Sabtu, 07 Maret 2015

ANOTHER HEART FOR ANOTHER PERSON






Sehelai daun Eucalyptus gugur begitu saja tak berdaya diterpa tiupan angin. Ranting yang kokoh itu pun seperti hanya bisa melambai iba melihat satu- per satu helaian daunnya meranggas karena terlalu rapuh bertahan di musim gugur. Telah tiga musim gugur kulewati sejak kejadian yang tak bisa kulupakan itu, tapi rasanya baru kemarin aku melaluinya. Aku memang diriku, tapi ada yang berbeda dengan jantungku. Detaknya tak lagi sama, tidak seperti dulu yang selalu berdetak penuh semangat menyambut setiap hari- hariku yang sempurna namun kurasakan kini ada yang berbeda. Jantung ini seperti masih mencari- cari sesuatu yang dia inginkan. Tapi apa itu ? Aku sendiri tidak bisa mengartikannya.

“ Kang Sora sshi, apa kau mau diam terus saja disana?? Cepatlah….. kita membutuhkan berita ini segera untuk disiarkan……..” Suara Kim Woo Bin membuyarkan lamunanku. Dia ternyata sudah siap dengan kamera di pundaknya, wajahnya yang dingin itu semakin menakutkan ditambah ekspresinya saat ini, seakan begitu mengintimidasi diriku.

“ Ah, ne…… mian, mian… baiklah aku siap…..” Sedikit tergagap aku membenarkan letak clip on ku sebelum kata- kata yang telah tersusun di otak meluncur begitu saja dengan lancar.

“ Demikian yang bisa kami laporkan dari depan apartemen distrik Appujang. Untuk perkembangan selanjutnya terus ikuti JN News. Saya Kang Sora, dan Kim Woo Bin melaporkan !”

Siapa yang tidak akan marah di saat semua sedang dalam suasana genting, dimana ada kebakaran yang hampir melahap sebuah apartemen. Suara sirine mobil pemadam kebakaran yang bersahut- sahutan ditambah teriakan orang- orang di sekitar benar- benar ricuh. Sedangkan aku seorang reporter yang harus melaporkannya segera secara live malah melamun dan tidak fokus pada pekerjaan. Untungnya aku bisa dengan cepat mengatasi semua keteledoranku.

“ Dulpari, bisakah kau tidak mempersulit pekerjaanku huh?? Apa kau pikir kamera yang kubawa ini ringan sehingga aku bisa dengan sabar menunggumu mengamati bagaimana indahnya daun berguguran dari pohonnya?? Yaahh………. Aku tidak sebaik itu tau, ah…… benar- benar membuat pusing. Apa sih sebenarnya yang diharapkan Myung Wook tua itu dengan menjadikanmu rekanku?? Benar- benar menambah masalah saja……” ocehan demi ocehan Woo Bin yang sudah seperti kicauan burung itu benar- benar membuatku panas.

“ Yaahh…… berhenti menyebutku seperti itu dan kau pikir aku takut dengan ancamanmu?? Siapa juga yang butuh rekan sepertimu?? Baiklah nanti kita lihat apa kata Myung Wook yang kau sebut tua itu setelah aku melaporkanmu!”

“ Iya benar, lapor saja pada tuanmu sana….. aisshhh…..lebih baik aku pergi daripada meladeni gadis aneh sepertimu……“

“ Oh, benar, ( dia memanggilku gadis aneh) Yaaahh….. Apa kau bilang??? Baiklah, cepat pergi sana….. aku juga tidak membutuhkan namja arogan sepertimu……”

Kuhentakkan kakiku ke tanah menahan sebal, dia melakukan hal yang sama sepertiku. Kami berbalik berlawanan arah, aku sangat kesal dengan ini. Seenaknya saja dia bisa mengataiku. Awas saja yah nanti di kantor.

Cepat sekali Woo Bin sshi itu menghilang dari pandangan.

Oh bodohnya aku, aku baru ingat kunci mobil kantor dia yang memegangnya . Tanpa berpikir dua kali aku langsung berlari menerobos kerumunan orang- orang mencari-cari dimana mobil kantor terparkir.

Sialan, dia benar- benar meninggalkanku.

“ Sora unnie, apa yang kau lakukan di sini? Kenapa seperti orang bingung begitu?” Aku terlonjak kaget mendengar suara Seolhyun yang entah sejak kapan sudah berdiri di sebelahku. Dia juga reporter sepertiku, hanya saja dia masih tergolong hoobae ku

“ Omo, Seolhyunie….. kau mengagetkanku saja. Ah…. Syukurlah kau di sini, mana kunci mobilmu Ayo cepat kita kembali ke kantor!!” Begitu Seolhyun menyerahkan kunci mobilnya langsung kutarik tangannya mengikutiku. Aku harus segera mengejar Kim Woo Bin, atau dia akan menjelek- jelekkan namaku di kantor. Tak kuhiraukan Seolhyun yang berusaha menolak.

