Selasa, 07 Oktober 2014

CRUEL NAMJA





Temaram cahaya lampu jalanan masih cukup terang menemaniku menyusuri trotoar menuju ke arah apartemenku yang hanya tinggal berjarak tiga blok saja. manager oppa sangat tega meninggalkanku sendirian, awas saja besok aku akan memarahinya habis- habisan. Ngedate? Kurasa bukan yang pertama kali baginya berkencan, tapi kenapa yang sekarang begitu serius? Dengan berbagai alasan dari yang meyakinkan hingga ingin membuatku meneriakinya dia lontarkan padaku. dari wajah sumringah karena akan bertemu kekasih hatinya sampai mimik wajah sendu tak terperikan dia memohon padaku agar bisa melepasnya dari tugas mengantarku dengan selamat sampai apartemen. Sepuluh menit yang lalu aku masih terduduk dengan manis di dalam porche hitam favoritku. Menatap jalanan yang dipenuhi oleh guguran daun gingko kuning dan maple merah bertebaran sesekali berkejaran dengan angin. Ditambah alunan lagu merdu dari earphone yang kupakai, sungguh menenangkan hati dan seolah mengangkat rasa penatku setelah seharian melakukan sesi pemotretan untuk 1st Look. Surga dunia ini seketika berhenti saat mobil mengerem mendadak membuat kepalaku terantuk kaca mobil sedikit keras.

Kutatap marah manager oppa yang tepat duduk di sampingku, dibelakang kemudi. Hanya seringaian penuh penyesalan dia tunjukkan padaku. dan setelah itu entah apa yang dia katakan aku bahkan belum sempat mencerna semuanya, hanya intinya dia ditunggu seseorang yang sangat penting dan kehidupannya akan berakhir bila dia tak segera datang dalam waktu sepuluh menit. Aku bahkan masih terpekur selama beberapa waktu saat dia meninggalkanku begitu saja di pinggir jalan. kulihat manager oppa sempat melongok dan melambai padaku.

“ Mianhae Sora ya...... kuharap kau mengerti...... hati- hati di jalan.......”

Woooh, begitu saja? apa tidak salah? Dia bahkan lupa tidak memberikan tasku yang masih bersandar di dasbor mobil,

“ Opppaaaaa........ awas kau besok.........aahhh!!” Teriakku frustasi sambil mengacak- acak rambutku kesal. Semua barangku ada di dalam tas, “omoo....... cardkey ku juga masih di dalamnya!!” segera kurogoh saku coatku dan syukurlah benda kecil itu ternyata bersarang di sana.

Hanya bisa menghela nafas panjang, aku mulai menyusuri jalanan yang sudah sangat sepi. Aku ingin segera sampai di rumah kemudian berendam dalam bathtub menikmati hangatnya air dengan taburan aroma terapi yang pasti akan membuatku rileks. Tapi gara- gara manager oppa, keinginanku itu harus menunggu sedikit lebih lama lagi.

Entah sudah berapa kali aku mendengus pelan, kenapa jalanan ini terlihat sangat panjang. Padahal aku sudah biasa melewatinya, baik dengan jalan kaki ataupun bersepeda, tapi kali ini jarak yang kutempuh benar- benar panjang. Apa ini hanya perasaanku yang merasa was- was berjalan sendirian, di tengah malam, takut tiba- tiba ada orang tak dikenal menggangguku. Ah...... sudahlah, segera kutepis pikiran macam- macam yang menggelayuti otakku itu. Kupercepat langkah kakiku hingga aku nyaris berlari, biar saja, yang penting aku segera sampai di rumah dengan selamat.

Deg.........

Sepertinya ada langkah kaki yang mengikutiku, tapi siapa? Tidak ada seorang pun kulihat bayangannya. Berkali- kali kutoleh sepanjang lorong yang sepi, meyakinkan bahwa hanya akulah orang yang berdiri ketakutan di kompleks ini.

“ ah, itu pasti hanya anjing tetangga, tidak ada siapa- siapa di sini......” gumamku kembali melangkah.

Tapi baru beberapa langkah perasaan diikuti itu muncul kembali, membangunkan sikap waspadaku beberapa kali lipat.

Kutoleh kebelakang cepat, namun nihil hanya bayanganku sendiri yang kulihat.

