar jendela kereta, semuanya terlihat bergerak, stasiun, peron, kafe, toko, semuanya. Itu pertanda bahwa kereta sudah mulai melaju. Membawaku dan penumpang yang lain ke pemberhentian berikutnya.




To Be Continue....

9 komentar:

  1. wow bonus rumah, jessica juga mau donk author... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hohoho... rumahnya ambil jes... teuk oppanya yg buat sora ya... kkkk

      Hapus
  2. daebak..ceritanya seru nih...pasti authornya bingung mau nerusin yg mana dulu? pokoknya semuanya harus kudu di selesaiin..

    BalasHapus
  3. Vita.. keren abis lucu.. terusin yang ini dulu ya Vit.. ditunggu updateannya segera>>

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gitu ya un,, ok deh... kirain aj jelek cz sepi yg komen... hehe..
      Punya unnie dee jg donk diterusin vita dah g sabar baca klanjutannya nih...*^O^* fighting...

      Hapus
  4. Ayooo vita whaiting ^^ update nyaaa

    BalasHapus
  5. update plissss :'(

    BalasHapus
  6. halah si Teuk Oppa ini, masii ajaa dingin kaya kulkas! sora kayaknya sangat menikmati sekali perannya sbg istri teuk sekaligus pura-pura hamil... :) omo... takut klo akhirnya malah menyakiti semua nti klo seandainya ketauan.. huhuhuhu :(

    BalasHapus