“ Unnie, pelan- pelan donk, tanganku sakit nih……” Dengus Seolhyun

“ Sudahlah… ikuti saja aku.” Masih dengan menarik Seolhyun sekaligus berusaha menenangkannya. Membuatku tak memperhatikan jalan di depanku, sehingga tanpa sengaja aku menabrak seseorang di tempat parkir. Pegangan Seolhyun terlepas dari tanganku, karena aku sendiri berusaha menahan berat tubuhku agar tidak jatuh. Tubuh orang ini begitu kuat menabrakku, sehingga badanku dengan mudahnya oleng ke depan.

“ Nona, kau tidak apa- apa kan?” Entah sejak kapan tangannya sudah melingkar di pinggangku. Omo…. Aku berpelukan dengannya. Tapi tunggu, perasaan apa ini?? Jantungnya, jantungku, seirama. Bagaimana mungkin?

“ Maaf, aku tidak sengaja menabrakmu tadi!!” Dia melepaskanku

“ Ah, tidak.. aku, aku yang kurang berhati- hati…” Jawabku masih setengah sadar. Dia tersenyum padaku, senyumnya itu. Hatiku yang dongkol tiba- tiba terasa ringan. Seolah menguap begitu saja.

Siapa dia?

Apakah aku mengenalnya?

Tetapi kenapa sepertinya dia tidak asing?

##

“ Sora unnie, sampai kapan kau akan terus melamun? Apakah sekarang kita masih harus ke kantor?”

Tubuhku berjengat mendengar suara Seolhyun. Namja itu sudah tidak ada lagi di depanku, yang ada sekarang hanyalah jalanan beraspal yang padat oleh kendaraan. Pandanganku tersekat oleh sebidang kaca. Ternyata aku sudah di dalam mobil, dan disampingku Seolhyun terlihat mengemudi.

“ Unnie?? Ada apa denganmu??”

“ Huh??!!”

“ Iya, kulihat tadi kau bertengkar hebat dengan Woo Bin oppa. Kenapa sikap unnie begitu berubah pada Woo Bin oppa? Ini bukan kau unnie, sikapmu tidak wajar.”

“Tidak wajar bagaimana maksudmu??”

Seolhyun memicingkan matanya menatapku,” Bukankah dulu unnie memendam rasa untuk Woo Bin sshi?? Bukankah Unnie melamar di JN News hanya untuk mengikutinya. Dulu aku melihat sendiri bagaimana semangat unnie berusaha agar satu tim dengannya. Tapi apa sekarang?? Tidak ada hari tanpa melihat kalian beradu mulut”

Paparan Seolhyun seolah menyadarkanku. Benar, aku dulu begitu mencintai Woo Bin. Dipikiranku Cuma Woo Bin, Woo Bin, dan Woo Bin. Walaupun berulang kali dia menolakku, aku dengan gigih terus mengejarnya. Berteman sejak di bangku SMA, bukan sesuatu yang mustahil bila aku memendam perasaan untuknya. Apalagi dia tampan, idola di sekolah, dan misterius.

Namun apa yang terjadi sekarang?

Kupegang dimana jantungku berada, aku tak lagi merasakan apapun untuk Kim Woo Bin

Mungkin saja aku sudah lelah dengan semua penolakan Woo Bin, sehingga kini aku berusaha mengobati lukaku dengan bersikap jutek padanya. Iya mungkin itu,

“ Mungkin karena aku sudah il feel, jadi yah….” Jawabku mengambang.

“ Kurasa bukan karena itu unnie!!”

Kini malah tanggapan Seolhyun membuatku sontak menoleh padanya.

Seolhyun tersenyum tipis, gadis ini, meskipun masih muda dia begitu peka terhadap hal- hal di sekitarnya.

“ Karena jantung itu!!” Dia menunjuk tepat pada dadaku.

Aku tertawa mendengar ucapannya, tidak mungkin. Semuanya masih tetap sama. Aku sendiri yang akan membuktikkannya.



Meeting Room, JN News

Wajah Kim Myung Wook terlihat kusut melebihi biasanya. Entah apa yang sudah dikatakan Kim Woo Bin, sehingga membuat pria paruh baya berkacamata itu menatap kecewa kearah Kang Sora yang baru beberapa detik yang lalu masuk ruangan dengan terburu- buru. Ketika sampai di dalam Sora sudah mendapati Myung Wook duduk di kursi kebesarannya, sedangkan Woo Bin tersenyum culas, namun menawan seperti biasanya.

“ Bos,aku bisa menjelaskannya. Ini hanya kesalahan teknis saja, toh liputanku berlangsung lancar kan??”