Tiba- tiba kurasakan seseorang menarik tanganku cepat, membuatku terkesiap namun tak bisa berteriak karena tangannya yang lain sudah lebih dulu membungkam mulutku. Punggungku membentur tubuh seseorang, seseorang yang kini mengunciku dalam pelukannya. Aku berusaha mendongak ke atas, perasaan ingin tahu menyergapku melebihi rasa takutku sendiri. Siapa kah orangnya yang sudah berani membekap Kang Sora seperti ini. tubuhnya tidak terlalu tinggi, namun lengannya begitu kekar membuatku kesulitan padahal sudah berusaha keras meronta agar bisa terlepas darinya. Kudengar dia tertawa tertahan, melihatku tak berdaya pasti membuatnya sangat senang. Perlahan dia melepaskan tangannya yang membekap mulutku, memberiku kesempatan untuk bersuara menentangnya.

“ eemmppffhh..... lepaskan aku, atau aku akan......!” Belum sempat kalimat ancaman kulontarkan, kurasakan tangannya kembali membekapku. Si kurang ajar ini dengan sangat berani meniupkan nafasnya di belakang telingaku, menggelitik daerah sensitifku dengan nafasnya yang hangat. Aku terbelalak menerima perlakuannya ini. awas saja ya, sampai aku tahu siapa orang ini, pasti aku tidak akan pernah mengampuninya. Kakiku yang bebas sudah hampir menendang keras selangkangannya ketika tiba- tiba dia membalik badanku dan kini bisa langsung berhadapan dengannya.

“ Hai Sora sayang....... “ Dia menatapku intens sembari menebar senyum manisnya, tangannya melambai kemudian membelai rambutku halus, sedangkan aku hanya ternganga dan kehabisan kata seakan tak percaya dialah orang yang sudah membuatku merinding ketakutan.

“ Kau terkejut ya?? hahahaha....... mianhae yoebo..... lihat wajahmu itu, mianhae yo yoebo......” Dia mencoba meraihku, namun segera kutepis tangannya menjauh. Ini tidak lucu, aku sangat ketakutan tadi dan ternyata oppa hanya menganggapnya bercanda semata.

“ Sora ya........ dengarkan aku, iya, iya, aku mengaku salah sudah menakutimu.... maafkan aku ya........” aku tak berusaha menggubrisnya, aku terlalu marah padanya. Tadi manager oppa, dan sekarang dia, hari ini kenapa namja begitu jahat.

“ Sora sshi............” tapi aku tidak bisa menolak nada suaranya yang lembut sekaligus dalam itu. aku begitu merindukannya, sudah lama sejak terakhir kali aku melihat senyum manisnya itu berkembang untukku, ya hanya untukku. Tapi aku tidak akan secepat itu memaafkannya, salah sendiri siapa yang menyuruhnya menggodaku seperti tadi.

Hanyut dalam anganku sendiri, oppa menarikku kembali agar mendekat padanya. Tepat di bawah lampu jalan, dia mengunciku dengan tatapannya. Matanya bersinar indah dari sudut pandangku. Begitu hangat, seperti biasa, bagaimana bisa aku menolaknya.

Namun tak begitu lama kedua alisnya yang tertata itu bertaut, sorot matanya berubah menjadi mengintimidasi membuatku tak bisa mengelak darinya,“ Apa kau tidak merindukanku Sora ya? Apa keindahan Maldive sudah membuatmu melupakanku? Bahkan kau tidak mengangkat teleponku sejak tadi. Ada apa ini? Kang Sora melupakanku?”

Ucapannya membuatku bungkam, bibirku membentuk garis lurus dan kepalaku hanya menggeleng bingung bagaimana harus menjelaskan. Aku sangat merindukannya tentu saja tidak perlu meragukan itu. tapi aku tidak mau mengakuinya, aku masih terlalu marah dengan sikapnya. Aku pun dengan acuh berlalu melewatinya. Oppa tentu saja mengejarku, membuatku menyeringai diam- diam mengetahui betapa dia menginginkanku. Lihatlah Park Jung Su, seberapa besar aku berpengaruh bagimu. Baru kakiku berpindah beberapa langkah lagi- lagi lengannya yang kuat menarikku. Menyandarkan tubuhku hingga punggungku bisa merasakan kerasnya tiang lampu jalan yang dingin. apa yang ingin dilakukannya? Aku bahkan sulit membaca tatapannya saat ini. sorot lampu diatas kami membuat siluetnya terkesan misterius, perlahan namun pasti kurasakan bibirnya yang hangat menyentuhku. Dia berusaha menciumku,dan seperti biasa dengan mudah dia bisa mendapatkanku. Aku seakan bertekuk lutut ketika bibirnya menelusuri setiap lekuk bibirku dan menghantarkan perasaan panas yang membara ke sekujur tubuhku. Awalnya lembut dan sedikit basah, namun lama- kelamaan berubah dalam dan sangat menuntut. Tak pelak lenguhan kecil lolos dari bibirku, membuatnya semakin memperdalam ciuman kami seolah tak akan ada lagi hari esok. Dia terlihat begitu menikmatinya, dan aku? Bagaimana denganku? Tentu saja aku jauh lebih bahagia mengetahui hanya akulah yang bisa membuatnya seperti ini.

“ Park Jung Su sshi, kurasa kau sudah keluar batas.......” Ucapku sedikit membentak, tatkala dengan cepat aku memotong keintensan diantara kami. kulihat dengan jelas wajahnya cemberut tidak senang. Kenapa? Mungkin pertanyaan itu yang kini sedang ada di dalam benaknya.

“ Aku lelah, kurasa sebaiknya kau pulang saja......” Usirku tenang dan kini tak kubiarkan lagi dia bisa meraihku. Aku melangkah cepat meninggalkannya. Melewati penjaga dengan mudah dan buru- buru masuk lift yang memang sedang kosong. Kutekan tombol menuju lantai apartemenku berada. Perlahan pintu mulai tertutup. Bisa kulihat Jung Su tepat berdiri di hadapanku, di depan pintu lift, dengan nafas terengah- engah kelelahan berusaha menjangkauku. Matanya melebar ketika melihat pintu lift hampir tertutup di depannya. Aku tersenyum mengolok,

“ oh shit.......” umpatan itu yang keluar di otakku. dia mencegah pintu lift menutup dengan kaki kanannya, sehingga dengan mudah dia mengikutiku, melangkah masuk ke dalam lift. Kudengar dia tertawa, memuji kelihaiannya sendiri. kugeser tubuhku menjauh darinya, dia pun tak berusaha lagi mendekatiku. Selama beberapa saat, tak ada di antara kami yang saling bicara, hanya suara pelan lift yang mulai bergerak naik mengiringi kebungkaman kami berdua.

Sampai aku masuk ke dalam apartemenpun, Jung Su tak berusaha mengajakku bicara. Dia langsung duduk di sofa dan menyalakan televisi mencari- cari channel yang menarik untuk ditonton. Pilihannya jatuh pada acara talk show yang mendatangkan beberapa idol- idol cantik. Tanpa sadar aku bergumam pelan merendahkan pilihannya itu. kumasukkan beberapa bubuk kopi tanpa gula ke dalam cangkir yang biasa Jung Su gunakan. Biar dia terbiasa dengan kopi pahit, tidak semuanya terlihat manis seperti ekspresinya saat ini yang begitu mengagumi idol- idol itu.

Kuletakkan begitu saja kopi Jung Su di atas meja, tanpa perlu menawarinya dengan sopan. Setelah itu aku segera berlalu dan berniat mengganti bajuku.

“ Buurrrfffttt....... yah, minuman apa ini? Sora ya, kau mau meracuniku dengan kopi pahit ini??” Kudengar dia berteriak tak ubahnya anak kecil. Aku yang sudah berganti baju dengan t- shirt longgar dan hotpants putih, duduk bersila menikmati kopiku sendiri tanpa perlu menggubris ucapannya.

“ Sora ya, apa kau tidak mendengarku? Yaah......!!”

“ Sudahlah Jung Su sshi, jangan berceloteh saja seperti anak kecil, kalau kau merasa pahit, tinggal tambahkan gula saja apa susahnya.......” Jawabku tak kalah ketus, kuraih remote dan segera kuganti channel mencari drama favoritku.

“ Apa kau bilang? Bwoh......... oh... jadi kau merasa sudah dewasa hingga berani menunjukkan tubuhmu di majalah dewasa, iya?”

“ Itu majalah fashion, dan aku juga sudah meminta ijinmu, jadi kurasa kita tidak perlu memperdebatkan ini lagi........”

“ Kenapa tidak boleh memperdebatkannya sekarang, aku tidak begitu saja mengijinkanmu waktu itu. Kau melakukan trik padaku, sehingga aku tanpa sadar mengijinkanmu.......!”

Dia bilang trik? Enak saja Jung Su menuduhku melakukan cara kotor. Jelas- jelas aku mendengarnya memberiku ijin mengambil pemotretan brand pakai dalam ini. apa otaknya itu sudah mulai konslet sampai tidak bisa mengingat kata- katanya sendiri.