Sora mencoba merayu atasannya yang dikenal Sora sangat menyukainya itu. Tapi dengan hanya melihat raut muka Myung Wook saja, Sora sudah tahu usahanya sia-sia belaka.

“ Kau tidak perlu menjelaskannya Sora sshi, Woo Bin sshi sudah menceritakan semuanya padaku. Tunggu saja apa yang sebaiknya aku lakukan untukmu. Sekarang kalian berdua bisa meninggalkan ruangan ini!” Myung Wook menghela nafas berat, bukan keputusan yang mudah baginya harus memberi sanksi Kang Sora, reporter yang selama ini dianggapnya sangat produktif dan berdedikasi itu.

“ Baik bos..” Jawab Sora lesu, dari sudut matanya dia bisa melihat Woo Bin sedikit membungkuk dan bersiap keluar mendahului Sora.

Keduanya berjalan menuju lift tanpa sepatah katapun.

“ Apa kau menyesal Sora sshi?? Kalau kau mengaku bersalah, mungkin aku bisa membujuk bos agar tak memberimu sanksi…..” Sepertinya Woo Bin luluh juga melihat Sora diam dan tidak bersemangat seperti sekarang. Dia menyesal , awalnya Woo Bin hanya bermaksud menyadarkan Sora agar tidak terus membuat hidupnya susah. Bila diingat, sejak dulu sampai sekarang Kang Sora memang selalu bersikap seenaknya sendiri seperti itu. Berulang kali menyatakan cinta, walaupun tak ada satupun yang Woo Bin terima. Sora selalu mengikutinya, membuatnya sulit hanya untuk sekedar menghabiskan waktu sendiri. Tapi meskipun begitu, ada yang berbeda dari sikap Sora padanya. Dulu Sora selalu bersikap baik meskipun Woo Bin memperlakukannya dengan buruk. Tapi akhir- akhir ini Sora melawan.

“ Sora, kau marah ya??” Woo Bin khawatir melihat Sora tak juga meresponnya

Gadis ini hanya diam saja menatap kosong kearah pintu lift.

Woo Bin sedikit berjongkok mencoba melihat lebih jelas wajah Kang Sora.

Tanpa diduga, Sora menghambur ke arahnya, dan memeluk erat tubuh Woo Bin.

“ S…Ss…Sora….Apa yang kau lakukan?” Mata Woo Bin terbelalak menyadari sikap Sora yang tiba- tiba alih- alih berteriak marah Sora malah memeluknya dengan erat.

“ Sebentar saja Woo Bin sshi, sebentar saja…… biarkan aku di dekatmu sebentar saja…” Sora semakin mengeratkan pelukannya. Dia menyandarkan dengan nyaman kepalanya di dada Kim Woo Bin. Dengan mata terpejam Sora mencoba merasakan detak jantungnya, terdengar bersahutan dengan jantung Kim Woo Bin. Tapi itu saja, tak ada hal lain yang Sora rasakan. Hampa…..Tidak ada debaran seperti dulu, debaran yang selalu Sora rasakan ketika berada di dekat Kim Woo Bin.

Berbeda dengan Sora, Woo Bin malah menjadi salah tingkah dan merasa berdebar mengetahui Sora berada di pelukannya. Perasaan aneh menyelusup ke dalam perasaannya yang dingin. Cepat- cepat Woo Bin melepaskan pelukan Sora

“ Mianhae, mian aku selalu menyusahkanmu Woo Bin sshi…….”

Woo Bin melihat Sora berlalu keluar dari lift. Sekilas Ha Neul melihat butiran bening mengalir dari mata Sora. Gadis ini menangis……..

“ Kang Sora sshi…………” Panggilan lemah Kim Woo Bin hanya berbalas angin karena Sora sudah menghilang dari pandangannya.



Keesokan harinya.



Datang lebih awal ke kantor memberi Kang Sora sedikit kesempatan untuk bersantai sebelum tugas- tugas menyibukkannya. Sora pun berjalan menuju mesin penyeduh kopi dan memilih segelas Americano sebagai temannya melawan hawa dingin. Tapi sial, galon air kosong, dan Sora tidak menemukan siapapun untuk membantunya mengangkat galon. Berulang kali celingak- celinguk hanya dia sendiri yang ada di ruangan luas itu. Sembari mendesah pelan, Sora berusaha mengangkat galon yang cukup berat itu. Percobaan pertama gagal, tapi sepertinya percobaan kedua sukses, kalau tidak karena tangannya sedikit bergetar membuat air – air itu bercucuran dari tempatnya. Namun di saat yang tepat, sepasang tangan membantunya, meletakkan galon itu pada tempat yang seharusnya.

Sora memekik lega,

Ketika dia menoleh dan hendak berterima kasih, wajahnya seketika memucat menyadari siapa yang telah menolongnya.

Orang asing yang beberapa hari lalu menolongnya, kini menolongnya lagi, dan yang lebih mengagetkan dia berada di kantor tempat Kang Sora bekerja.