Flash back



Aku masih terpaku menatap layar iPhone ku. Masih menimbang haruskah aku menghubunginya. Bagaimana aku harus meyakinkan Jung Su oppa. Kontrak dengan brand Parah sudah ditandatangani, dan ini bukan sepenuhnya salah management karena aku juga menyetujui mereka mengambil kerja sama ini. sudah beberapa bulan aku mati- matian menjaga bentuk tubuhku. Pilates, yoga, balet, semuanya kulakukan dengan rutin untuk mendapatkan tubuh idaman sesuai keinginanku. Dan ketika brand ini menawarkanku sebagai model mereka, aku merasa mendapat tantangan besar di sini. Aku bisa menunjukkan potensiku sebagai Kang Sora yang dewasa dan independent. Bukan lagi Kang Sora gadis lugu yang selalu bersembunyi dalam pakaian seragam dalam setiap perannya. Dengan pertimbangan yang matang akhirnya aku berani mengambil kontrak ini. Restu omma dan appa juga sudah kudapatkan, asalkan aku bersungguh- sungguh dan melakukannya dengan tanggung jawab serta profesionalitas, mereka percaya akan kemampuanku. Tapi Jung Su oppa, bagaimana aku harus meyakinkan namjaku yang keras kepala ini. dia sangat protektif padaku, bahkan setiap gaun yang kupakai saja harus lolos dari seleksinya dulu sebelum akhirnya dapat kupakai di depan umum. Dan sekarang aku akan memberitahunya bahwa aku akan dipotret hanya dengan sebagian saja tubuhku yang tertutup, sudah pasti jantungnya melompat keluar karena kaget.

Ah sudahlah, yang penting aku harus mengatakannya dulu, dan setuju atau tidak itu menjadi urusan nanti. Tanpa sadar aku sudah menghubunginya, dan kini nada sambung sudah bersahutan dari iPhone yang sedari tadi kupegang.

Aku sudah hampir mematikannya saat kudengar suara oppa menyapaku dengan riang.

“ Sora ya...... ada apa yoebo? Kau merindukanku ya??” Nadanya terdengar sangat gembira, meskipun diselingi nafas menderu seperti kelelahan. Aku bisa membayangkan oppa mengedipkan mata berusaha menggodaku.

“ Oppa, aku.........” Bagaimana ya, aku tidak juga menemukan kata- kata yang tepat untuk memberitahunya.

“ Ada apa Sora ya? huh? katakan saja......”

“ Kau sedang apa oppa, kenapa kedengarannya berisik sekali?”

“ Oh, aku sedang latihan bersama yang lain dan ini baru selesai, sebentar lagi juga ada rapat membahas konser Suju nanti..”

“ Oh.........” itu saja yang keluar dari mulutku,

“ Oppa, sebenarnya aku........”

“ Iya??” Jung Su oppa sepertinya sedang berusaha mendengarkan setiap ucapanku dengan seksama.

“ Aku....... “ Aduh susah sekali mengucapkannya.

“ Iya Sora ya, katakan saja.........”

Kudengar suara orang lain samar- samar, sepertinya suara Lee Donghae yang memanggil- manggil nama Jung Su oppa.

“ Sebentar Donghae ah, kau ini bawel sekali..... oh, iya silahkan lanjutkan Sora ya.... oppa menunggu......!!”

“ mmm.......... aku mendapat tawaran menjadi model salah satu brand terkenal, dan management juga sudah menyetujui kerjasama ini......”

“ Oh, itu bagus, selamat yoebo..........”

“ tapi ini brand pakaian... da........” belum sempat aku meneruskan kata- kataku, kudengar teriakan Jung Su oppa yang minta dilepaskan entah dari apa. Samar- samar kudengar oppa meminta Donghae tidak menariknya secara paksa,

“ Aku bisa jalan sendiri Hae, lepaskan.......”

“ Tapi kita bisa dimarahi kalau tidak cepat- cepat kumpul hyung.....”

“ aiishh........ ya, aku tahu.”

“ Sora ya, maafkan aku, sepertinya aku harus pergi dulu. Aku berjanji setelah ini akan langsung menghubungimu. Oh, iya dan soal pemotretan itu, aku mendukungmu sayang, lakukan yang terbaik ne yoebo.....”

Dan seperti itu, Jung Su oppa mengakhiri percakapan kami. butuh waktu beberapa detik bagiku untuk percaya. semudah inikah, dia mengijinkanku? Benarkah ini? aku masih harus mencubit pipiku tak percaya dan memang rasanya sakit.

“ Yeah...........” aku melompat tinggi- tinggi sembari meninjukan kepalanku di udara, semuanya berjalan ancar, oppa sudah menyetujuinya, dan sekarang aku semakin yakin untuk melakukannya.



Flash back end



“ emmm..... itu, saat itu berbeda Sora ya, aku tidak begitu jelas mendengarmu, dan karena Donghae terus menarikku aku menyerah dan beranggapan kau hanya melakukan pemotretan seperti yang sudah- sudah.”

“ Ya, sudah, semuanya sudah terjadi dan kau tidak bisa menarik kata- katamu kembali. Salah sendiri tidak mendengarkan penjelasanku sampai tuntas, jadi bukan salahku Park Jung Su sshi.........”

“ tidak bisa begitu, aku....... aku...... aku sangat terbakar ketika melihat posemu.....” Wajah oppa memerah,

“ Apa?? Kau melihatnya? Dimana? Dan bagaimana mungkin?” Pekikku terkejut, padahal baru tadi sore aku menjalani sesi pemotretan,dan bahkan foto- fotonya pasti masih dalam tahap editing.

“ Ya, bisa..... pokoknya aku sudah lihat, dan posemu terlalu....... terbuka Sora ya, aku tidak suka.........” aisshh...... orang ini kenapa plin- plan sekali. sebentar ini, sebentar itu, menyebalkan.

“ Lalu bagaimana? Apa yang akan kau lakukan Jung Su sshi??” Aku berdiri menantangnya,

“ Aku akan....... aku..” dia terlihat berpikir keras.

“ Apa?” Aku semakin berani menatapnya tajam,

Dengan jelas dia tersenyum tipis, meremehkan.....” Kalau begitu biarkan aku dulu yang melihatnya, sebelum semua orang kuijinkan melihat.........” Tawanya semakin jelas,

Membuatku terbelalak mencoba mencerna setiap ucapannya.

“ Apa maksudmu??” otakku berjalan cepat dan langsung melangkah mundur sembari melingkarkan tanganku di depan dada, posisi defensif.

“ Sora ya, yoebo........ kurasa kau mengerti maksud oppa...... kemarilah sayang, aku tidak mau bersikap kasar......” Jung Su oppa melangkah maju, perlahan mendesakku.

“ Tidak, jangan coba- coba mendekat oppa.........” kudengar suaraku sendiri bergetar, padahal aku sudah bersusah payah terdengar tenang.

Tangannya dengan sekali hentak menarikku, meraih ujung kerah t-shirt yang kukenakan, dan tanpa berpikir panjang dia merobek kaosku yang memang berbahan tipis, dari ujung atas hingga ke bawah. Bunyi robekan itu terdengar keras, ditengah cengkeraman tangannya yang berusaha keras mencegahnya. Namun malang, Jung Su oppa melemparnya begitu saja, menjadi onggokan pakaian tak berguna yang begitu menyedihkan.

“ Oppa...... apa yang........” aku masih tak membiarkannya menyentuh tubuhku. Kurasakan dinginnya ruangan menyentuh tubuh atasku yang tak lagi terbalut kain, menyisakan lingerie warna pastel.

“ Kemarilah yoebo.........”

“ Tidak, awas kalau kau mendekat.........” Suara ku tercekat sendiri, oppa terlihat menakutkan dengan tatapannya saat ini, aku melangkah mundur hingga tak sengaja kakiku terantuk sofa. Aku terperangkap, tubuhku jatuh di atas sofa sedikit keras, membuat sofa itu memantulkan pelan tubuhku yang kini tepat berada di bawahnya.

Jung Su oppa masih tak mau melepaskan mataku darinya, kini dia meraih daguku, mengangkatnya agar bisa dipandanginya dengan lebih jelas.

“ Ini masih awal Sora ya, kau mau tahu apa selanjutnya yang akan ku lakukan??” Mendengar suaranya aku menggeleng berulang kali, memohon agar oppa tidak melanjutkan aksinya. Aku bisa membaca dengan jelas apa yang sedang ia pikirkan, dan membayangkannya saja aku merinding ketakutan.

“ seberapa dekat fotografer itu melihatmu? Sedekat ini?” oppa semakin mendekatkan wajahnya,

“ atau seperti ini?? eumh??” sekujur tubuhku merinding aneh, setiap kali hembusan nafasnya begitu dekat menyentuh kulitku, aku bahkan sampai menutup mata saat merasakan dia menyentuhku.

“ aahhh...... oppa.....hentikan......”