Apa yang dilakukan orang ini di sini??
berbagai pertanyaan meliputi benak Sora. Namun kebungkamannya tak membuat namja ramah itu mengulurkan tangan, dia memperkenalkan diri dengan hangat.

“ Hai, kenalkan namaku Park Leeteuk. Aku pegawai baru di sini. Dan apakah sebelumnya kita pernah bertemu? Kenapa ekspresimu kaget seperti itu melihatku?”

Leeteuk melihat Sora masih tercengang menatapnya.

Bahkan Leeteuk harus melambaikan tangannya berulang- ulang berusaha menyadarkan Kang Sora.

“ Apa kau mendengarku??”

Sora tergagap dari kebekuannya, “ Ah, ne… ne…. namaku Kang Sora, senang bisa mengenalmu Leeteuk sshi !” Sora sedikit canggung menerima uluran tangan Leeteuk.

“ Oh, Jadi kau yang bernama Kang Sora, wah kebetulan sekali. Sora sshi, mohon kerja samanya ya. Mulai sekarang aku kameramen yang akan menemanimu di lapangan!” Leeteuk tertawa lebar merasa beruntung baru pertama kali datang sudah bertemu lebih dulu dengan rekannya. Sedangkan Sora masih tidak percaya dengan apa yang di dengarnya. Dia tidak menerima pemberitahuan apapun. Lalu bagaimana dengan Kim Woo Bin. Apakah ini sanksi dari Myung Wook? Sora harus berganti partner.

Seperti bisa membaca pikiran Kang Sora, Leeteuk menyahut “ dan temanmu itu, siapa namanya? Kim Woo Bin ya?? Nah, dia dipromosikan menjadi kameramen tetap di studio berita.”

“ Apa??”

“ Tenanglah Sora sshi, aku juga tidak kalah ahli dari Woo Bin itu…..” Tawa ringan Leeteuk entah kenapa memupus semua kekhawatiran Sora.

“ Oh, ya… sebelum kopi ini menjadi dingin, sebaiknya kita cari tempat duduk untuk membicarakan tugas liputan nanti!” Leeteuk melihat pada kopi yang dipegangnya juga yang di pegang Sora. Ternyata selera keduanya sama, sama- sama menyukai americano.

###



Sora dan Leeteuk sudah mulai terbiasa bekerja sama dan telah saling menyesuaikan diri. Leeteuk sangat berbeda dengan Woo Bin. Bila Woo Bin tipe orang yang sangat dingin dan jarang sekali tersenyum, Leeteuk adalah kebalikannya. Dia orang yang sangat menyenangkan, bisa mencairkan suasana, dan penuh dengan humor yang seringkali membuat Sora tertawa hingga terpingkal- pingkal.

Kerja sama keduanya tidak jarang mendapat pujian dari sesama rekan kerja maupun atasan. Beberapa kali Sora dan Leeteuk telah menyiarkan berita eksklusif yang bahkan acara berita lain baru beberapa menit kemudian dapat menyiarkannya. Entah itu keberuntungan atau hanya kebetulan, dimana mereka berada, dan apapun yang keduanya deteksi akan menjadi berita besar, maka itulah yang terjadi.

Hingga pada suatu hari Sora dan Leeteuk dipanggil oleh Myung Wook, pagi- pagi sekali ke ruang kerjanya.

Myung Wook menyodorkan dua buah amplop di depan Sora dan Leeteuk.

“ Apa ini paman??” Tanya Sora santai, namun cepat- cepat Sora memperbaiki kalimatnya,” Maaf, apa isi amplop ini bos?” Tanya Sora kembali kini dengan bahasa yang lebih sopan. Sedangkan Leeteuk hanya menahan tawa melihat ketidaksopanan Sora di depan bos mereka.

“ Ini dua tiket pesawat. Kalian kutugaskan meliput dan melaporkan beberapa tempat wisata untuk mengisi program travelling. Hitung- hitung ini sebagai hadiah untuk kalian berdua karena sudah bekerja keras.”

“ Wahh….. bos, kau baik sekali. Di daerah mana kita meliput? Apakah di pulau Jeju? Atau pulau Nami?” Tanya Leeteuk sumringah, karena sudah membayangkan berlibur ke tempat wisata yang menyenangkan.

“ Kalian kira, JN news semiskin itu sehingga mengisi programnya hanya seputar Korea saja. Kita buat gebrakan, kalian harus melaporkan tempat yang lebih jauh di penjuru Eropa, Switzerland, bagaimana? Kalian suka?”

“ Omo…. Swiss?? Benarkah bos?? Wuah….. menarik!!” Teriak Sora melompat- lompat kegirangan. Dia dan Leeteuk berlompatan sambil berpegangan tangan.