“ Apakah kau juga menyuruh orang- orang itu berhenti saat mereka menatapmu Sora ya?” Terdengar suara oppa yang bergetar, seperti menahan marah. Membuatku kembali terpejam, padahal aku sudah memberanikan diri melihat apa yang dia lakukan.

“ Aku tidak seperti itu, hanya kau .... hanya kau yang........”

“ Hanya aku yang kenapa Sora ya??”

“ Ahh........” Jung Su oppa meremas keras,

“ Hanya kau yang berani seperti ini padaku....... puas!!”

“ Hahahahaha........ good girl.....” Tawanya membahana memenuhi seluruh ruangan, namja ini memang sudah gila, dia telah menghipnotisku dengan cintanya. Wajah yang lugu itu, wajah yang selalu penuh tawa, siapa sangka bisa menjadi sebuas ini bila bersamaku. Layaknya iblis yang siap membantai manusia musuhnya, namun iblis yang satu ini sangat tampan dan sudah mencuri hatiku terlebih dulu, hingga aku menurut saja pada semua perlakuannya ini.

Dia mulai mencumbuku, kini ciumannya tak lagi kasar, malah seperti ekstasi yang sangat kubutuhkan dan membuatku melayang di setiap tanda yang dia semangatkan di tubuhku. Aku menghadiahinya dengan desahan- desahan pelan yang terdengar manja, membuat Jung Su semakin tertantang untuk terus menggodaku, melambungkanku hingga tak lagi sadar akan apa yang menjadi dasar kemarahanku. Kang Sora, sebenarnya siapa disini yang sudah tidak waras, dia atau malah dirimu?

Sudahlah, aku sudah tak mampu berpikiran logis, jamahannya membuatku kelu, sentuhannya perlahan membuatku terbuai dan aku mulai berani membalas perlakuannya. Jadilah sofa ini sebagai tempat kami saling membalas penuh cinta, lenguhan- lenguhan kecil sesekali keluar dari bibir kami berdua yang terlalu sibuk perpagutan.

“ Aku sudah bosan disini sayang, bagaimana kalau kita ke atas?” Matanya mengarah pada kamarku di lantai dua. Tatapannya sangat menggodaku, membuatku tak ubahnya malaikat yang tak pernah menentang perintah Tuhannya.

Jung Su mengangkat tubuhku dalam gendongannya, kadang aku berpikir, darimana dia mendapatkan kekuatan sebesar itu. Tubuhku tidak bisa dibilang ringan, tapi dia seolah tak sedikitpun merasa berat, malah terlihat senang dan antusias seolah aku ini sangat berharga. Baiklah, ini menyenangkan, karena aku suka berada dalam gendongannya, selamanya aku akan menjadikan perlakuannya ini menjadi salah satu permintaan favoritku. Dan dia tidak akan pernah menolaknya.

Tak berapa lama kami sudah sampai di depan pintu, pintu yang masih tertutup tentu saja menghentikan langkahnya. Kedua tangannya menggendongku, jadi dia berinisiatif mendorong pintu dengan pundaknya. Tapi gagal, yang benar saja, knop pintu harus diputar dulu agar terbuka.

Aku tertawa tertahan melihat tingkahnya, membuat Jung Su berbalik memandangku.

“ Bisakah kau membantuku membukanya??” ditanya seperti itu aku hanya mengedik santai.

“ Ini perintah, cepat lakukan, atau aku akan menurunkanmu di sini.........” Suaranya meninggi membentakku,

Bibirku mengerucut membalasnya, dasar namja sukanya main perintah- perintah saja.

Dengan malas kuraih knop pintu dengan tangan kiriku, karena tangan kananku masih tetap mengalung di lehernya. Aku takut bila dia usil dan tiba- tiba menjatuhkanku. Pasti akan sangat sakit nantinya, membentur lantai marmer yang keras dan dingin.

“ Sudah kulakukan, lalu apa lagi??” Sergahku diliputi nada ketus,

“ nah, begitu sayang, oppa suka gadis penurut. Nanti gantian aku akan membantumu membuka apa yang tersisa di tubuhmu......”

“ Ciisss....... itu maumu saja Park Jung Su........!!”

Diselingi tawanya, dan gumaman kesalku, Jung Su membawaku masuk ke dalam kamar. Dia membanting pintu dengan keras sehingga menutup kembali. Masih dalam suasana kamar yang gelap, dia menjatuhkanku di atas tempat tidur begitu saja, tak memberiku waktu bahkan untuk menyiapkan diri dari rasa kaget karena dilempar tiba- tiba. Aku harus meraba- raba karena memang sangat gelap dan tak ada satupun cahaya yang mampu masuk.

“ Nyalakan lampunya..........” Pintaku, masih berusaha mencari dimana dia berada dengan tanganku.

“ kenapa harus dinyalakan? Bukankah seperti ini lebih menyenangkan....” Kudengar suaranya sangat dekat, tetapi tanganku hanya menyentuh udara kosong menggapai ke sembarang arah.

Kurasakan sebuah tangan menggamit pinggangku sebelum kemudian menarikku kasar membawaku dalam pelukannya yang hangat. Kini aku bisa menyentuhnya. Otot- otot yang keras itu berhasil kusentuh, bagian tubuhnya yang sangat kukagumi.

“ Kau menyukainya kan? Kegelapan akan mematikan indra penglihatanmu, tapi indra peraba akan semakin peka karenanya........” Dia memang benar, aku bahkan bisa dengan mudah membayangkan setiap bagian tubuhnya yang kusentuh lebih jelas daripada aku melihatnya. Seperti sudah terpahat di otakku, dan dengan cepat aku akan mengetahui dialah belahan jiwaku yang memang Tuhan ciptakan untukku. Kami pun melanjutkan apa yang tadi telah tertunda, bedanya kini dalam kegelapan yang hanya diterangi oleh cahaya cinta dari hati kami yang sangat membara.



***



Terangnya cahaya pagi yang beremulsi dengan dinginnya udara musim gugur memaksaku untuk terbangun dari tidur yang penuh mimpi indah. Tapi mataku malas sekali untuk terbuka, beberapa menit lagi rasanya sudah cukup untuk menghilangkan rasa kantuk yang masih menghinggapiku. Tapi lagi- lagi sesuatu menggangguku, sebuah kaki dengan nakal menggelitik telapak kakiku yang telanjang tak tertutup selimut.

“ aaahhh........” gumamku kesal, menjauhkan kaki nakal itu dari kakiku.

Tapi kaki itu terus saja menggelitikku, kini dia malah bergantian menggoda kakiku yang lain.

“ Oppa, singkirkan kakimu.......” Teriakku pada tubuh yang masih betah memelukku dalam kehangatannya. Kurasakan tubuhnya bergerak karena tertawa,

“ heheheh....... mianhae, aku terlalu usil ya........., kemarilah aku akan membuatmu tertidur kembali yoebo......” Dia berusaha merapatkan pelukannya, tetapi aku sudah kehilangan moodku. Aku beranjak bangun dan duduk bersandar di sandaran ranjang.

“ Ah, yoebo...... kemarilah, kau membuatku dingin......” matanya masih mengerjap ketika berusaha melihatku,

Kusingkirkan tangannya yang sudah akan menarikku, kemudian kuambil sebagian selimut yang menutupi tubuh polosnya.

“ Yoebo...... kau ini....aisshh........”

Biar dia rasakan sendiri, siapa suruh mengganggu tidurku.

“ dingin, yoebo.......” tak kudengarkan rajukannya,

“ enam puluh.......” potongku singkat.

“ eehh?? Apa??” Jung Su oppa langsung terjaga, kini dia mensejajariku dan memaksa masuk dalam selimut yang sudah kurebut tadi.

“ aku beri nilai oppa enam puluh, untuk berakting menjadi pacar psikopat semalam. Aku tidak puas dengan peran yang oppa ciptakan.”

“ yaah..... padahal aku sudah berusaha keras agar terlihat meyakinkan..... “ Kudengar dia mendesah kecewa. Senang juga bisa membohonginya, padahal kalau boleh jujur semalam aku benar- benar terbawa permainannya yang nakal dan menegangkan. Sampai aku sanksi apakah benar namja semalam adalah Jung Su oppaku.

Ternyata oppa menyimpan potensi besar dalam dirinya.

“ Yah sudah, tapi tetap saja semalaman aku menikmati permainan kita Sora ya.........” suara nakalnya kembali terdengar, membuatku tersenyum ikut merasa puas dengan apa yang kami lakukan.

“ kau benar oppa, kalau itu kuberikan seratus point.......” ucapku sembari menyandarkan kepalaku di atas bahunya.

“ hahahaha........ tidak terlalu buruk,” Sahutnya, membawaku dalam pelukannya yang selalu hangat. Mungkin tidak jadi masalah bila kami harus mengulang sekali lagi apa yang bernilai seratus itu. pengayaan, ya semacam itu, hehehe........