“ uppss…. Mianhae Leeteuk sshi…..” Sora tersipu ketika menyadari dia memegang kedua tangan Leeteuk.

“ Ne, aku tidak meminta maaf lho Sora sshi, kau dulu yang memegang tanganku. Tapi tidak apalah, ini….. kalau kau masih ingin memegangnya……selalu ada yang gratis untukmu!!” Leeteuk malah mengulurkan tangannya, sambil tersenyum usil. Menawarkan pada Sora dengan ikhlas.

“ Yah…..” Sora yang digoda cemberut, dan menyembunyikan pipinya yang memerah.

´cccckkkk…… dasar anak muda……” Celetuk Myung Wook, yang dibalas tatapan kesal dari Sora.



Beberapa hari kemudian.

Sebuah kereta berwarna merah melaju dengan kecepatan rata- rata bergerak dari Zurich menuju Bern. Sebuah kota di Swiss yang terkenal dengan lambang beruang coklatnya. Udara terasa membekukan di luar sana, hingga embun- embun dingin seolah merembes membasahi kaca sepanjang kereta. Kereta melaju membawa penumpangnya, dimana terlihat sesosok pemuda yang tiba- tiba panik menyadari petugas tiket mulai berjalan mendekatinya. Dia mencari- cari sesosok gadis yang menjadi teman seperjalanannya, dan didapatinya gadis itu terlibat obrolan asyik dengan seorang pria asing yang sepertinya penduduk lokal.

“ Sora sshi…… apa yang kau lakukan di sana?? Cepat kemari….!!” Teriakan rendah Leeteuk tentu saja tak dapat didengar oleh Kang Sora yang duduk agak jauh di belakang. Sora tadi bilang ingin mencari informasi lebih lengkap tentang kota yang akan mereka tinggali nanti.

Sementara berbeda dengan Leeteuk, dia menahan gugup ketika petugas tiket sudah berada di sampingnya. Dia duduk begitu tegap, memasang mata anak anjing andalannya, dan dengan sikap sopan menyerahkan tiketnya untuk diperiksa dengan kedua tangan. Leeteuk berharap petugas itu cepat berlalu, dia akan kebingungan setengah mati bila harus diajak berbicara nanti. Kemampuan bahasa asingnya benar- benar nihil.

“ Where’s your visa? I want check that sir. Are you just travelling in here, or have something to do??!!” Ucap petugas tiket itu dengan bahasa Inggris yang fasih. Dia menaruh curiga melihat penampilan Leeteuk yang tidak biasa. Mengenakan celana dengan sayatan- sayatan besar, kacamata hitam, dan jaket kulit tampak seperti preman. Orang asing yang aneh mungkin itu yang ada di benak petugas tiket. Udara sedingin ini mengenakan pakaian setipis itu.

“ What?? Apa katamu?? Itu tiketku….. aku tidak punya lagi…..” Leeteuk terbata- bata tak memahami ucapan petugas yang begitu cepat dan seolah mengintimidasinya.

Saat suasana mulai memanas, Leeteuk mulai marah dengan perlakuan petugas yang dianggapnya sangat kasar tanpa ijin berusaha merebut tasnya, sedangkan petugas sendiri tetap bersikukuh pada pendiriannya ingin melihat isi tas Leeteuk, membuat semua mata tertuju ke arah mereka. Di saat itulah Sora segera menengahi dan meminta penjelasan petugas tiket kenapa dia berbuat seperti itu pada Leeteuk.

Setelah mengetahui apa duduk perkaranya, Sora segera menjelaskan pada petugas tiket, dan petugas itu pun akhirnya mengerti. Dia meminta maaf pada Leeteuk dan berlalu meninggalkan keduanya.

Leeteuk masih terlihat memendam emosi dengan memandang raut wajahnya yang terus tertekuk. Sedangkan Sora malah tertawa semakin keras mengingat apa yang terjadi barusan.

“ Ada apa sih dengan petugas itu? Dia mau mencuri tasku ya??” Leeteuk memeluk erat tas bawaannya, takut- takut petugas itu kembali lagi untuk merampasnya.

“ Makanya Leeteuk sshi perhatikan pakaianmu, untung kita tidak berurusan dengan polisi tadi. Petugas itu mengira kau teroris…… hahahahaha……”

“ Apa?? Teroris?? Yah….. bagaimana bisa. Ini style terbaikku. Meskipun udara sangat dingin, kita harus tetap tampil modis, benar kan…??”

Sora menggeleng mendengar penjelasan Leeteuk,“ Petugas itu bilang mendengar suara aneh dari dalam tas mu, dia kira ada bom di situ, …. Memang apa yang kau bawa?” Sora jadi penasaran dan berusaha merebut tas Leeteuk. Setelah mencari- cari sebentar dia menemukan jam weker sapi yang terus saja berbunyi. Cepat- cepat Sora mematikannya.