Matahari sudah tinggi, ketika aku melihat Jung Su oppa baru keluar dari kamar mandi dengan rambutnya yang masih basah. Sarapan kami sebentar lagi akan menjadi makan siang, tapi itu tidak menjadi masalah bagi kita berdua. Masakan buatanku sudah hampir siap seluruhnya, hanya tinggal menghidangkannya di atas meja. Aromanya yang sedap membuat Jung Su terlihat tidak sabar untuk mencicipinya.

“ sabar oppa, keringkan dulu rambutmu.......” Sergahku, begitu dia akan mengambil daging langsung dari wadahnya.

“ ah........ aku lapar......” dia menurut, dan memilih menemaniku yang masih sibuk dengan pencuci mulut. Jung Su menggamit pinggangku dengan melingkarkan lengannya dari belakang, memelukku.

“ sepertinya itu manis......” Dia menunjuk pada stroberi yang sedang kutata di atas piring kecil.

Ingin menggodanya aku mengambil sebuah stroberi, berpura- pura menyuapinya, tapi dengan cepat kumakan sendiri buah merah itu.

“ Yaahh........ itu kan seharusnya milikku..... kembalikan......”

Tiba- tiba Jung Su membalik badanku, mengunci cepat mulutku yang masih penuh dengan stroberi dan memaksa mengambil kembali langsung dengan lidahnya.

Dia berhasil,

“ licik........”

“ hahaha...... biar saja, kau sih jail......”

Kepura- puraan pada wajahku yang menunjukkan ekspresi marah, akhirnya runtuh dan membuatku tak bisa menahan untuk tidak tertawa. Jung Su oppa pun ikut tertawa bersamaku.

Dan benar saja, sarapan kami berubah menjadi makan siang karena keusilan yang berakhir keintiman kami berdua.

Ketika aku akan menyuapinya, tiba- tiba Jung Su menahan tanganku. Matanya melebar, senyumnya terkembang, dengan antusias dia menatap padaku.

“ Sora ya, aku punya ide bagaimana agar aktingku bisa kau beri nilai sempurna.....!!” Pekiknya kegirangan, mungkin sebuah ide cemerlang melintas di benaknya.

“ Apa??” Tanyaku ikut antusias, tertular oleh atmosfer keceriaan yang selalu dia bawa.

“ pacar idiot yang posesif, bagaimana?? Ideku cemerlang kan?” Tanyanya dengan mata berbinar.

Sumpit yang kupegang jatuh begitu saja, mendengar idenya yang benar- benar ajaib itu.

Oh, God.... tidak adakah ide yang lebih buruk dari ini??” gumamku dalam hati.

Jung Su mengambil kembali sumpitku, dan menuntunku agar melanjutkan menyuapinya.

“ Oppa, sebaiknya kau tetap saja menjadi penyanyi...... itu lebih baik, daripada kau membuat umurku tidak panjang lagi dengan ide- idemu itu.........” Gumamku pelan, namun pasti bisa didengarnya.

“ Ah, Sora ya....... kau ini belum tahu kemampuanku. Tenanglah, akan kubuktikan padamu, bersiaplah yoebo......” Dia seolah tak mendengar keseriusan dalam ucapannya. Jung Su gantian menyuapiku dan sibuk dengan hayalannya sendiri.

Aku hanya bisa menggeleng menanggapi kehidupanku yang begitu ajaib bersamanya, namja yang sepenuh hati sangat kucintai, di dunia ini. Park Jung Su.



The End.



6 komentar:

  1. Omo vita, where are u ? I'm really miss u chingku, i'm so long waiting for your story...
    I swear, the story is very interesting to me,.. Good job author, I Like it.. ^_-

    BalasHapus
  2. Hai jes, I m always here, but sorry for long hiatus , i have something to do... thanks you for like it, and thanks you fof

    BalasHapus
  3. Vita trusin dong lie to me nya

    BalasHapus
  4. wooooooooooooooowww...
    so sweet pake banget inih...
    sukaaaaaaaaaaaaaaaaaa... :) :) :) :)
    ah, semakin merindukan moment2 cantik mereka...
    mungkinkah??
    Vita Fighting!!!! :) :) :)

    BalasHapus
  5. author cantik yang baik hati dan tidak sombong dilanjut dong ff nya. kangen banget banget ini. kepo sama cerita lanjutannya.
    Fighting^^

    BalasHapus
  6. 888 Casino - DrmCD
    With a 전라북도 출장마사지 strong focus on 통영 출장마사지 mobile 성남 출장마사지 gaming, 888 Casino has proven to be the 전라남도 출장마사지 best mobile casino 익산 출장안마 that can run your favorite online games. With a mobile casino,

    BalasHapus