“ Ya, ampun pantas saja. Kenapa kau bawa barang seperti ini??” Sora tidak habis pikir kenapa Leeteuk harus susah- susah membawa jam weker segala.

Melihat Sora mempermainkan benda miliknya. Leeteuk segera merebut benda itu,” Aiisshh…. Itu bukan urusanmu Sora sshi. Benda ini sangat penting bagiku, dan harus selalu aku bawa. Karena ini pemberian seseorang yang…….” Leeteuk segera memotong ucapannya, dia tidak mungkin menceritakan masa lalunya pada Kang Sora.

“ Pemberian siapa?? Apakah sepenting itu??” Ada nada kaget sekaligus penasaran dari mulut Sora. Leeteuk seperti menyembunyikan sesuatu darinya.

“ Ah, sudahlah ini tidak penting, oh…. Ya, bagaimana misimu tadi? Apakah kau berhasil mendapatkan info??” Leeteuk segera mengganti topik pembicaraan.

“ Oh…. Itu….” Sora pun menjawab dengan setengah hati pertanyaan Leeteuk. Sebenarnya dia masih penasaran dengan jam weker tadi, namun tidak mungkin Sora memaksa Leeteuk untuk bercerita. Ternyata mereka tidak sedekat itu, masih ada masa lalu yang menjadi dinding diantara keduanya. Dimana dua orang ini sama- sama tak ingin sedikitpun mengungkapkan masa lalunya.



Malam sudah menjelang ketika Leeteuk dan Sora sampai di rumah singgah mereka. Keduanya segera mencari kamar masing- masing dan berganti baju serta melepas penat sejenak setelah seharian melakukan perjalanan jauh. Jet leg masih mengganggu keduanya, tapi semangat untuk berpetualang besok pagi melenyapkan semua itu.

“ Sora sshi….. kau sedang apa di dalam?? Aku membuat makan malam. Maukah kau menemaniku??” Leeteuk mendongakkan sedikit kepalanya ke dalam kamar Sora yang tidak tertutup. Dilihatnya temannya itu sedang fokus dengan layar laptopnya.

Sora segera menyapa Leeteuk begitu menyadari kedatangan namja ini. Dengan cepat Sora menutup laptop dan segera beranjak dari tempat tidur, dia mengikuti Leeteuk menuju meja makan.

“ Kau masak apa Leeteuk sshi?? Hhmmm….. harum sekali, sepertinya enak…..”

Beberapa masakan sudah tertata rapi di atas meja. Meskipun hanya masakan simple, tapi Sora tetap harus mengacungi jempol pada kelihaian Leeteuk dalam memasak.

Segera setelah keduanya duduk, mereka langsung menyantap makanan dengan lahapnya. Hanya suara sendok dan garpu yang beradu dengan piring yang terdengar. Keduanya benar- benar fokus pada apa yang ada di depan mereka.

“ Kita seperti pengantin baru saja ya, berdua melakukan bulan madu ke negara asing. Hihihi……benar- benar mirip pasangan pengantin…..!!”

Sora tak sengaja menyemburkan apa saja yang ada di mulutnya mendengar celetukan Leeteuk.

“ Yah… Leeteuk sshi. Itu tidak lucu….. ingatlah, kita kesini untuk bekerja, jangan memikirkan hal yang aneh- aneh…..”

“ Siapa yang berpikiran aneh, aku kan hanya mengutarakan apa yang aku rasakan. Ahh….. tapi misalnya semua itu nyata, pasti aku termasuk suami yang tidak beruntung karena memiliki istri tidak bisa masak…..” Leeteuk mengucapkan itu dengan nada bercanda.

“ Siapa bilang aku tidak bisa memasak?? Aku hanya…. “ Sora memutar otak, dalam hati dia membenarkan ucapan Leeteuk bahwa dirinya memang tidak bisa memasak, tapi gengsi dong kalau sampai itu terungkap.

“ Aku hanya….. aku hanya malas. Ya, benar, aku malas saja harus memasak. Aku capek seharian melakukan perjalanan. Ditambah lagi harus menjaga bocah besar yang sangat minim bahasa asingnya, takutnya bocah ini hilang di tengah jalan. Aduh….. pasti jadi masalah buatku…..” haha…. Sora bisa memakai kelemahan Leeteuk untuk membalas namja ini. Dia tidak salah, karena Leeteuk langsung cemberut mendengar perkataannya.

Leeteuk berdiri setelah menyelesaikan makanannya, dia membuang lap makannya di atas meja seperti seorang tuan.

“ Kalau begitu kau yang cuci semuanya Kang Sora sshi. Aku sudah memasakkanmu makanan lezat, kini gantian kau yang mencuci piring. Jadi kita impas kan??” Leeteuk menyeringai memperlihatkan deretan giginya yang putih bersih.

“ hei…. Tidak bisa begitu dong…. Kita lakukan bersama- sama. Makannya kan bersama….” Sora tidak setuju dengan Leeteuk. Apalagi ketika melihat cucian yang menumpuk di tempat cuci pirng.

Leeteuk pun tidak mendengarkan rajukan Sora dan bergegas pergi begitu saja. Sora hanya bisa mendesah pasrah, mau tidak mau dia harus mencuci semuanya bila tidak ingin keesokan harinya pekerjaan rumah semakin menumpuk. Di tengah- tengah kesibukannya membersihkan satu persatu piring dengan sabun, ada tangan lain yang tiba- tiba membantunya, mengambil piring dari tangan Sora dan membilasnya di bawah pancuran keran air.

“ Omo, Leeteuk sshi…. Kenapa kau kembali??” Teriak Sora terkejut sekaligus senang ternyata Leeteuk tak setega itu.

“ Bagaimana bisa aku membiarkan kau melakukannya sendiri Sora sshi, aku hanya bercanda tadi. Kau tidak menganggapnya serius kan? Hehe….”

“ Hampir sih, aku hampir menuduhmu namja tak berperasaan sama seperti Woo Bin….”

“ Kim Woo Bin maksudmu? Memang ada hubungan apa antara kalian berdua?? Kau sering sekali menyebut namanya…..?” Tanya Leeteuk penasaran.

“ Oh, bukan, bukan apa- apa. Kami tidak ada hubungan seperti yang kau pikirkan……”

“ Memangnya apa yang aku pikirkan? Apa kau bisa membaca pikiranku?” Leeteuk berusaha memandang mata indah Sora.

“ Oh….” Sora tersipu ditatap seperti itu oleh Leeteuk.

“ Lalu bagaimana denganku? Apa kau merasakan sesuatu bila berada di dekatku Sora sshi??” Leeteuk malah semakin mendekati Kang Sora, membuat gadis ini kebingungan dan salah tingkah hingga tak sengaja melepaskan gelas yang dipegangnya. Untung saja gelas itu tidak pecah dan melukai tangannya.

“ Aigoo…. Untunglah, tidak pecah…..” Sora mencoba mengambil kembali gelas dari genangan air. Tapi tangan Leeteuk menghentikannya.

“ Sora sshi, kau belum menjawabku……..” Leeteuk meraih tangan Sora, dan membalikkan tubuh gadis ini agar menatapnya. Keduanya kini saling berhadapan, membuat jantung Sora berdebar semakin cepat. Dia bingung harus menjawab apa. Dilihatnya Leeteuk terus memperhatikannya, seolah- olah mencari- cari dan menunggu jawaban dari bibir Sora.

Sora menelan ludah, bibirnya tiba- tiba terasa kering karena terlalu gugup.

“ Sora sshi….. “ Leeteuk sekali lagi menarik tangan Sora, kini memaksa tubuh gadis itu untuk terbenam dalam dekapannya. Leeteuk memegang belakang kepala Sora, dan mengarahkannya tepat dimana jantungnya berdetak.

“ Apa kau mendengarnya Sora sshi??”

Sora hanya bisa mengangguk pelan, debaran jantung Leeteuk terdengar sangat jelas di telinganya.

“ Aku bingung kenapa jantungku selalu berdebar aneh saat di dekatmu Sora sshi…..” Entah Leeteuk mengucapkan kata- kata itu untuk Sora atau untuk dirinya sendiri.

“ Kau tahu, aku tidak pernah seperti ini sebelumnya. Hanya dengan Yuri aku merasakannya…….”

Yuri?? Siapa Yuri?? Sora bertanya- tanya dalam hati.

Seolah baru tersadar, Leeteuk segera mendorong Sora menjauh,” Tidak, ini tidak benar!!” Desahnya tidak jelas.

“ Leeteuk sshi……..” Sora masih menatap Leeteuk penuh tanya, mata Sora yang bening seolah bisa menyelam ke dasar hati Leeteuk yang terdalam. Perasaan kehilangan yang teramat sangat bisa Sora rasakan dari tatapan Leeteuk.

“ Apakah Yuri itu orang yang kau cintai? Orang yang memberikan jam weker itu padamu?” Tanya Sora sedikit takut, tapi rasa penasarannya mengalahkan rasa takutnya.

Jelas- jelas bukan Yuri yang kini sedang berada di depan Leeteuk. Dia gadis lain, tetapi kenapa Leeteuk seolah tidak bisa lepas dari tatapan gadis ini. Mata Leeteuk terus menelusuri setiap lekuk wajah Sora. Alis Sora yang melengkung indah, memayungi mata hazelnut yang bening dan teduh itu. Hidung Sora yang mancung begitu sempurna dengan bibir merah muda penuh dan menggoda itu. Mengirimkan perasaan aneh bagi Leeteuk untuk menyentuhnya.

Dan benar saja, Leeteuk tidak mampu membendung hasratnya itu, dengan cepat dia menarik Sora dan merasakan bibirnya menyentuh perlahan bibir Kang Sora.

Ciuman yang tak terduga, namun sangat hangat itu selama beberapa detik mengirim keduanya pada perasaan aneh, namun menenangkan.

Sora terperanjat tak percaya dengan tindakan Leeteuk yang tiba- tiba. Matanya bahkan masih terbuka saat Leeteuk mencoba menciumnya. Tapi lama- kelamaan Sora tak mampu menahan untuk tidak terpejam. Bibir Leeteuk yang hangat, membuatnya terbuai.

Namun setelah itu Sora tak merasakan apapun.sayup- sayup dia mendengar dengkuran Leeteuk di telinganya.

Ternyata Leeteuk tertidur di pundak Sora, beberapa gelas wine tadi yang mereka minum untuk menghangatkan tubuh ternyata telah mampu membuat Leeteuk mabuk.

Sekali lagi Sora harus dibuat terguncang dan tak mampu berkata- kata oleh sikap Leeteuk yang selalu tidak terduga ini.





To Be Continue




Beberapa fragmen kelanjutan “ANOTHER HEART FOR ANOTHER PERSON”


“ eemmm….. Sora sshi, semalam….. semalam apakah aku berbuat sesuatu yang aneh?? Jujur saja aku hanya ingat makan malam denganmu kemudian paginya aku sudah berada di tempat tidur. Apakah terjadi sesuatu semalam??” Leeteuk bertanya dengan sangat hati- hati, dia takut reaksi Sora padanya yang tak terduga.
Sora sekilas menoleh memperhatikan Leeteuk, wajahnya seolah berkata ‘oh ayolah, apa kau berpura- pura tidak mengingatnya?’



Tempat tujuan pertama mereka di kota Bern adalah Zytglogge Clock Tower, sebuah menara jam yang terletak di Kramgasse. Meskipun termasuk kota kecil, kota ini menyimpan kisah sendiri tentang kejayaan Eropa di masanya. Banyak dijumpai bangunan- bangunan masa lalu yang sangat bagus untuk dijadikan objek berfoto atau pun mengambil gambar. Sepanjang jalan, mereka berfoto, tertawa bersama, menikmati pemandangan kota yang indah




“ Leeteuk sshi……” Sora sendiri tidak tau harus bereaksi seperti apa. Dia hanya bisa memeluk Leeteuk dan berusaha menenangkannya.
“ Bukan lagi Yuri yang ceria dan penuh semangat yang keluar dari ruangan operasi. Tapi aku hanya bisa melihat jasadnya yang terbujur kaku Sora sshi……….. ini benar- benar tidak adil kan. Kenapa Yuri harus berbuat egois seperti itu padaku……….” Leeteuk semakin bercucuran menceritakan kisahnya. Baru pertama kalinya dia mampu membuka masa lalunya pada orang lain. Benar- benar menyakitkan mengenang semua itu.
 “ Bila ada orang yang paling kubenci di dunia ini….” Leeteuk terdiam sejenak, entah mengapa Sora merasakan perasaan aneh yang membuatnya sangat takut.



8 komentar:

  1. Omo, vita this is great story... Vita apa kabar...? lama baru posting lagi ya... Btw selamat ya atas pernikahannya, maaf aku telat ngucapin cz aku sendiri jg baru tau.. hehe.... :-) Semoga vita dan suami menjadi keluarga yg sakinah, mawadah dan warohmah... Amien.......

    BalasHapus
  2. Hi, jes... mksih udh suka.... kabar vita baik. Makasih jg ucpan selamatny y...
    tungguin aj klanjutannya, ini cerita vita bikin 2 part

    BalasHapus
  3. omo, lama gak ada kbr vit ternyata kmaren2 lg sibuk2nya acara spesial. :-) selamat ya smoga menjadi keluarga yg sakinah,
    mawadah dan warohmah...
    Amin :-D

    BalasHapus
  4. Hehehe....iya ^_^
    Amin, makasih y metty..

    BalasHapus
  5. Vitaaaaaaaaaaaaa...
    akhirnya bisa baca tulisan Vita lagi.... :D :D
    kereeeennnnnnn bngt.... :) :)
    congratulations for your wedding...
    Keep writing ff Teukso yaa.... :D :D

    BalasHapus
  6. Halo, maaf aku baru kasih komentar sekarang. Huehehe.. aku udh baca semua ff kamu dari 1 atau 2 tahun lalu bahkan*gananya* semuanya bagus banget.. lanjutin lagi ya ff nya vitaa*sokkenal* sekali lagi maaf udah jadi siders :D fighting^^9 and congratulations for your wedd~ semoga teukso cepet nyusul:D sori kepanjangan.-.

    BalasHapus